Rasa bersalah yang harus di tebus seakan membubuhkan tanda tangan di kontrak perjanjian hidup dan mati, membuat Axton wajib menyenangkan hati Putri Aguilera yang sempat menjadi tawanan salah sasarannya, di tuduh mendorong Aiora ke danau, dan sekarang .... Harus mengandung benihnya, benih iblis kejam bernama Axton.
Misi pertama membuat Putri Ameera cemburu telah selesai, Putri Aguilera beralih memandang Axton, "Aku tidak enak pada istrimu. Dia pasti sangat membenciku,"
Yang di lakukan di taman berbeda dengan di kamar, duduk di temani Bibi kepala dapur, Putri Ameera tersenyum lembut. "Aku ikhlas jika wanita yang bersama suamiku adalah kekasihnya, tapi kalau pelacur, jujur, aku tidak ingin suamiku menjadi korban keegoisan seorang pelacur."
Bibi kepala pelayan menatap nanar istri majikannya, "Nyonya, hati Anda begitu luas menerima takdir. Mengapa bisa? Harusnya Anda egois, memiliki Tuan Axton untuk diri sendiri saja tanpa berbagi dengan wanita lain. Anda terlalu baik, Nyonya."
"Andaikan bisa, aku juga ingin seperti itu, Bi. Tapi posisiku sangat rentan di sini, aku hanya istri di atas kertas untuk Axton sedangkan wanita itu adalah kekasihnya. Aku bisa apa? Berani memberontak, maka aku harus siap menjadi janda." Putri Ameera menghela napasnya kasar, andaikan tak ingat tentang Raja Antonius, Putri Ameera lebih memilih menjalin hubungan gelap saja dengan Vincent, mantan kekasihnya.
"Anda malang sekali, Nyonya. Percayalah, kami akan berada di pihak Anda sebagai istri sah."
Istri sah? Tiba-tiba Putri Ameera mengingat Ibunya yang dianggap pelayan rendahan juga pelacur karena mengandung anak majikannya sendiri, apa ini posisi Ratu Anastasia dulu? Jika semua orang tahu statusnya yang asli, apa mereka tetap bersikap seperti ini? Atau malah berubah selayaknya sikap angkuh Putri Aguilera pada Putri Ameera?
Mereka akan beranggapan jika dirinya, putri tidak sah sekaligus anak haram, hanya hadir sebagai perusak dan wadah untuk di hina. Mereka bisa saja berpihak pada kekasih Axton setelah tahu identitas asli dirinya di keluarga kerajaan. Dengan begini, Putri Ameera semakin sadar diri dan sadar posisi. Dirinya dan Axton memiliki derajat yang sangat berbeda. Ibu, aku malu berada di sini. Bolehkah aku menyusulmu saja?
***
Tengah malam, Putri Aguilera terbangun. Wanita itu mendadak gelisah, menatap Axton yang tertidur di sofa. Putri Aguilera sendiri yang melarang Axton untuk tidur seranjang dengannya, Axton hanya boleh di ranjang sampai Putri Aguilera pulas dan setelah itu, Axton harus pindah ke sofa. Axton sangat patuh pada Putri Aguilera, tingkah yang benar-benar aneh dan di luar dugaan.
Bahkan, Putri Aguilera melarang Axton keluar kamar. Putri Aguilera ingin pamer pada Putri Ameera, jika dirinyalah yang bisa menguasai Axton seorang diri meski ada status yang lebih tinggi di rumah ini yaitu istri dari Axton sendiri. Semakin tidak suka dengan perasaan gelisahnya, Putri Aguilera pun membaringkan tubuhnya di samping Axton yang kebetulan tertidur miring.
Putri Aguilera memasukkan kepalanya ke dalam kaos oblong yang Axton kenakan, menghirup dalam-dalam aroma tubuh Axton yang menenangkan suasana gelisah di hatinya, membuat Axton terbangun lalu menunduk. Tersenyum gemas melihat bagaimana Putri Aguilera mendusel di dadanya. "Mau pindah ke ranjang, hm?"
Tubuh ramping Putri Aguilera sejenak menegang, "Aku mengganggu?" Wajahnya yang polos, menciptakan kekehan gemas. "Tentu saja tidak, kita ke atas ranjang saja, badanmu akan pegal-pegal kalau terus di sini." Putri Aguilera patuh, dia membiarkan Axton menggotongnya lalu membaringkan ke tengah ranjang.
"Ada apa dengan dirimu?"
