Turun sarapan, Axton menggendong Putri Aguilera di gendongan depannya, bahkan duduk sembari memangku Putri Aguilera. "Ayah? Kakak cantik kenapa?" Aiora buru-buru turun dari kursinya, gadis kecil itu menghampiri Putri Aguilera yang menunduk dan tersenyum manis ke arah Aiora, tanpa bisa Putri Ameera lihat bagaimana wajah dari kekasih Axton.
"Kakak─" Putri Aguilera membekap mulutnya, Axton tentu peka, pria itu berdiri dan berjalan cepat menuju wastafel, menurunkan Putri Aguilera dan memijat tengkuknya di mana Putri Aguilera kembali muntah. Wajahnya semakin pucat, tubuhnya pun semakin lemas, sial! Hamil malah semakin membatasi ruang geraknya.
"Axton," saking frustasinya dengan morning sickness, kedua mata Putri Aguilera sampai melelehkan air mata. Axton menunduk, mengecup berkali-kali bibir Putri Aguilera dengan penuh perasaan, "Tidak apa-apa, ada aku yang akan selalu menemani kamu. Percaya padaku, oke?"
"Tapi mual," tangis Putri Aguilera pecah dalam dekapan Axton, membuat mata Aiora ikut berkaca-kaca.
"Dania, Kakak cantik kenapa?" Dania menatap anak majikannya, "Kakak cantik sedang mengalami morning sickness."
Deg.
Putri Ameera bukan orang bodoh, dia jelas langsung paham situasi mengenai wanita yang bersama suaminya saat ini tengah hamil. Kepalanya tertunduk, hatinya sangat perih bukan kepalang. "Morning sickness itu apa?"
Belum sempat Dania menjawab, Axton keburu datang. "Sayang, sarapan bersama Dania dulu oke? Ayah harus menemani Kakak cantik istirahat di kamar,"
"Baik, Ayah. Cepat sehat Kakak cantik,"
Putri Aguilera masih sesenggukan, membuat Axton mewakili untuk menjawab. "Terima kasih anak cantiknya Ayah,"
Di dalam kamar, Putri Aguilera berbaring dengan Axton yang duduk di sampingnya, mengelus lembut perut Putri Aguilera dari luar dress yang di kenakan. "Axton," Putri Aguilera terus merengek, perutnya benar-benar tidak nyaman dan Putri Aguilera kesulitan menjelaskan, dia juga menolak Axton yang ingin menghubungi Dokter Nicole.
"Kenapa, sayang?"
Tanpa sadar, panggilan manis itu membuat jantung Putri Aguilera berdebar keras. "Perutnya enggak enak," Putri Aguilera terus bergerak tidak nyaman, mata wanita itu kembali berkaca-kaca saat ini.
"Aku singkap ya?"
Putri Aguilera hanya mengangguk, membiarkan Axton menyingkap dressnya ke bawah dada hingga memperlihatkan perutnya yang mulai membuncit, paha putih mulusnya, dan tidak lupa kain berbentuk segitiga yang menutupi keindahan surga dunia yang menjadi wadah untuk Axton bercocok tanam sampai benihnya berhasil tumbuh dengan sehat dan baik.
Tangannya yang besar, mengusap lembut perut Putri Aguilera tanpa penghalang, sesekali menunduk, meninggalkan kecupan yang lama tersemat. "Sayangnya Ayah, jangan buat Ibu kesakitan ya? Sakitnya kasih ke Ayah saja," Axton mencium sangat lama perut Putri Aguilera sembari memejamkan matanya, membuat bulu kuduk Putri Aguilera terasa meremang.
"Axton,"
"Iya, sayang." Axton menjauhkan wajahnya dari depan perut Putri Aguilera, menatap wanita hamil itu dengan sangat lembut. "Peluk," Axton terkekeh, dia ikut berbaring dan membawa sang wanita ke dalam dekapan hangatnya.
Dulu ketika mendiang istrinya mengandung Aiora, tidak seperti Putri Aguilera yang mual-mual parah bahkan sampai kehilangan banyak energi. Mendiang istrinya juga tidak manja, tapi entah kenapa, Axton suka Putri Aguilera yang manja. "Usap perutnya, Axton." Pria itu menurut, mengusap perut Putri Aguilera tapi merambat ke yang lain juga.
Di rabanya paha Putri Aguilera yang dulu sempat menjadi bahan sasaran atas dendam salah sasarannya, tapi sekarang, paha itu sudah kembali mulus berkat obat khusus yang bekerja dengan kilat. "Paha ini dulu berdarah-darah karena ulahku, maafkan aku." Axton mengecup kening Putri Aguilera, melepas sebentar pelukan keduanya untuk mengecup paha Putri Aguilera yang dulu dia sayat dengan tanpa perasaan.
Sentuhannya beralih ke betis yang pernah dia tembak, dia mengecup juga betis Putri Aguilera. "Dulu juga aku menembak tepat ke kaki ini, pasti menyakitkan untukmu kan?" Axton mendongak, melihat Putri Aguilera yang terpaku akan tindakan mendadaknya.
Axton naik ke atas, berhadapan langsung dengan sesuatu yang masih tertutup kain segitiga. Di sentuhnya dari luar lalu mengecupnya, "Aku juga pernah membuatnya berdarah-darah. Bahkan hampir menewaskan nyawa janin dari darah dagingku sendiri," kecupan Axton pada kewanitaan Putri Aguilera yang masih terbalut celana dalam berakibat pada rintihan pelan wanita itu.
"Sayang, maafkan aku." Axton menindihi tubuh Putri Aguilera dengan memberi jarak aman, wanita itu menatap lurus ke bola mata menghanyutkan juga membius tiap yang memandang. "Hanya maaf?"
"Tidak, aku akan menebus semua kesalahanku padamu seumur hidup."
"Seumur hidup?"
Axton mengangguk, "Iya. Seumur hidup,"
"Termasuk menikahiku?"
Axton diam, "Aku pasti akan menikahimu tapi tidak sekarang."
Putri Aguilera tidak bertanya lebih.
***
"ADALINE! Hati-hati, sayang!"
Wanita dengan perut besarnya tertawa riang usai berhasil membuat suaminya, mengejar-ngejar dirinya. Adaline suka sekali menjahili suaminya yang kaku, "Sayang! Ayo kejar aku! Sini kejar aku!"
"Adaline, kamu sedang hamil, jangan terlalu sering berlari, ingat kata Dokter, sayang."
"Iya-iya aku ingat, ayo kita pulang, pinggangku pegal."
"Ayo, sini aku gandeng."
Keduanya berjalan beriringan tapi dari arah berlawanan, mobil melaju dengan kencang. Axton ingin mendorong Adaline ke tepi tapi Adaline sudah lebih dulu mendorongnya sekuat tenaga ke pinggir jalan, hingga ....
"ADALINE!"
Axton terkejut dalam tidurnya, pria itu menatap Putri Aguilera yang ikut terbangun karena kaget. "Axton? Ada apa?"
"Tidak ada, lanjutkan tidurmu."
Tawanan salah sasaran itu pura-pura tidur, Adaline? Itu pasti nama istri dari Axton, aku harus mencari tahu tentangnya yang sepertinya .... Memiliki sangkut paut denganku, batinnya sembari mengintip, melihat Axton yang sudah kembali tidur dengan memeluknya. Axton hanya boleh mencintaiku, posisi Adaline harus aku singkirkan.
Jemarinya yang panjang dan lentik mengusap lembut rahang yang di tumbuhi bulu-bulu yang terasa kasar di tangan, Axton menahan tangan Putri Aguilera, mengecup punggung tangannya. "Ada apa? Kamu mual lagi, hm?"
"Axton,"
"Iya, sayang."
"Tubuhku rasanya aneh,"
Pria itu menegakkan tubuhnya, wajahnya berubah cemas. "Kita ke rumah sakit ya?"
"Tidak!" Putri Aguilera membawa tangan Axton ke dadanya, "Aku mau kamu."
"Mau aku?"
Otaknya terkoneksi dengan cepat, Axton meraih kasar ponselnya yang ada di atas nakas. Menekan tombol panggilan, "Nicole. Apa aku boleh bersetubuh dengan wanitaku?"
"Istrimu? Itu hakmu lah, kenapa juga harus izin padaku?"
"Sama wanitaku! Bukan wanita itu!"
Di seberang sana, Dokter Nicole menebak-nebak dengan wajah kebingungan. "Wanitamu? Wait .... Maksudmu, Kakak cantiknya Aiora?"
"Iya, wanitaku. Boleh kan?"
"Kehamilannya masih rentan keguguran Axton, tidak bisakah kau menahan diri dulu sampai kandungannya benar-benar kuat?"
"Aku bisa bermain pelan!"
"Kalau begitu, kenapa harus izin dulu padaku? Terserah dirimu saja! Aku tidak peduli!"
Dokter Nicole sangat dongkol, bisa-bisanya Axton menelepon dirinya, sudah di beri saran malah tidak di terima. Axton sendiri tak acuh, pria itu melempar asal ponselnya hingga terdengar suara pecahan kaca.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Tawanan Iblis Kejam
FantasyPutri Aguilera membenci Putri Ameera yang seakan merebut semua perhatian. Dendam dan kebencian membawa Putri Aguilera terjebak pada jerat mematikan seorang Axton. Di mana dirinya yang tidak bersalah, di jadikan tawanan salah sasaran, di siksa fisik...