32 - Menjadi Jinak

8.3K 567 55
                                    

"Kenapa diam, Archie? Apa kau kekurangan kata untuk mengecam aku?" Putri Aguilera membuang pandangannya lalu kembali menatap ke arah Pangeran Archie. "Aku melakukan semuanya bukan tanpa alasan, aku memiliki alasan yang kuat, Archie!"

"Apa alasanmu? Apa hanya karena, dia terlahir dari seorang gundik? Dia anak tidak sah? Dia merebut kasih sayangku dari dirimu? Atau apa, Alera?!"

"Lebih, lebih dari itu semua Archie." Putri Aguilera mendengar ada suara langkah kaki mendekat, wanita itu pun memakai kembali topengnya dengan cepat.

"Archie? Dengan siapa kamu di sana?"

"Dengan pelayan! Ibu tunggu di sana, aku akan menyusul." Tatapan Pangeran Archie beralih pada Putri Aguilera, "Aku tahu, Alera. Tujuanmu kabur dari istana dan membuat seisi istana runyam hanya karena ingin mencari perhatiankan? Sekarang kau berhasil! Tapi jangan berani-berani mempermalukan Ameera di acara ini!"

"Satu lagi! Jika kau berani menampakkan diri di depan Ibu dan Ayah sekarang, aku akan benar-benar membencimu!"

Melihat kepergian Pangeran Archie, Putri Aguilera terkekeh. "Padahal aku tidak memiliki niat untuk mempermalukannya di acara ini, karena aku masih memikirkan nama baik suaminya. Tapi karena saran dirimu, aku berubah pikiran, Archie. Terima kasih atas sarannya," wanita itu menegakkan kepalanya, dia berjalan dengan tegas juga anggun.

Sepasang mata Axton yang berkeliling, sama sekali tidak menemukan keberadaan Putri Aguilera. Tidak mungkinkan jika Axton berhalusinasi dan tadi, sebenarnya dia berdansa dengan bayangan menyerupai Putri Aguilera? Axton yang merasa berat di kepalanya, memutuskan untuk ke meja minuman, dan menenggak 2 gelas wine di sana.

"Tuan,"

Axton menoleh, "Bagaimana dengan wanitaku, apa dia baik-baik saja di kediaman?" Vincent mengangguk dan mengatakan jika Putri Aguilera baik-baik saja di kediaman, semakin kuatlah persepsi jika tadi, Axton hanya berhalusinasi bisa berdansa dengan Putri Aguilera. "Kau bisa pergi, Vincent."

"Baik, saya permisi, Tuan."

Vincent pergi menjauh dari Axton, pria itu mengeluarkan ponsel dari saku jasnya. "Kamu di mana?"

"Di suatu tempat, aku ingin ke pusat makanan. Aku lapar,"

"Dasar gemuk! Kau selalu saja merasa lapar,"

"Hei! Aku ini body goals ya, lagian makan itu manusiawi. Masa lapar harus di tahan?"

"Baiklah, kirim lokasimu. Aku akan ke sana sekarang,"

Di tempat lain, Putri Aguilera mengirimkan pesan pada Vincent agar menjemputnya di taman belakang kerajaan karena dia malas lama-lama di sini. Dia ingin pergi ke mana gitu sampai besok di acara puncak, Putri Aguilera akan membuat rekor terbaru. Tapi pesannya sama sekali belum di baca, dan 10 panggilan pun tidak terjawab.

Hingga pada akhirnya, derap langkah kaki terdengar. Putri Aguilera berdiri karena beranggapan, jika yang datang adalah Vincent. "Vin, kamu kenapa─"

"Alera? Aku mencarimu sejak tadi,"

"Ratu," Putri Aguilera tersenyum kikuk. Dia pun mendekat ke arah Ratu Luciana di mana Ratu Luciana yang menjemputnya menggunakan pesawat pribadi. "Maaf, aku bosan di dalam. Makanya aku keluar,"

"Aku akan memperkenalkanmu pada semua teman-temanku, ayo ikut aku."

Putri Aguilera terdiam, jika di perkenalkan, maka Putri Aguilera akan bertemu dengan Ratu Anastasia. Ini terlalu cepat, "Ratu. Aku akan menunggu di sini sampai acara selesai, perutku rasanya sangat tidak nyaman."

"Ya Tuhan! Aku lupa jika kau sedang hamil, kalau begitu. Ayo ikut aku, kau harus istirahat di kamar. Aku akan memperkenalkanmu dengan teman-temanku, besok saja di acara puncak." Putri Aguilera tidak menolak, dia pun di antar ke sebuah kamar yang berdesain sangat mewah.

Wanita itu melepas gaunnya, Ratu Luciana juga sudah menyiapkan gaun sederhana tapi harganya luar biasa. Ternyata sangat mudah menarik perhatian Ratu Luciana, ini juga berkat kehamilannya. Selesai berganti pakaian, Putri Aguilera berbaring ke atas ranjang dan dia tidak tahu jika kamar yang saat ini dia tempati, adalah kamar milik Axton semasa di kerajaan.

Pria itu yang niat hati ingin istirahat agar halusinasinya hilang, malah beranggapan, jika halusinasinya makin menjadi dengan melihat Putri Aguilera tertidur di atas ranjang. "Kau benar-benar mengisi penuh hati dan kepalaku, Alera. Bahkan saat kita berjauhan saja, kau tetap memenuhi isi kepala dan menyihir mataku."

Axton sudah berkali-kali mengucek matanya, tapi Putri Aguilera yang dia anggap halusinasi, tdiak kunjung pergi. "Ini bukan halusinasi?" Axton memilih membuktikan sendiri, pria itu mengunci pintu kamar, mengantisipasi agar kejadian yang lalu tidak terulang. Dia juga melepas jas, dasi, kemeja, hingga bertelanjang dada.

Dengan perlahan, Axton menarik selimut yang menutup tubuh wanitanya. Pria itu menyingkap gaun tidur yang Putri Aguilera kenakan, menunduk, lalu mencium berkali-kali perut Putri Aguilera. "Ini bukan mimpi,"

"Axton?"

Axton mendongak, "Sayang? Kenapa kamu bisa ada di sini?"

"Ratu Luciana yang membawaku,"

"Oh─ tunggu! Ratu Luciana? Ibuku?!"

"Siapa lagi Axton? Tentu saja Ibumu," Putri Aguilera menguap, "Aku mengantuk. Bisa kau menyingkir?"

"Tidak! Jelaskan dulu, sejak kapan kalian dekat?"

Putri Aguilera menjelaskan perihal dirinya yang mengakui tentang siapa dirinya untuk Axton dulu, "Kau .... Mengatakan semuanya?"

"Iya, kenapa? Kau akan marah?"

"Tidak marah, tapi─"

BRAK!

BRAK!

"AXTON! IBU TAHU KAMU ADA DI DALAM! KELUAR SEKARANG!"

Axton memejamkan matanya, "Maka aku akan menjadi samsak untuk Ratu Luciana tercinta." Dengan pasrah, Axton berjalan membuka pintu yang langsung mendapat serangan di telinganya, "Bu! Astaga! Ibu, aku tidak punya koleksi telinga lagi! Bagaimana jika telingaku putus?!"

"BIAR! BIARKAN SAJA!"

Melihat bagaimana Axton di jewer telinganya, Putri Aguilera menahan tawa. Wanita itu membekap mulutnya sendiri, "Maaf Axton. Tapi kau lucu jika berubah menjadi jinak di depan Ibumu seperti ini."

***

Tawanan Iblis KejamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang