BM - 28

11.6K 489 35
                                    

Sebelum benar-benar sibuk, nih aku cepetin update-nya.
Karena minggu depan belum tentu bisa 🤭

So ....

Happy Reading!!!

****

Dan pada akhirnya Aruna kembali menjadi pemenangnya, karena ternyata Mario tidak bisa mengabaikan candunya pada Aruna. Di goda sedikit saja ia lemah, membuat niatnya yang ingin mengantar Aruna pulang ke rumah, malah berakhir di basement apartemennya. Bergumul dalam gairah yang membakar.

“Sial, Run!” menggeram, Mario kemudian mencengkeram rambut Aruna, merasa tak tahan dengan apa yang perempuan itu lakukan pada miliknya. Padahal bukan pertama kali ini ia menerima blow job dari seorang perempuan, tapi entah kenapa Aruna mampu membuatnya takluk, bahkan Mario tidak bisa lagi menahan diri sehingga ia luruh di dalam mulut Aruna.

Memalukan! Namun tak urung ia merasa senang. Terlebih melihat sorot puas di kedua netra Aruna.

“Suka?” tanya Mario seraya menarik Aruna agar duduk di pangkuannya.

Hm. Tapi kayaknya gue lebih suka punya lo ada di dalam diri gue dari pada di mulut,”

“Kenapa?”

“Sakit,” jujur Aruna seraya mengusap tenggorokannya. Dan itu sontak membuat Mario tertawa, lalu melayangkan sentilan pelan di kening sang wanita.

“Suruh siapa memangnya, hm?” selama ini Mario tidak pernah meminta Aruna melakukannya, milik perempuan itu sudah teramat memanjakannya, memberi rasa nikmat yang tidak biasa, membikin candu dan membuatnya fokus pada itu saja. Tak menyangka bahwa malam ini ia akan merasakan berada dalam mulut Aruna. Ia sempat terperangah, tapi menikmati setelahnya. Tidak terlalu buruk untuk ukuran pemula, Aruna berhasil memuaskannya meskipun berkali-kali perempuan itu sempat tersedak.

“Gue penasaran, Yo,” aku Aruna tanpa malu. “Lagian gue lihat-lihat juga kayaknya lo suka,”

Aruna tidak lupa bagaimana ekspresi Mario sepanjang ia memanjakan milik pria itu dengan tangan dan mulutnya. Jujur saja ada kebanggaan tersendiri melihat bagaimana Mario mendesah seraya memohon padanya. Aruna ingin melihatnya lagi, tapi tidak sanggup jika harus membuka lebar mulutnya lagi. Milik Mario terlalu besar, rahangnya pegal.

“Bohong kalau gue bilang gak suka,”

Dan pengakuan itu sontak menambah lebar senyum Aruna yang setelahnya melumat bibir Mario yang sejak awal telah menjadi candunya. Mengejutkan pria itu untuk sesaat, namun di detik selanjutnya Mario mengambil alih kendali, hingga ciuman yang semula lembut berubah kasar dan menuntut. Membuat nafsu yang semula menyurut berhasil bangkit lagi.

“Pindah ke kamar lo aja gak sih, Yo?” pasalnya Aruna tidak suka jika pergerakannya harus terbatas seperti ini.

“Mau apa memangnya di kamar gue?” pancing Mario yang kini sudah menurunkan ciumannya ke leher Aruna, dengan tangan bergerak aktif menyusuri punggung Aruna, membuat perempuan itu melentingkan tubuhnya seraya menahan diri untuk meloloskan lenguhan.

“Main ludo!” dengus Aruna merasa kesal. Menghadirkan kekehan Mario yang terdengar benar-benar menyebalkan di telinganya.

“Tapi serius deh, Run, lo yakin gak jatuh cinta sama gue?” menghentikan aktivitasnya mencumbui Aruna, Mario menatap perempuan di depannya dengan sorot dalam dan curiga.

“Kenapa lo nanya kayak gitu?” sebelah alis Aruna terangkat heran membalas tatapan Mario.

“Lo terlalu memaksa untuk gue gak mengakhiri hubungan kita. Lo yakin gak jatuh cinta sama gue?" ulang Mario demi memastikan.

Bed MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang