BM - 24

11.9K 435 25
                                    

Happy Reading!!!

****

“Om Rio!”

Mario terkejut dengan teriakan itu, namun setelahnya tersenyum ketika melihat gadis kecil itu berlari ke arahnya. Langsung memeluknya sambil mengucapkan kata rindu yang sukses membuat Mario tertawa. Beda hal dengan sosok pria dewasa yang menyusul di belakang. Bian. Pria itu mencebikan bibirnya, tak senang dengan keantusiasan putrinya akan kedatangan Mario.

“Jangan lama-lama pelukannya, Ashlyn!”

Sayangnya Ashlyn tidak menghiraukan. Membuat Mario menaik turunkan alisnya, menatap Bian dengan senyum sarat akan kemenangan. Mario memang paling senang menggoda sahabatnya satu itu. Kecemburuan Bian adalah hiburan tersendiri untuknya.

“Om Rio sekarang sombong, udah makin jarang main sama Ashlyn,” dengan bibir cemberut gadis itu mengucapkannya, membuat siapa saja yang melihat akan gemas, tak terkecuali Mario saat ini. Bahkan tangannya tak bisa untuk tidak mencubit pipi gembil putri dari sahabatnya itu.

“Belakangan ini Om sibuk banget. Maaf ya,” meringis kecil, Mario benar-benar merasa bersalah. Sekalipun sudah ada Bian, Mario tetap tak lupa pada janjinya beberapa bulan lalu untuk selalu menyempatkan diri bermain dengan gadis kecil itu. Tapi karena kesibukan, ia jadi jarang datang.

Kesibukannya bukan hanya tentang kedekatannya sekarang dengan Aruna, pekerjaan pun turut menyibukkannya. Apalagi Mario sedang berencana membuka usaha baru yang belum sempat ia katakan pada sahabat-sahabatnya. Sekarang, kedatangannya pun bukan sengaja untuk bermain, melainkan ada diskusi dengan Bian mengenai hunian pria itu yang sedang dalam pembangunan. Tapi tidak ada salahnya ‘kan main sebentar bersama Ashlyn? Mario akui, ia juga merindukan gadis kecil itu.

“Jangan percaya, Shlyn, Om Rio bohong. Dia cuma sok sibuk aja. Faktanya cuma pacaran doang.”

Lantas saja Mario mendelik dan melempar bantal sofa yang ada di dekatnya ke arah sahabatnya itu. Setelah menikah Bian jadi bertambah menyebalkan. Lupa bahwa dulu ia lah yang membantu dan selalu ada menemani kegalauannya. Sekarang mentang-mentang sudah bahagia berani mencibirnya.

Kurang ajar sekali bukan?

“Emang Om Rio punya pacar?”

Dan pertanyaan bernada polos itu berhasil membuat Mario bertambah kesal. Tidak anaknya, tidak ayahnya, keduanya sama-sama menyebalkan. Mario jadi menyesal telah datang ke sini. Mending juga ia ke bar, mengecek pekerjaan, atau membantu Ari meracik minuman. Paling menyenangkan bertahan di apartemen dengan Aruna. Sayangnya perempuan itu sedang ada acara gathering yang diadakan tempat kerjanya.

“Bukan gue yang ngajarin loh, Yo,” ucap Bian di tengah-tengah tawanya.

Iya, pria itu menertawakannya sesaat setelah Ashlyn melontarkan pertanyaan polosnya. Dan wajahnya yang tertekuk masam sepertinya menjadi hiburan tersendiri untuk bapak satu anak itu. Karma benar-benar ia terima dengan kontan hari ini.

“Ck, sialan!” umpatnya dalam hati. Karena untuk ia suarakan dengan lantang, Mario tidak berani. Ada Ashlyn yang duduk di sampingnya. Zinnia bisa menegurnya karena mengumpat di depan putrinya itu.

“Nanti Om bawa Ashlyn kenalan sama pacar Om,”

“Sok-sokan mau ngenalin pacar. Padahal pacaran aja gak pernah,” cibir Bian lagi.

Entah punya dendam apa sahabatnya satu itu. Mario sampai ingin sekali menelan Bian hidup-hidup. “Beneran gue kenalin, kejang-kejang lo, Bi!”

Namun Bian malah menanggapi dengan putaran bola mata. Jelas sekali meremehkannya. Tapi ya sudahlah, diladeni juga tidak ada gunanya, Bian terlalu banyak memiliki celah untuk mengejeknya, terlebih soal pasangan.

Bed MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang