17 - Di abaikan

11K 580 1K
                                    

Setelah memastikan Putri Aguilera tertidur lelap, Axton pelan-pelan turun dari ranjang. Pria itu mengecup perut wanita yang sempat menjadi tawanan salah sasarannya, "Maafkan aku. Aku tidak seharusnya menyiksamu sampai seperti ini," Rasa bersalah membuat Axton kesulitan mengendalikan dirinya sendiri.

Pembalasan terbaik memanglah penyesalan.

Dia bergegas keluar kamar, masih banyak pekerjaan yang menanti juga kepulangan putrinya hari ini setelah memilih menginap di kediaman Raja Lucius dan Ratu Luciana. Baru saja pintu terbuka, Putri Ameera sudah menampakan diri. Axton menatap dingin pada Putri Ameera, "Axton, kamu akhirnya pulang. Sebentar, aku akan menyiapkan kamar─"

Axton mengangkat satu tangannya ke atas, membuat pergerakan Putri Ameera yang ingin masuk ke kamar langsung terurung. "Aku tidak pernah mengizinkanmu untuk masuk ke dalam kamar ini, jadi jangan lancang!"

Raut wajah Putri Ameera berubah kikuk seketika, "Baik. Maafkan aku, apa kamu mau kopi? Aku akan membuatkan kamu kopi,"

"Tidak, pergi!"

Di dalam kamar, Putri Aguilera hanya pura-pura tidur. Wanita itu mendudukkan dirinya, menatap lamat sebuah figura besar di atas pintu. "Dia pasti istri pertama Axton, cantik sekali."

Jika di bandingkan Putri Aguilera, istri pertama Axton memang kalah cantik, tapi di mata Putri Aguilera sendiri, istri Axton tetap saja sangat cantik. Bola matanya mengingatkan Putri Aguilera pada seseorang, warna hazel, sedangkan Putri Aguilera sendiri memiliki warna bola mata amber. Keduanya memiliki keunikan dan ciri khas yang sangat menonjolkan jati diri mereka masing-masing.

Putri Aguilera adalah definisi putri kerajaan yang sempurna, kekayaan, keturunan, kecantikan, dan kehebatan dalam bakat juga kepintaran otak. Sedangkan istri pertama Axton, sangat cantik. Wajahnya tampak lembut, manis, dengan bola mata hazel dan bibir tipis yang kemerahan. Rambutnya juga pirang dengan kulit putih.

"Aiora tidak mirip dengan Ibunya, apa mirip Axton? Tapi juga tidak mirip Axton," Putri Aguilera menggeleng, wanita itu pun melangkah menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya.

Malam tiba, di saat Putri Ameera ingin suaminya menemani dia tidur seperti suami istri pada umumnya, namun sayang, penolakan selalu menjadi yang utama. "Axton, apa kita tidak bisa tidur di kamar yang sama?"

Axton mengabaikan, pria itu melenggang pergi menjemput putrinya yang masih berada di rumah orang tuanya.

Sementara itu, di kediaman Raja Antonius, suasana tampak tegang. Setelah kepergian Ratu Anastasia dengan Pangeran Archie, kobar perebutan tahta mulai terlihat. Selir Miranda yang paling menonjolkan diri dengan terus mengagungkan anak-anaknya, "Suamiku, Pangeran Regal baru saja kembali dari tugas yang kau berikan di perbatasan. Pangeran Sanzio juga baru kembali setelah menyelesaikan pendidikannya."

Kedua putra selir Miranda tengah beristirahat di kamar masing-masing, mereka tidak sepenuhnya kembali atas tugas yang sudah di selesaikan, melainkan karena dorongan selir Miranda yang menyuruh kedua anak laki-lakinya untuk pulang segera karena akan ada peperangan dingin tentang kekuasaan. Pangeran Archie sebagai kandidat penting sebagai calon putra mahkota, telah pergi, bisa di bilang, posisinya sudah lengser dan bisa di gantikan.

Raja Antonius sendiri belum minat, jika pun Pangeran Archie menolak menjadi putra mahkota, maka Raja Antonius akan mengutus semakin banyak pengawal bayangan untuk mencari putrinya yang sampai detik ini masih hilang, Putri Aguilera harus di temukan dan menjadi pewaris tahta selanjutnya. "Tapi suamiku, pangeran Raffaello juga baru kembali dari luar negeri setelah menyelesaikan pekerjaan yang Anda berikan," selir Chrissy tidak mau kalah.

Di antara semua selir, hanya selir Janine yang tidak memiliki anak laki-laki. Sebab itu, selir Janine hanya diam mengepalkan tangannya dengan erat. "Sudahlah kalian diam! Avantie, temani aku." Selir Avantie mengangguk, wanita anggun dengan pakaian sederhana itu membiarkan Raja Antonius merangkul pinggangnya dan mereka pun menghilang dari balik pilar-pilar besar.

"Sial! Selir itu semakin kecentilan!" Semua selir tidak menyukai selir Avantie yang posisi kecantikan wajahnya memang 1 tingkat di bawah Ratu Anastasia dan 100 tingkat di atas selir-selir lainnya.

***

"Ibu, Alera akan baik-baik saja."

Ratu Anastasia tersenyum lembut pada putranya, "Ibu percaya akan hal itu. Ibu hanya memikirkan kamu sekarang, apa kamu tidak masalah jika posisimu sebagai putra mahkota lengser?"

Kening Pangeran Archie berkerut bingung, "Memangnya mengapa? Aku malah senang kalau tidak jadi Raja setelah Ayah nanti, karena dengan itu semua, aku bisa bebas memilih pendamping hidup."

Ratu Anastasia terkekeh, "Benar. Kamu bebas mencari pendamping hidup dan terserah mau menikah di usia berapa pun,"

Ah, Ibunya tahu saja kalau Pangeran Archie sangat malas membicarakan tentang pernikahan apalagi harus melaksanakan pernikahan. Meski usianya sudah memasuki kepala 3, Pangeran Archie tetap enggan menikah.

Di kediaman Axton, entah sudah berapa kali Putri Aguilera berguling-guling di atas ranjang mencari posisi nyaman, tapi sampai detik ini, dia belum juga mendapatkannya. Wanita hamil itu mendudukkan diri, dia menunggu Axton masuk ke dalam kamarnya. Apa aku keluar saja? Kita buat Ameera kepanasan.

Putri Aguilera tersenyum culas, wanita itu mengganti pakaiannya dengan gaun tidur seksi, tidak lupa menggerai rambutnya untuk menyamarkan wajahnya dari sepasang mata Putri Ameera. Sedangkan Axton baru tiba di kediaman, bersama Ludwig yang langsung membawa Aiora ke dalam kamar gadis kecil itu.

Melihat Putri Aguilera keluar dari lift, Axton langsung mendekat, melewati Putri Ameera yang memudarkan senyumnya. "Hei, kamu mau kemana?" Axton menunduk, bersiap merapikan rambut Putri Aguilera yang menutupi wajah wanita itu sebelum Putri Aguilera menahan tangan Axton di pipinya.

Dia berbisik, "Baby di dalam perutku berdemo ingin makan, kau lama sekali datangnya!"

Axton tanpa sadar terkekeh, "Kalau begitu ayo kita makan di meja makan."

"No! Gendong aku, kita makan di kamar saja!"

Reaksi cemburu Putri Ameera menciptakan tarikan mengejek di kedua sudut bibir Putri Aguilera yang berada di gendongan Axton, ingin sekali dia menjulurkan lidah tapi belum waktunya Putri Ameera melihat wajahnya. Ini terlalu cepat untuk Putri Ameera melihat kehadiran dirinya dan mengadukan pada Raja Antonius, dengan begitu, identitas aslinya akan terkuak.

"Axton, aku istrimu!"

"Dia kekasihku," Axton mengabaikan Putri Ameera yang menunduk, matanya memerah dan perih, siap menumpahkan air mata kecemburuan atas kedekatan dan sikap lembut Axton pada wanita yang bahkan tidak Putri Ameera ketahui siapa namanya.

Melihat Dania hendak melintas, Putri Ameera menahannya. "Dania, wanita yang bersama suamiku, siapa dia?" Dania terdiam, haruskah dia bicara jujur atau bohong? Dania bingung, posisinya serba salah. "Jawab saja, Dania, jangan ragu. Aku hanya bertanya tentang siapa wanita yang bersama suamiku, jika dia benar kekasih suamiku, aku akan memperlakukannya dengan baik."

Dania menatap nanar Nyonyanya yang di nikahi sang Tuan namun di abaikan bak pajangan, pajangan masih beruntung, bisa di lirik meski sekilas, Nyonya? Beliau tidak pernah di lirik meski sedetik pun.

***

Tawanan Iblis KejamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang