Langit menggelap, mengabur bersama gerimis yang turun menyerang daratan bumi. Dengan setangkai bunga mawar merah, kaki jenjangnya melangkah mendekati sebuah bangunan kokoh yang menjadi ciri khas keluarga bangsawan. Axton berjongkok, mengusap lembut sebuah ukiran nama wanita yang pernah mengisi penuh ruang di hati dan hidupnya.
"Sayang, aku datang. Kamu tahu? Sekarang sudah ada wanita lain yang sedang mengandung anakku, dia juga wanita yang sangat menyayangi anak kita. Sayang, percayalah padaku, namamu memiliki ruang khusus di hatiku dan tidak akan bisa tersingkirkan oleh apa pun, wanitaku juga termasuk, wanitaku memiliki ruang penuh atas tempat khusus di hatiku. Kalian memiliki ruangnya masing-masing di hatiku,"
Gemuruh petir terdengar, angin menyapu cukup kencang. "Kamu tidak perlu takut apa pun, Aiora tidak akan kekurangan kasih sayang dariku atau pun dari wanitaku. Sayang, terima kasih telah hadir dalam hidupku dan menjadi Ibu terbaik untuk Aiora. Aku mencintaimu sebesar kamu mencintaiku,"
"Axton?"
Pria itu buru-buru berdiri, membungkuk sopan di hadapan Ibu mertua dan Kakak iparnya. "Ibu? Ada apa sampai Ibu ke pemakaman seperti ini?" Meski tak acuh pada Putri Ameera, Axton tetap menghormati Ibu mertuanya karena mau bagaimana pun, beliau adalah seorang Ratu. "Ibu ingin ke makam anak sulung Ibu,"
Axton baru tahu, jika Ratu Anastasia ternyata memiliki anak sulung dan itu bukan Pangeran Archie. "Kamu sendiri sedang mendatangi makam siapa?" Axton melirik sekilas ke makam mendiang istrinya, "Mendiang istri saya, Bu. Adaline," kening Ratu Anastasia berkerut, "Adaline?"
"Iya, benar, Bu."
"Boleh Ibu lihat?" Axton menyingkir ke samping, membiarkan Ratu Anastasia mendekati makam mendiang istrinya. "Adaline? Mengapa namanya sama dengan nama anak sulung Ibu?"
"Maksud, Ibu?"
Ratu Anastasia kembali berdiri dengan anggun, "Putri Adaline adalah anak pertama Ibu. Putri Adaline meninggal karena kecelakaan," helaan napas terdengar berat, sesak rasanya jika mengingat bagaimana Putri sulungnya kecelakaan sampai meninggal, bahkan bersama dengan calon istri Pangeran Archie.
Ya, kepergian calon istri Pangeran Archie meninggalkan bekas trauma yang mendalam untuk Pangeran Archie. Di mana hingga detik ini, Pangeran Archie tidak pernah mau dekat dengan perempuan mana pun. Kepergian calon istrinya di seminggu sebelum menikah, benar-benar membuat Pangeran Archie berduka berkepanjangan.
"Mendiang istriku meninggal setelah melahirkan, Bu."
Ratu Anastasia tersenyum sembari mengangguk, "Baiklah. Ibu pamit duluan ya, Ibu harus ke makam Putri Adaline."
"Iya, hati-hati, Bu."
Selepas kepergian Ratu Anastasia, Axton mengecup lama ukiran nama mendiang istrinya. "Aku pamit dulu ya, aku harus jemput anak kita di rumah orang tuaku."
***
"AKU MAU PULANG!! AKU MAU PULANG!!"
"Diam, Aiora! Kau lebih aman di sini bersama Nenek!"
Gadis kecil Axton dengan tabit buruk yang persis Ayahnya terus mengamuk menghancurkan barang di kediaman Raja Lucius dan Ratu Luciana, semua pelayan sudah menyerah meladeni kebengisan sang Nona muda yang tengah melampiaskan amarah. Tidak akan ada yang berhasil menghentikan, termasuk Raja Lucius yang rela meninggalkan acara penting kerajaan demi menemui cucunya yang membuat kekacauan.
"Aku mau Kakak cantik! Aku mau Kakak cantik!!" Aiora melempar semua barang yang bisa di raihnya, menghancurkan seisi kediaman sampai mirip kapal pecah. "AIORA DIAM!!"
"Jangan membentak aku! Ayahku saja tidak pernah membentakku, kalian siapa?! Menyingkir lah! Aku mau pulang!"
"Ini rumahmu!"
"INI BUKAN RUMAHKU!!" Aiora melempar guci hingga hampir mengenai Ratu Luciana. Raja Lucius hampir hilang kendali amarah, sebelum Axton datang dengan wajah yang membekukan siapa pun yang nekat memandangnya.
"Jangan bentak anakku," Axton menggendong Aiora, "Tidak ada yang berhak pada anakku selain aku sendiri." Tanpa mengalihkan pandangannya pada kedua orang tuanya, Axton melenggang pergi begitu saja, tiada penghormatan basa-basi.
Di perjalanan menuju kediaman, Aiora menangis sesenggukan. Mengadukan semuanya, termasuk Ratu Luciana yang terus menerus menghina Kakak cantiknya. Axton menyugar rambut, Aiora sudah sangat lengket dan sulit di pisahkan dari Putri Aguilera. "Apa kamu sangat menyayangi Kakak cantikmu itu?"
"Jelas! Kakak cantik memberiku kasih sayang dan akan memberiku seorang Adik!"
***
"Menjauh! Aku tidak suka berdekatan dengan kuman!"
Raut wajah Putri Ameera tidak terkondisikan, senyumnya yang tulus berubah kaku. "Anak tiri, kamu bisa memanggilku Ibu atau sesuka dirimu asalkan bisa membuatmu nyaman." Demi di balas cintanya oleh Axton, Putri Ameera yang memang menyukai anak kecil, berusaha sangat keras mendekatkan diri bersama dengan Aiora yang menjadi tipe langka bocah kecil, ucapannya sangat tajam dan memiliki temperamen yang buruk.
Matanya mendelik, bibirnya mendengus sebal. "Kau terlalu kaku seperti senyummu itu! Aku lebih suka memanggilmu kuman! Sangat nyaman untukku!" Aiora mengibaskan rambutnya, dia melenggang pergi tapi tangannya di tahan Putri Ameera. "Lepaskan! Tanganmu itu najis menyentuh kulit mulusku!"
"Aiora," teguran lembut dari arah belakang menerbitkan senyum lebar gadis kecil Axton itu. "KAKAK CANTIK!!!" Di serangnya Putri Aguilera dengan pelukan erat, tidak lupa berucap manis. "Aku hampir kehabisan oksigen karena tidak melihat Kakak, aku juga hampir kekurangan gula dalam tubuh karena tidak melihat senyum manis Kakak."
Putri Aguilera tertawa, "Lidahmu pandai sekali bersilat lidah. Sini pipinya cium dulu," Aiora memberikan pipinya dengan senang hati, membuat Putri Aguilera terus mengecupi dengan gemas. "Lucu banget sih? Anaknya siapa sih ini?"
"Hahaha! Anaknya Ayah Axton dan Kakak cantik dong!"
Kemesraan anak sambungnya dengan Putri Aguilera, membuat Putri Ameera merasa iri. Gadis itu melenggang pergi, yang diam-diam di ikuti oleh Dania, dirinya tahu ini semua terbilang lancang, tapi sebagai wanita, Dania tahu beratnya posisi Putri Ameera tapi juga tidak mudah menjadi Putri Aguilera yang posisinya serba salah. Jika dia pergi, bagaimana dengan nasib bayi di dalam kandungannya?
"Ibu, aku hanya ingin cintaku di balas oleh suamiku sendiri, tidak lebih. Tapi kenapa sangat sulit? Aku memang anak haram, anak tidak sah, anak pembawa sial, tapi ini semua bukan kemauan aku, Bu. Aku juga tidak ingin jika tahu akan di lahirkan sebagai putri dari seorang Raja. Lebih baik, Ayahku seorang pemulung sekalian tapi hidupku bahagia."
Hati Dania teriris perih, Dania juga kehilangan Ibunya sejak kecil. Dia memberanikan diri untuk mendekat dan bersimpuh dengan kedua lutut menyentuh tanah, "Dania? Duduk di sampingku, jangan sungkan!" Nada tegas Putri Ameera membuat Dania segan untuk menolak, wanita itu pun duduk di samping Putri Ameera.
"Putri, maafkan saya yang lancang mendengar ucapan Anda." Putri Ameera tersenyum sekilas, "Tidak masalah, Dania. Bukan rahasia umum kok, lagi pula, aku senang dengan kepribadianmu yang netral. Oh ya, bagaimana keseharian Axton di kediaman sebelum kami menikah? Apa dia selalu baik-baik saja?"
Sudah di khianati, Putri Ameera masih bisa tersenyum dan memastikan keadaan suaminya baik-baik saja? Terbuat dari apa hati Putri Ameera?
***
MAU DOUBLE UP GA??
SPAM KOMENT!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Tawanan Iblis Kejam
FantasyPutri Aguilera membenci Putri Ameera yang seakan merebut semua perhatian. Dendam dan kebencian membawa Putri Aguilera terjebak pada jerat mematikan seorang Axton. Di mana dirinya yang tidak bersalah, di jadikan tawanan salah sasaran, di siksa fisik...