"Aku merasa gelisah, tapi memelukmu semua gelisah itu sirna," Putri Aguilera sendiri bingung kenapa bisa begini. "Apa bawaan bayi kita, Axton?" Tanya Putri Aguilera kembali.
"Mungkin memang iya, sekarang, waktunya tidur."
Axton harus mencintaiku bagaimana pun caranya.
***
Pernikahan politik yang hambar di padu padankan pengabaian, seakan mencipta retak pilu relung hati terdalam. Wajahnya murung, hatinya mendung, dan senyumnya tak berdengung. Putri Ameera ingin di cintai dengan tulus oleh laki-laki yang mengucap ikrar pernikahan bersamanya beberapa waktu lalu, apakah sesulit ini Tuhan mengabulkan?
"Aiora, selamat pagi, sayang."
Alih-alih membalas serupa dengan senyum manis, Aiora malah mendengus dingin ke arah wanita yang enek untuk dirinya sebut Ibu sambung. Gadis kecil Axton berjalan beriringan bersama Dania menuju meja makan, "Dania, di mana Ayah dan Kakak cantik?"
Senyum sungkan sembari menunduk terarah pada Putri Ameera dari Dania, dia segan jika harus membicarakan tentang Kakak cantiknya Aiora di depan Putri Ameera. "Masih di kamar utama, Nona muda. Haruskah saya antar Anda menemui Tuan dan Nyonya?"
Di dalam kamar, Putri Aguilera mendorong dada bidang Axton dari depan wajahnya, wanita itu berjalan sedikit berlari menuju kamar mandi, berjongkok di depan kloset dan memuntahkan cairan bening. Suara muntah dari kamar mandi, membuat Axton terperanjat dan langsung meloncat turun menghampiri Putri Aguilera di kamar mandi.
Menyatukan rambut panjang, juga memijat pelan tengkuk leher Putri Aguilera. "Huek ...." Apa seperti ini rasanya mengandung dan harus bangun pagi dengan muntah-muntah? Putri Aguilera sangat lemas, dia tidak memiliki tenaga untuk berdiri, untungnya Axton peka dan bergegas menggendong Putri Aguilera ala koala.
"Masih mual?" Putri Aguilera mengangguk sembari menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Axton, sesekali merapatkan bibir saat gejolak ingin muntah kembali hadir. "Muntahkan saja, tidak perlu takut pakaianku terkena," Putri Aguilera menggeleng tanpa menjawab, tenaganya sudah terkuras habis pagi-pagi begini.
Axton tidak tega, pria itu duduk di tepi ranjang dengan Putri Aguilera di pangkuannya. "Maafkan aku yang harus membuatmu hamil," nada suara Axton sungguh penuh akan rasa bersalah, membuat Putri Aguilera mendongak dengan wajahnya yang pucat. "Jika di izinkan mengulang, aku tidak mungkin memperlakukan kamu seperti dulu."
Tiba-tiba, selintas pertanyaan menyerang isi kepala. "Siapa sebenarnya yang ingin kamu jadikan tawanan, Axton?"
"Meghan,"
"Meghan?"
"Iya, Meghan Parton."
Kening Putri Aguilera berkerut dengan samar, "Siapa dia?"
"Pembunuh istriku."
Putri Aguilera menatap dalam kedua bola mata Axton yang memancarkan kerinduan mendalam, "Kau sangat mencintainya?"
"Iya, dia adalah perempuan pertama yang mengenalkan aku pada cinta tapi juga luka pertama untukku saat dia pergi meninggalkan aku dan Aiora."
"Dia meninggal karena di bunuh? Makanya kamu begitu membenciku saat itu? Saat di mana kamu menganggap jika diriku adalah pembunuh istrimu? Mendiang istrimu?"
"Benar, wajah pembunuh itu tidak pernah terdeteksi, membuat anak buahku salah menangkap orang hanya karena pakaian yang sama seperti informasi dari anak buahku yang lain. Aku saat itu sangat kalap, berpikir jika aku sudah menemukan pembunuh istriku dan aku tidak akan membebaskannya dengan mudah kecuali di akhiri kematian."
Dia benar-benar iblis kejam.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Tawanan Iblis Kejam
FantasyPutri Aguilera membenci Putri Ameera yang seakan merebut semua perhatian. Dendam dan kebencian membawa Putri Aguilera terjebak pada jerat mematikan seorang Axton. Di mana dirinya yang tidak bersalah, di jadikan tawanan salah sasaran, di siksa fisik...