15 - Dendam

11.2K 687 250
                                    

"Maaf karena─"

"KAKAK PENGASUH!"

Pintu ruangan terbuka, Aiora berlari dan langsung berusaha keras naik ke atas brankar Putri Aguilera, membuat Axton panik. Pria itu bergegas menggendong Aiora, membuat Aiora meronta. "Ayah! Aku mau peluk Kakak pengasuh cantik! Turunkan aku Ayah!"

"Jangan, Aiora. Kamu akan melukai Adik bayi,"

Ruang rawat langsung senyap, Dokter Nicole tahu batasan. Wanita itu pergi mengendap-endap, sedangkan Putri Aguilera menatap tak berkedip ke arah Axton yang bicara demikian pada Aiora. "Adik bayi?"

Axton mengangguk, tangan besar pria itu yang tidak menahan bobot tubuh Aiora, terulur mengusap lembut perut Putri Aguilera. "Di sini ada Adik bayi, Adiknya Aiora."

"Adik aku?"

"Iya, sayang."

Mata bulat Aiora berbinar, "YEAY! AKU PUNYA ADIK! YEAY! HORE! HORE!"

Tanpa sadar, lengkungan senyum tampak sempurna di wajah Axton dan Putri Aguilera. "Aiora sudah sembuh, sayang?" Tanya Putri Aguilera, rasa khawatir yang selama ini membelenggu seakan lenyap melihat Aiora yang kembali ceria. Gadis kecil Axton itu mengangguk, "Aku sudah sembuh, Kakak pengasuh cantik!"

Gadis kecil itu mengangguk dengan antusias, "Ayah! Kakak pengasuh cantik! Aku sangat senang! Akhirnya aku punya Adik seperti Anya! Ayah! Aku mau peluk Kakak!" Tanpa sadar, kemarahan Putri Aguilera pada Axton sedikit teralihkan akan kehadiran Aiora yang membawa warna baru.

Putri Aguilera menatap sangat lembut pada sosok bocah kecil yang menjadi anak dari pria yang telah menyiksanya selama ini bahkan menghamili dirinya, di saat itu juga, Axton tertegun. Dia bisa melihat dengan jelas bagaimana tatapan penuh sayang Putri Aguilera pada Aiora, mengapa Axton sangat bodoh sampai menduga jika Putri Aguilera yang mendorong Aiora?

Secara logika, Putri Aguilera pantas jika ingin mendorong Aiora untuk membalaskan dendamnya pada Axton yang telah menculik dan menyiksanya bagai tahanan. Menurut sudut pandang Axton pula, pria itu juga terbilang pantas jika ingin menyiksa Putri Aguilera. Dia melihat sendiri bagaimana tangan Putri Aguilera terulur di tepi danau seakan baru saja mendorong seseorang padahal ingin menolong.

Dan Aiora adalah putri semata wayang dari Axton yang di titipkan mendiang istrinya, orang tua mana yang bisa tenang saat anaknya tenggelam dan kritis? Bahkan menyaksikan sendiri suatu kesalahpahaman. Keduanya tidak bisa juga di bilang salah atau benar, sebab ketika rasa khawatir sudah menguasai, akal sehat memang lambat bergerak.

"Ayah!" Aiora menepuk pipi Ayahnya dengan pelan, "Aku mau peluk Kakak pengasuh cantik!"

Axton tersadar dari lamunannya, dia tersenyum. "Oke, tapi hati-hati ya."

Aiora mengangguk, dia memeluk Putri Aguilera dengan hati-hati seperti ucapan Ayahnya. Putri Aguilera sendiri tidak segan membalas, "Kakak, boleh cium Adik bayi?"

"Boleh, cantik." Aiora beralih menatap perut Putri Aguilera yang belum tampak membuncit, dia pun mencium perut Putri Aguilera lalu mengajak Adik bayinya bicara. "Adik bayi, baik-baik ya di perut Kakak cantik. Nanti kita ketemu, Adik bayi tahu tidak? Aku baru sembuh loh, nanti kita main!" Celotehnya.

Sedangkan Axton menunduk, dia mencuri satu kecupan di bibir Putri Aguilera lalu berbisik. "Maaf dan tolong berilah aku satu kesempatan untuk memperbaiki semuanya dan izinkan aku menerima hukuman darimu atas apa yang sudah aku lakukan."

"Axton?"

"Maaf," Axton menjatuhkan wajahnya di ceruk leher Putri Aguilera, dapat Putri Aguilera rasakan ada sesuatu yang basah. Axton menangis?

"Axton? Jangan begini, ada Aiora."

"Tidak, biarkan saja."

Aiora menatap aneh Ayahnya, "Kakak pengasuh cantik, Ayah kenapa?"

"Coba kamu tanyakan sendiri,"

"Ayah kenapa?"

Tapi Axton tidak menjawab, membuat bibir Putri Aguilera berkedut menahan senyum. Dia tahu kalau Axton tengah menahan tangisannya, mungkin malu jika Aiora tahu Ayahnya menangis. "Cantik, boleh Kakak minta tolong?"

"Minta tolong apa, Kakak cantik?"

"Pencet tombol merah itu ya,

Aiora mengangguk, dia memencet tombol yang Putri Aguilera katakan, lalu tak lama, Dokter Nicole datang bersama perawat. "Dok, boleh saya titip Aiora?"

Dokter Nicole paham, "Baik. Cantiknya Tante, ikut Tante dulu yuk?"

Beruntung, Aiora langsung mau di gendong.

Selepas kepergian Aiora dan Dokter Nicole, Putri Aguilera menjauhkan kepala Axton dari lehernya. "Kenapa? Baru sekarang kau menangis? Sudah paham? Kenapa aku selalu bilang, kamu akan sangat menyesal saat Aiora sembuh, benar terjadi bukan?" Putri Aguilera menatap mata yang selalu tajam kini bercucuran air mata.

Entahlah, Axton yang kejam rasanya berubah emosional dan mudah sekali menangis. "Sudah berapa kali aku bilang, Axton. Aku tidak pernah mendorong Aiora! Dia seperti adik untukku! Mana mungkin aku tega mendorong Adikku sendiri? Aku bukan iblis sepertimu!"

Axton menunduk seperti anak kecil yang tengah mendengarkan Ibunya mengomel, "Sekarang, ketika kamu sudah tahu semuanya. Kamu bisa dengan mudah meminta maaf? Apa kamu tidak tahu bagaimana sakitnya aku? Kamu siksa fisikku seperti kamu mencincang boneka! Aku bukan mainan yang bisa kamu gunakan sesuka hati, Axton. Aku juga manusia!"

"Semua sudah jelas sekarang, aku tidak lagi memiliki urusan denganmu. Aku akan memaafkanmu tapi dengan satu syarat, biarkan aku pergi dari hadapanmu!"

Kepala Axton menggeleng cepat, pria itu mengambil pistol yang selalu ada di saku celananya. "Dari pada kamu pergi meninggalkan aku dengan membawa anak kita, lebih baik aku yang pergi lebih dulu. Tembak aku sekarang, aku lebih rela mati di tanganmu dari pada mati dengan penyesalan."

Tawa Putri Aguilera pecah, "Baru sekarang kamu takut mati bersama penyesalan? Kemarin kamu kemana aja? Kamu─"

Ceklek.

"Axton,"

Wajah Putri Aguilera tidak terkondisikan, wanita itu menarik leher Axton yang untungnya masih bisa dia tarik dengan tangan. Tanpa membuka suara, Putri Aguilera menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Axton. Axton seakan peka dengan apa yang terjadi, "Pergi Ameera."

"Tidak! Aku hanya ingin melihat dia yang terus membuat kamu mengabaikan aku," Putri Ameera sangat miris sekali wajahnya, dia menatap nanar suaminya yang tengah memeluk seorang wanita. "Dia sakit apa, Axton? Apa perlu kamu sendiri yang turun tangan menemaninya? Ingat Axton, kamu punya aku sebagai istri yang harus kamu perhatikan juga."

Tiba-tiba, rencana jahat muncul di kepala Putri Aguilera. Si sialan itu agaknya sudah mulai menyukai Axton, ini kesempatan bagus untuk menghancurkan hatinya. Putri Aguilera mendadak mengurungkan niat untuk pergi dari kehidupan Axton, dia akan bertahan untuk membalaskan dendamnya pada sosok gadis yang telah menjadi dalang utama dalam kehancuran keluarganya dulu.

Hadirmu adalah petaka, maka matimu adalah bahagia. Aku tidak akan membiarkanmu hidup penuh cinta setelah kau menghancurkan cinta di hati Ibuku.

Yang Putri Aguilera lakukan persis seperti yang Axton lakukan.

Axton tidak ingin yang dia duga membuat anaknya celaka, bisa hidup bebas, maka dia membalaskan semuanya setimpal.

Begitu pula dengan Putri Aguilera yang tidak akan tinggal diam membiarkan sosok yang menjadi penyebab rumah tangga orang tuanya retak untuk tetap hidup bahagia, Putri Aguilera akan membalaskan dendam.

***

Tawanan Iblis KejamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang