06 - Salah Tangkap

12.2K 725 16
                                    

Pagi hari, Putri Aguilera yang tertidur di kamar samping kamar Aiora, mulai mengerjap kan matanya. Dia tersenyum puas, saat sudah berhasil lepas dari penjara menyebalkan yang pengap. Kemarin, ketika Putri Aguilera di kembalikan ke penjara, Aiora mengamuk. Dia menghancurkan semua barang, bahkan berani mengancam ingin menusuk dirinya sendiri jika Putri Aguilera benar-benar pergi.

Axton takut anaknya terluka, dia terpaksa menuruti permintaan Aiora dengan menjadikan Putri Aguilera sebagai pengasuhnya. Kini sudah waktunya Putri Aguilera untuk membantu menyiapkan Aiora pakaian, sedangkan gadis kecil itu sudah pandai mandi sendiri. "Selamat pagi, cantik."

"Pagi, Kakak pengasuh cantik."

Selesai membantu Aiora berpakaian, keduanya berjalan beriringan menuju meja makan di mana Axton sudah menunggu di sana bersama Dania yang setia berdiri di belakang Axton. Putri Aguilera mengabaikan Dania yang menatapnya kagum, lagian, siapa yang tidak akan kagum dengan wajah cantiknya .... Oh, mungkin hanya Axton yang buta.

"Pagi, Ayah."

"Pagi, Nak." Axton tersenyum tipis ke arah anaknya, membuat Putri Aguilera berdecak dan mengakui ketampanan pria itu di dalam hati. Putri Ameera terlalu beruntung jika berhasil mendapatkan suami setampan dia tapi akan rugi karena sifat Axton yang menyebalkan.

Sarapan usai tanpa banyak obrolan, Axton pamit pergi ke kantor pada anaknya sedangkan Putri Aguilera menemani Aiora bermain di taman belakang rumah. Putri Aguilera menatap Aiora, mulai menerka, di manakah Ibu dari gadis kecil itu. Atau sudah mati, atau kedua orang tuanya yang bercerai.

"Kakak pengasuh cantik, kemari!"

Di istana, jejak Putri Aguilera yang benar-benar hilang bak di telan bumi, memutus semangat Raja Antonius dalam melakukan pencarian. Bahkan Ratu Anastasia sudah beberapa kali masuk rumah sakit, terlalu takut jika sebenarnya, Putri Aguilera di culik lalu di bunuh oleh musuh. Membayangkan hal itu, Ratu Anastasia hanya bisa menangis dalam pelukan suaminya.

"Tenanglah, Sia. Alera pasti akan ditemukan,"

Lusa, hari pernikahan sepupu yang sangat menyayangi Putri Aguilera. Pernikahan itu terancam batal sebab si pria yang enggan menikah jika Adik sepupunya masih hilang tanpa kabar, tapi berkat bujukan keluarga besar, pria itu pun terpaksa setuju untuk melanjutkan acara pernikahannya di tengah Adik sepupunya yang masih hilang.

"Ini salahmu! Harusnya kamu tidak menghamili pelayan itu sampai dia hamil dan melahirkan anakmu! Aku membenci fakta itu, Antonius!"

Raja Antonius mengusap wajahnya dengan kasar, kejadian sudah terjadi 29 tahun lalu tapi Ratu Anastasia tidak pernah bosan mengungkit setiap kali Putri Aguilera kabur dari istana. Penyebab gadis itu kabur, tidak akan jauh-jauh dari perdebatan perihal Putri Ameera. Meski Raja Antonius memiliki beberapa selir, Raja Antonius tidak pernah mengistimewakan anak-anaknya yang lain.

Karena memiliki selir bagai memenuhi semua syarat saja menurutnya, dia juga sebenarnya enggan memiliki selir tapi warga sangat mendukung. Raja Antonius, hanya menyayangi anak-anaknya bersama Ratu Anastasia dan juga anaknya dengan pelayan yang sudah mati itu, Putri Ameera.

"Pergi! Tinggalkan aku,"

Raja Antonius pasrah, pria itu pergi meninggalkan Ratu Anastasia yang tengah menangis mengkhawatirkan kondisi anak bungsunya. Di luar kamar, seorang wanita tengah menunggu Raja Antonius. Wanita berperut buncit itu langsung mendapat kecupan di bibirnya dari Raja Antonius, "Ada apa, Miranda?"

"Apa Putri Aguilera telah di temukan?"

"Belum,"

Tanpa Raja Antonius sadari, wanita di depannya tersenyum miring penuh arti.

