Happy Reading!!!
***
Sudah dua hari berlalu, tapi Mario belum juga membuka kotak yang diberikan ayahnya. Benda itu masih tersimpan rapi di atas nakas samping tempat tidurnya. Hanya di tatapnya sesekali lalu diabaikan keberadaannya. Namun malam ini Mario cukup lama menatapnya. Ada keinginan untuk membukanya, tapi ragu masih melingkupinya.
“Buka aja, Yo,” Aruna yang beberapa hari ini memang setia menemani Mario, mendorong pria itu untuk melakukannya. Gemas juga karena laki-laki itu hanya menatapnya, padahal penasaran terlihat jelas di wajahnya. Entah apa yang kekasihnya itu pikirkan. Tapi jika hanya diam dan menatapnya saja begitu, Mario tidak akan pernah tahu apa isi di dalamnya. Bisa-bisa Mario mati dalam rasa penasaran.
“Gue takut, Run.”
“Takut kalau ternyata di dalamnya bom?” sahut Aruna menebak asal. Bikin Mario melemparkan delikan. Tapi tidak ada kata yang diloloskannya, membuat Aruna mendesah pelan dan menarik Mario agar duduk menghadapnya. “Main dulu deh yuk, siapa tahu setelah itu lo bisa lebih rileks.”
“Main ke mana? Ini udah malam, Run.”
“Yang bilang ini masih pagi siapa?” Aruna mendelik sinis akibat respon polos kekasihnya itu. Sedih membuat Mario jadi terlihat bodoh. Bikin gemas saja. “Kita mainnya di ranjang aja, gak usah jauh-jauh.”
Belum sempat Mario mencerna, Aruna sudah lebih dulu mendorong tubuh Mario hingga berbaring di ranjang, lalu mendudukan diri di perut Mario yang keras dan liat. “Gue gak tahu waktunya tepat atau tidak, yang jelas gue gak suka liat lo murung terus. Lo berhak berduka, Yo, tapi bukan berarti lo harus larut dalam duka lo. Ikhlaskan. Gue yakin nyokap lo di atas sana tahu kalau lo sudah memaafkan beliau. Bangkit, ya? Lo bisa menjalani kehidupan lebih baik mulai sekarang.” sebuah senyum manis nan tulus Aruna ukir dibibirnya, lalu dengan perlahan menurunkan tubuhnya, mempertemukan bibirnya dengan bibir Mario yang masih bungkam. Namun dari tatapannya, Aruna bisa tahu bahwa perasaan Mario sudah lebih ringan.
Dimulai dengan ciuman lembut penuh perasaan, lalu Mario mengubah ritmenya jadi lebih bersemangat dan penuh nafsu. Aruna sampai kewalahan, tapi tidak berusaha menghentikannya. Biarkan Mario melampiaskan segala emosi yang berkecamuk dalam benaknya lewat percintaan mereka kali ini. Aruna tidak keberatan, hanya ini yang bisa Aruna lakukan untuk menghibur Mario. Berharap ini bisa mengobati dukanya.
Terserah apa yang akan orang pikirkan tentangnya. Ia tidak peduli penilaian orang lain. Yang ia pedulikan adalah Mario. Keresahan hatinya, dan kesedihan yang masih melingkupinya. Aruna sadar ia telah jatuh hati pada sosok Mario yang adalah sahabat dari mantan tunangannya. Tapi ia tidak peduli. Masa bodo sekalipun kecanggungan akan terjadi diantara mereka nanti. Toh ia dan Mario saling mencintai, dan sepertinya Aruna tidak perlu takut untuk patah hati, karena Mario sendiri lah yang lebih awal mencintainya.
Sekali lagi, bolehkan ia percaya pada laki-laki?
“Yo, berhenti dulu,” pinta Aruna dengan suara seraknya seraya menarik diri dari dekapan Mario yang sedang mencumbui dada kembarnya. Namun yang Aruna dapatkan malah justru geraman protes bayi besar itu. Membuatnya geleng kepala dan meloloskan dengusannya. “Gue mau buka baju lo dulu, Yo. Lo pikir adil gitu cuma gue doang yang telanjang?”
“Ya udah sih, Run, tinggal lo lepas aja baju gue. Ribet banget kayaknya!”
“Ya makanya lo-nya berhenti dulu. Tangan sama kepalanya minggir dulu. Susah ini. Gue gak ada tenaga buat robek baju lo,” sungutnya kesal. Tapi Mario malah justru tertawa. Meski begitu tak urung Mario menuruti keinginan Aruna, hanya saja tidak membiarkan Aruna yang melepaskan bajunya. Mario melepaskannya sendiri. Menurutnya itu lebih cepat, mengingat ia memang sudah tidak sabar untuk mencumbui setiap jengkal tubuh Aruna yang sejak awal sudah menjadi candunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bed Mate
General FictionAndai yang mabuk-mabukan di barnya bukan Aruna, Mario tidak akan peduli. Namun karena yang berada di depannya adalah mantan tunangan dari sahabatnya, mau tak mau Mario akhirnya memutuskan untuk menemani. Niatnya tak lebih dari itu, tapi siapa yang m...