"CEPAT CARI!"
Semua anak buah Axton berpencar mencari Putri Aguilera yang hilang, Axton turut mencari. Dia sangat yakin jika Putri Aguilera tidak akan pergi jauh apa lagi berhasil keluar dari mansionnya yang memiliki penjagaan sangat ketat. Di sisi Putri Aguilera, wanita itu duduk di sebuah kursi panjang, di depannya hanya ada halaman luas yang kosong.
Putri Aguilera telah lelah berjalan yang entah sudah seberapa jauh, wanita itu merenungi nasibnya yang jauh dari kata beruntung setelah kabur dari istana. Ketika pikirannya tengah berkecamuk, seseorang secara kasar menarik lengannya. Tanpa melihat pun, Putri Aguilera sudah tahu jika yang selalu menarik lengannya dengan kasar hanyalah Axton.
"Beraninya kau menguji kesabaranku!"
Putri Aguilera hanya diam melihat kobaran amarah di manik mata tajam Axton, apalagi saat pria kejam itu mendorongnya dengan kasar hingga jatuh terlentang ke atas halaman kosong yang sejak tadi di pandanginya. Pria itu menindihi tubuh Putri Aguilera sembari mengeluarkan ponselnya dari saku celana.
"Tutup akses lapangan pelatihan, jangan ada satu pun yang masuk ke sini atau kalian akan kehilangan nyawa!"
Setelah mengancam, Axton menaruh sembarangan ponselnya. Pria itu menunduk, mencium bibir Putri Aguilera dengan kasar. Dalam benaknya, Putri Aguilera telah memikirkan apa cara agar dia terlepas dari jerat Axton. Dia pun diam-diam meraba saku belakang pria itu, dan Putri Aguilera dapat merasakan benda yang di carinya.
Pistol ini bisa membantuku, batinnya sembari tersenyum miring di dalam hati.
Jika terbebas dari mansion ini adalah mustahil, maka Putri Aguilera akan membunuh dirinya sendiri dengan pistol itu. Dia sudah tidak ada gairah untuk hidup, di pikirannya hanya ada mati dan mati. Belum lagi orang tuanya yang tak kunjung menemukannya. Putri Aguilera tahu betapa hebatnya prajurit kerajaan, mana mungkin mereka tidak bisa menemukannya kecuali memang tidak mencari dirinya.
Hati yang terluka dan mental yang terguncang, membuat Putri Aguilera kehilangan akal sehatnya. Wanita itu membiarkan Axton menguasai tubuhnya seperti biasa, bahkan ketika pria itu mengubah posisi menjadi dirinya yang di atas, Putri Aguilera hanya patuh. Pancaran matanya kosong, dia hanya bergerak bagaikan pelacur berpengalaman.
Di sela-sela permainan keduanya, ponsel Axton bergetar menandakan jika ada panggilan masuk. Axton takut pihak rumah sakit yang menghubunginya, dia pun menerima panggilan tanpa meminta Putri Aguilera untuk berhenti bergerak di atas tubuhnya. Ternyata, mengangkat panggilan adalah pilihan yang salah sebab Axton gagal membagi konsentrasinya.
Pria itu menjatuhkan ponselnya, meremas bokong Putri Aguilera dan membantunya agar semakin cepat bergerak. Erangan dan desahan yang bersahutan membuat si penelpon mengepalkan tangannya erat.
***
"Meera, kemana suamimu?"
"Aku tidak tahu, Ayah, biar aku hubungi dulu."
Putri Ameera pamit pergi ke kamarnya, dia pun mengambil ponsel dan menghubungi nomor Axton yang dia dapatkan dari Ibu mertuanya. Tak lama, panggilan di terima tapi jawaban yang dia tunggu malah membuat hatinya remuk. Suara erangan dan desahan sudah menjawab segalanya.
Apa yang membuat suaminya itu pergi tergesa-gesa tadi, bahkan tega meninggalkannya juga acara pernikahan mereka. "Axton? Kau meninggalkanku hanya karena seorang pelacur?"
Baru saja menikah, Putri Ameera sudah mendapatkan luka dari suaminya. Wanita itu hampir menangis sebelum kamarnya di ketuk, cepat-cepat Putri Ameera mengatur raut wajahnya. "Ibu?" Ibu mertuanya datang, Putri Ameera langsung bersikap lembut.
Ratu Luciana tersenyum, "Nak. Ibu tahu kalau suamimu pergi mendadak tadi, suamimu pasti mendapat telepon dari rumah sakit tentang kondisi anaknya. Bagaimana kalau Ibu antar kamu ke mansion Axton? Kamu bisa menunggu Axton di sana,"
Axton tidak ke rumah sakit, Bu, tapi Axton menemui pelacurnya di hari pernikahan kami. Sayangnya, Putri Ameera hanya berani menyampaikan dalam hati, wanita itu mengangguk dan ikut pergi bersama Ibu mertuanya menuju mansion suaminya.
Sedangkan di lapangan pelatihan, posisi sudah kembali bertukar. Baru kali ini Axton menikmati percintaannya dengan Putri Aguilera, sebab biasanya, Putri Aguilera hanya bungkam dan berakhir pingsan. Tapi kali ini, Putri Aguilera mampu mengimbangi dan terus mendesah dengan merdu. Axton bergerak liar di atas tubuh tawanannya yang dia kira sebagai pelaku yang membuat putrinya tenggelam.
"Shit! Kau membuatku gila!"
Axton semakin cepat bergerak, sembari mencium bibir Putri Aguilera menggebu-gebu. Diam-diam, Putri Aguilera mengulurkan tangannya ke arah celana Axton yang terlempar tidak terlalu jauh dari posisinya. Wanita itu sengaja menggerakkan tubuhnya seperti mengesot dengan posisi terlentang juga Axton yang masih menghujamnya tiada henti.
Seakan paham apa yang Aguilera inginkan, Axton menahan kedua tangan Aguilera ke atas kepala wanita itu. Menjilati leher, ketiak, tidak lupa belahan dada Putri Aguilera. "Kau tidak akan bisa mati dengan mudah,"
Siasatnya ternyata bisa terbaca dengan mudah oleh Axton, Putri Aguilera pada akhirnya pasrah. Tidak semudah bayangannya untuk terlepas dari jerat Axton ternyata, "Kau hanya bisa mati jika aku sendiri yang mencabut nyawamu." Bisiknya tetapi tak di pedulikan Putri Aguilera yang hanya diam menerima hujaman demi hujaman pria salah sasaran dalam balas dendam ini.
Di dalam mansion, Putri Ameera baru saja datang bersama dengan Ratu Luciana. Ratu Luciana langsung menemui kepala pelayan yang tidak lain adalah Ayah kandung dari Dania, Ratu Luciana menanyakan di manakah keberadaan Axton tapi kepala pelayan tidak bisa menjawabnya. Tanpa di beri tahu oleh Tuannya, kepala pelayan sudah peka jika sesuatu terjadi di lapangan pelatihan.
Sebab akses yang di tutup dan Axton yang melarang seluruh anak buahnya untuk memasuki area pelatihan, sudah menunjukkan jika ada sesuatu yang terjadi. Kepala pelayan tidak berani mengatakan hal itu pada Ratu Luciana, "Saya kurang tahu, Ratu."
"Bagaimana bisa tidak tahu? Saya sudah menghubungi rumah sakit tapi katanya Axton tidak ke sana, berarti Axton ada di mansion ini!"
"Mohon maaf, Ratu, saya benar-benar tidak tahu di mana keberadaan Tuan Axton."
Ratu Luciana menggeram marah, dia pun membawa Putri Ameera ke lantai atas di mana kamar utama tempat Axton biasa istirahat berada. Kepala pelayan hendak melarang, tapi dia sungkan dan tidak ada hak. Untungnya juga, Dania sudah membersihkan kamar dari sisa kanvas dan lain sebagainya, jadi tidak ada hal yang akan di curiga kan.
"Meera, Ibu pergi ke rumah sakit dulu ya. Kamu tunggu di sana saja, tak lama lagi Axton pasti pulang kok."
"Iya, Ibu."
Selepas kepergian Ratu Luciana, Putri Ameera menatap ke atas pintu yang terdapat figura foto sepasang pengantin. "Itu? Axton dengan istri pertamanya?"
Wajah cantik istri pertama Axton membuat Putri Ameera insecure, di istana, dia akan selalu merasa minder dengan Putri Aguilera yang cantiknya lebih dari kata sempurna, lalu di mansion ini, istri pertama Axton yang membuatnya minder.
***
SPAM KOMENT UNTUK NEXT!
KAMU SEDANG MEMBACA
Tawanan Iblis Kejam
FantasyPutri Aguilera membenci Putri Ameera yang seakan merebut semua perhatian. Dendam dan kebencian membawa Putri Aguilera terjebak pada jerat mematikan seorang Axton. Di mana dirinya yang tidak bersalah, di jadikan tawanan salah sasaran, di siksa fisik...