***

"Lihat, Ibu sangat suka bunga Lily membuat Ayah menanam banyak bunga Lily di taman belakang ini. Kakak pengasuh cantik suka bunga apa?"

Nalurinya sebagai seorang wanita membuat Putri Aguilera menyayangi Aiora dengan tulus, tidak seperti dirinya pada Ayah gadis kecil itu. Hanya kebencian yang tersemat untuk Axton, "Aku suka dandelions."

"Kenapa? Padahal aku suka bunga matahari, yang bersinar dan setia."

Putri Aguilera membayangkan kembali dirinya yang pemberontak, bar-bar, dan berani sebagai seorang Putri Kerajaan. Dirinya yang menyukai bunga dandelion seakan mendapatkan suatu pencerahan, yaitu tentang kesamaan simbol. Sama-sama berani.

"Bunga dandelion itu mengartikan berani dan kebahagiaan, aku ingin seperti bunga dandelion."

"Yang selalu berani dan bahagia?"

"Benar," Putri Aguilera mengusap rambut panjang Aiora dengan lembut. Gadis kecil ini memiliki wajah yang tidak mirip dengan Axton, pasti mirip dengan Ibunya. "Di mana Ibumu, Aiora?"

Raut yang tadinya berseri kini layu seketika, "Kata Ayah. Ibu sudah meninggal setelah memperjuangkan kelahiran aku, aku sedih sekali karena belum pernah melihat wajah Ibu."

"Malangnya," Dengan perlahan, Putri Aguilera memeluk Aiora, memberikan keamanan dan kenyamanan untuk gadis kecil itu. "Kita sudah menjadi sahabat tapi aku belum tahu nama lengkap dan usiamu, siapa nama lengkap kamu dan berapa usiamu?"

Biasanya, setiap ada wanita dewasa yang Ayahnya bawa ke mansion dan di perkenalkan sebagai calon Ibu sambungnya, tidak ada satu pun dari mereka yang menanyakan pertanyaan yang Putri Aguilera sampaikan. Membuat gadis kecil itu merasa spesial dan semakin lengket saja pada Putri Aguilera.

"Aiora Louise Descartes, usiaku sekarang empat tahun."

"Nama yang indah," Putri Aguilera tersenyum manis, membuat Aiora terpikat seketika.

"Senyum Kakak pengasuh cantik sangat memesona, aku menyukainya."

"Terima kasih, senyum kamu juga sangat memesona jika terus tampak tulus."

"Kalau begitu, aku akan banyak tersenyum!"

"Good girl,"

Melihat putri kecilnya yang tidak biasa dekat dengan perempuan asing lalu sekarang bisa sedekat itu dengan Putri Aguilera, Axton di rundung kebingungan. Pria itu tanpa sadar tersenyum tipis, melihat putrinya yang selama ini selalu murung dan cenderung pendiam. Niat hati ingin menyiksa Putri Aguilera, Putri dari Axton malah terpikat pada gadis itu.

"Nama Kakak pengasuh cantik siapa? Dan usia Kakak pengasuh cantik juga berapa? Aku belum tahu,"

Putri Aguilera mengusap pipi Aiora yang selalu merona alami, persis seperti pipinya. "Namaku Aguilera, kamu bisa panggil aku Kakak Alera dan usiaku tahun ini tujuh belas tahun,"

"Woah! Kakak masih sangat muda!"

Tak hanya Aiora yang terkejut, Axton pun sama terkejutnya. Pria itu berbalik badan, bergegas menemui Ludwig di ruang kerjanya. Dengan kasar, Axton menendang pintu, membuat Ludwig di dalam ruangannya, tersentak kaget. "Tuan?" Ludwig langsung berdiri dari duduknya.

"Siapa yang anak buahmu bawa ke hadapanku sialan?!"

"Siapa? Maksud Anda, Tuan?"

"Wanita itu!"

"Bukankah dia Nyonya Meghan?"

"Sialan! Dia bukan Meghan!!"

Deg.

"Maksud Anda, Tuan?"

Kedua tangan Axton terkepal erat, dia mengeluarkan pistol dari saku celananya lalu menembak tepat ke perut Ludwig. "KALIAN SALAH TANGKAP SIALAN!!"

Pendengarannya masih berfungsi dengan tajam dan normal, Axton mendengar semuanya dengan jelas jika nama gadis yang menjadi tawanannya adalah Aguilera dan bukan Meghan. Dia juga berusia 17 tahun dan sangat jauh dengan usia Meghan.

***

Bab lebih banyak ada di aplikasi KBM, silakan download, xixi

Tawanan Iblis KejamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang