"Aiora, habiskan!"
Gadis kecil berusia 5 tahun itu mengamuk, melempar semua barang yang ada di dekatnya. Membuat Axton, hanya bisa memijat pelipisnya yang berdenyut. "AIORA!"
Gadis kecil itu terkejut, perlahan berjalan mundur usai mendengar suara bentakan dari Ayahnya. Melihat wajah takut Aiora, Axton mengembuskan napasnya kasar lalu mengusap wajahnya. "Aiora, maafkan Ayah."
"Jahat!"
Dengan kaki kecilnya, Aiora berlari meninggalkan Axton. Gadis kecil itu lagi-lagi mengamuk, tidak mau makan karena hanya ingin makan saat di suapi Ibunya. Axton menjatuhkan tubuhnya ke atas sofa, "Sayang, lihat anak kita."
Sementara itu, sekeras mungkin Putri Aguilera berpikir, hal apa yang harus dia lakukan agar bisa keluar dari penjara menyebalkan ini. Dia sungguh muak, haruskah dirinya membuat ulah? Putri Aguilera tersenyum penuh arti, melihat seorang pelayan yang datang untuk mengantarkannya makanan.
Dengan sekali gerakan, Putri Aguilera berhasil memecahkan piring. Gadis itu menusuk sang pelayan tepat ke perut dan menyayat lehernya, lalu mengendap-endap keluar penjara. Dia harus bisa bebas lebih dulu dari penjara pengap ini.
Ketika tengah berusaha mencari jalan keluar, Putri Aguilera akhirnya melihat celah bagus. Gadis itu meloncat keluar, dia berdecak kagum, menatap danau tenang dihadapannya. Berjalan mengikuti insting, gadis itu ke tepi danau, melihat pantulan wajahnya yang mengerikan dari air danau yang tenang.
Dengan perlahan, Putri Aguilera menangkup telapak tangannya, mengambil air lalu membasuh wajahnya meski sesekali meringis karena perih mengenai luka lebam di pipinya sehabis di tampar. Di rasa cukup baik, Putri Aguilera menegakkan punggungnya. Kembali berjalan perlahan sampai dia melihat, seorang gadis kecil tengah sendirian.
Dia, bukannya gadis kecil waktu itu? Hati kecilnya tersentuh, melihat wajah murung Aiora. Dia pun mendekat, "Aku boleh duduk di sini?"
Gadis kecil itu tidak melirik sama sekali, hanya menatap lurus ke depan tapi membiarkan Putri Aguilera duduk di sisinya. "Kamu sedang merindukan seseorang?"
"Iya,"
"Ibumu?"
Tebakan Putri Aguilera tidak meleset, membuat Aiora menoleh lalu tertegun, melihat wajah sempurna Putri Aguilera yang memikatnya dalam sekali pandang. Apalagi bola mata Putri Aguilera, "Kau cantik sekali."
"Terima kasih, kau juga sangat cantik."
Keduanya tersenyum, sampai seseorang datang dan langsung menarik Putri Aguilera sampai jatuh ke belakang. "HEI KAU─"
"Dania, bawa Putri Aiora masuk!"
"Baik, Tuan."
Putri Aguilera menatap tak percaya pada Axton yang bisa dengan mudah menarik tangannya begitu kasar, lalu kembali mendorongnya ke tepi danau, untung tidak tenggelam. "Berani sekali wanita murahan sepertimu, mencoba kabur bahkan mendekati anakku."
Rahang Putri Aguilera mengeras, gadis itu tidak terima di katai wanita murahan. "Tutup mulutmu, Pak Tua! Aku jauh lebih sempurna dari apa yang Anda bayangkan!"
Melihat tingkat kepercayaan diri Putri Aguilera yang sangat tinggi, Axton tertawa. Menjambak rambut Putri Aguilera dengan keras, "Pembunuh sepertimu memang harusnya aku siksa terus menerus!"
"Ludwig, bawa jalang ini ke kandang Wollfin."
Wollfin? Itu pasti serigala, Putri Aguilera menatap Axton penuh permusuhan. "Kau tidak ada hak memenjarakan aku, Tuan."
"Jelas, hakku sangat besar dalam menyiksa dirimu."
"Bawa dia, Ludwig!"
"Siap, Tuan."
***
Di kamarnya, ketika makan malam tiba, Aiora celingak-celinguk, mencari di manakah wanita cantik yang sempat dia temui. "Tuan putri, Anda sedang mencari siapa?"
"Di mana dia?"
"Dia?"
"Wanita di danau,"
Dania terdiam, dirinya tahu, wanita yang tadi siang bersama Aiora pasti tawanan Tuannya karena penampilan wanita itu yang sungguh mengenaskan. "Lebih baik Anda makan malam lebih dulu, Tuan putri."
"Tidak,"
Aiora mogok makan, dia hanya mau makan kalau di suapi wanita yang sangat cantik di danau tadi. Semua pelayan kewalahan menghadapi sikap keras kepala Nona muda mereka, mereka pun akhirnya melaporkan pada Ludwig. Dan Ludwig langsung melapor kepada Axton yang kini mengembuskan napasnya dengan kasar.
Pria gagah itu berjalan menuju kamar putrinya, memberi kode melalui tangan agar Dania pergi meninggalkan kamar Aiora. "Putri Aiora,"
Gadis kecil itu menoleh, "Ya."
"Makan sekarang!"
"Tidak,"
"Putri Aiora!"
"Dia,"
Rahang Axton mengeras, pria itu tidak memiliki tonik kesabaran yang berlebihan. Dia gampang emosi dan harus dihadapkan dengan tingkah keras kepala anaknya. "Makan sekarang atau semua fasilitasmu, Ayah sita!"
Bukannya takut, Aiora malah menutup tubuhnya dengan selimut. Mengabaikan Axton yang kini mengacak rambutnya frustasi, Aiora baru sekali bertemu Putri Aguilera, tapi kenapa bisa menjadi seperti ini? Dengan wajah datar, Axton memerintahkan agar Ludwig memanggil Putri Aguilera untuk membantu Aiora supaya mau makan malam.
Di ruangan lain, Putri Aguilera menopang dagunya, dia diam sampai Ludwig datang dan mengatakan, jika Aiora hanya mau makan kalau di suapi dirinya. Diam-diam Putri Aguilera tersenyum, gadis kecil itu pengertian sekali, membuat dirinya semakin mudah keluar dari penjara menyebalkan ini.
***
"Jadilah budak untuk anakku,"
Putri Aguilera menatap malas pada Axton yang seenak jidat mengklaim dirinya sebagai budak, "Lebih baik aku mati daripada merendahkan diri dengan menjadi seorang budak!"
Tanpa kata, Axton menodongkan pistol ke arah kepala Putri Aguilera. Membuat gadis itu berdecih, "Aku mati maka anakmu akan ikut mati. Lihat! Dia hanya mau makan saat bersamaku, bagaimana kalau aku tidak ada?"
Putri Aguilera tersenyum puas, melihat wajah jengkel Axton karena apa yang gadis itu katakan memang benar. Aiora baru mau makan setelah Putri Aguilera datang dan menyuapinya, lalu gadis kecil itu sekarang tengah tidur karena kekenyangan.
"Hidupmu tidak akan pernah tenang di sini,"
"Nyenyenye,"
Gadis itu .... Benar-benar, sebab hanya dia yang berani bertingkah semena-mena pada dirinya yang terkenal kejam.
***
Follow + Vote + Spam koment!
KAMU SEDANG MEMBACA
Tawanan Iblis Kejam
FantasyPutri Aguilera membenci Putri Ameera yang seakan merebut semua perhatian. Dendam dan kebencian membawa Putri Aguilera terjebak pada jerat mematikan seorang Axton. Di mana dirinya yang tidak bersalah, di jadikan tawanan salah sasaran, di siksa fisik...