11 - Pintu Rahasia

10K 565 223
                                    

Peringatan Dokter Nicole bagaikan angin lalu untuk pria kejam seperti Axton, buktinya, pria itu kembali menyentuh Putri Aguilera dengan kasar tanpa melepas rantai di kedua tangan dan kaki wanita itu. Wanita yang tadinya tertidur, kini mulai mengerjap kan matanya saat merasakan sesuatu terus menghujam miliknya.

Putri Aguilera hendak menggerakkan tangannya tapi sia-sia karena rantai ini terlalu kuat, hanya akan melukai pergelangan tangannya saja. Dengan tatapan dingin, Putri Aguilera menatap ke arah Axton. "Jika kau terus berasumsi bahwa aku yang mendorong putrimu, kenapa kau tidak mendorongku juga ke danau? Biarkan aku mati tenggelam di sana daripada harus mendapat siksa fisik seperti ini."

Suara Putri Aguilera sangat parau sekali, "Aku bukan pelacur yang bisa kau gunakan tubuhku kapan saja. Aku wanita terhormat, Axton. Tapi karena amarah tak berdasarmu, kau melukai harga diriku, bukan hanya fisikku."

Amarah semakin meletup dalam dada pria itu, dia semakin kasar melakukan penyatuan, membuat Putri Aguilera terkekeh miris. Hanya sia-sia jika dirinya berbicara panjang kali lebar bahkan sampai mulut berbusa pun, Axton tidak akan mendengarkan semua ucapannya. Pria itu hanya akan mendengarkan bisikan untuk balas dendamnya saja.

Setelah puas, Axton akan pergi meninggalkan Putri Aguilera. Putri Aguilera? Wanita itu hanya menghela napasnya, menunggu Dania datang dan membantunya membersihkan diri. Setelah membersihkan diri di bantu Dania, Putri Aguilera meminta kanvas lengkap dengan peralatan melukis lainnya.

Dia duduk di depan kaca jendela, mulai melukis di atas kanvas dengan jemari lentiknya. Sekarang bukan hanya hatinya yang mati rasa tapi sekujur tubuhnya juga mati rasa, hei! Mau bagaimana pun, Putri Aguilera tetaplah gadis belia yang baru berusia 17 tahun tapi Axton telah berhasil menguncang mentalnya atas kesalahan yang tidak dia perbuat.

Di atas kanvas, Putri Aguilera melukis secara abstrak. Wanita itu kehilangan gairah hidupnya setelah Axton merenggut kehormatannya dan juga harga dirinya sebagai seorang gadis yang terlahir untuk di segani. Sampai kapan dirinya harus berada di posisi ini?

"Aiora, bangun, sayang. Bantu aku terlepas dari fitnah kejam Ayahmu, aku bukan pelaku yang mendorongmu. Tolong katakan hal itu pada Ayahmu,"

Di kerajaan, tengah sibuk sebab acara pernikahan Putri Ameera dengan Axton akan segera di gelar secara besar-besaran. Ratu Anastasia menolak datang atau sekedar memantau perkembangan acara, wanita itu hanya diam di dalam kamarnya seorang diri. Ratu Anastasia tidak bisa menerima pernikahan Putri Ameera yang akan terjadi sedangkan putrinya masih belum di temukan.

"Sia, ini hari bersejarah untuk Putri Ameera. Kita harus mendampinginya,"

Tanpa menoleh ke arah Raja Antonius, dirinya berucap, "Tidak akan. Putriku saja belum di temukan, bisa-bisanya kalian membuat acara besar-besaran seperti ini. Apa kamu pikir, aku masih bisa menikmati acara? Antonius, aku rela jika kau menikah lagi dengan selir-selirmu itu tapi aku tidak akan rela jika kau mengabaikan anakku yang hilang hanya karena pernikahan anak tidak sah itu!"

"Sia!"

"Mari bercerai, Antonius."

"Anastasia!"

Ratu Anastasia berdiri dari duduknya, wanita itu menatap nyalang ke arah Raja Antonius. "Kehilangan aku tidak akan membuatmu kesepian, kau bisa mencari selir baru atau mengangkat selir kesayanganmu itu sebagai Ratu. Aku menyerah, Antonius. Aku akan mencari putriku sendiri jika kau telah abai pada hilangnya putriku,"

Dengan wajah datar, Ratu Anastasia melepas mahkota yang selalu dirinya kenakan, membuat kedua tangan Raja Antonius terkepal. "Pakai, Ratu Anastasia!"

"Tidak, aku akan mengembalikan mahkota ini pada Ibu suri. Aku pamit, Antonius. Aku sendiri yang akan mengurus berkas perceraian kita,"

"Anastasia! Aku tidak suka di bantah!"

"Dan aku tidak suka kamu mengabaikan anakku yang hilang! Jangan lupa, Antonius. Aku adalah seorang ahli dalam memusnahkan nyawa orang sebelum menikah denganmu, aku bisa dengan mudah melenyapkanmu beserta pelacur-pelacurmu itu."

Ratu Anastasia pergi keluar kamar meninggalkan Raja Antonius yang menggeram marah, Ratu Anastasia pergi ke kamar putranya, Pangeran Archie. Dia melihat putra sulungnya yang tengah sibuk di depan meja kerja, "Archie."

Pria itu menoleh, "Ibu. Ada apa, Ibu?"

"Sekarang, ikut Ibu."

"Kita mau ke mana, Bu?"

"Pergi dari istana ini,"

"Bukankah sebentar lagi Meera akan menikah? Kenapa kita harus pergi?"

"Ikut dengan Ibu sekarang atau berdiam diri di sini dan biarkan Ibu pergi sendiri?"

"Baik, aku ikut Ibu."

***

Meski Ratu Anastasia dan Pangeran Archie telah pergi dari istana, Raja Antonius tetap melanjutkan acara pernikahan Putri Ameera dengan Axton di dampingi selir Janine. Raja Antonius tidak mungkin mengabaikan pernikahan politik yang akan sangat menguntungkan dirinya ini. Dia tentu saja tidak bisa menyia-nyiakan.

Urusan Ratu Anastasia dan Pangeran Archie, Raja Antonius bisa mencari keduanya setelah acara ini selesai. Tak terasa, ikrar pernikahan telah selesai di laksanakan. Kedua pengantin hanya berdiam diri di singgasana mereka, berbeda dengan Putri Aguilera yang entah sejak kapan, memiliki hobi baru yaitu melukis di atas kanvas dengan duduk di depan kaca jendela.

Tanpa sengaja, kuas di genggamannya terlepas hingga cat berwarna merah mengotori lantai. Putri Aguilera menunduk, hendak mengambil kuas yang jatuh sampai matanya melihat ke arah kolong ranjang. Kening wanita itu berkerut, Putri Aguilera berdiri dari duduknya lalu menunduk supaya bisa melihat dengan jelas apa yang ada di kolong ranjang.

"Apa itu?"

Dengan perlahan, Putri Aguilera merangkak memasuki kolong ranjang, dia melihat sesuatu berwarna merah yang berkedip. Seperti tombol kecil, dengan penasaran, Putri Aguilera menekannya, menunggu beberapa saat tapi tidak ada yang berubah. Wanita itu mengangkat bahunya tak acuh, dia pun keluar dari kolong ranjang, kembali duduk di kursi dan mulai sibuk melukis lagi.

Sampai, sudut matanya melihat lemari bergeser. Putri Aguilera langsung berdiri tegak, wanita itu melihat lemari yang bergeser dengan jelas hingga pintu besi berwarna hitam terlihat. Dengan langkah ragu, Putri Aguilera mendekat. "Lift?" Gumamnya sembari menekan tombol yang memang hanya ada 1.

Pintu lift terbuka, Putri Aguilera bergegas masuk ke dalam. Dia menunggu dengan cemas, sampai pintu lift terbuka. Di pandanginya lorong gelap di depannya, dia pun keluar dari lift, berjalan sekedar mengikuti instingnya saja. Yang tanpa Putri Aguilera ketahui, Dania berniat mengantarkan makan siang tapi hilangnya Putri Aguilera dan tergesernya lemari, membuat Dania panik.

Wanita itu langsung menelepon Axton, membuat Axton yang tengah menyapa tamu langsung bergegas meninggalkan acara juga meninggalkan wanita yang baru dia nikahi. Kedua tangan pria itu terkepal erat, dia mendengar dengan jelas jika Putri Aguilera tidak ada di kamarnya dan lemari tergeser, di mana lemari itu adalah celah yang menutupi keberadaan pintu rahasia menuju ruang eksekusi.

"Sialan! Dia benar-benar menguji kesabaranku!"

***

SPAM KOMENT UNTUK NEXT!!!

Tawanan Iblis KejamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang