BM - 44

7.2K 405 49
                                    

Maaf ya lama updatenya. Kebetulan akunya sakit kemarin, sampai hari ini juga masih sebenarnya.
Gak apa2 hari ini aku sempetin buat update. Tahu kok kalian rindu 🤭

Tapi sebelum masuk ke cerita ... Minal aidzin dulu ya guys, mohon maaf lahir dan batin.
Maaf² jika kiranya author banyak salah 🙏

Happy Reading!!!

***

“Gila! Makin malam makin rame aja nih acara,” komentar Aruna seraya menggeleng tak habis pikir. Tatapannya tertuju pada tamu undangan yang tidak berhenti datang. Dan jujur saja, Aruna di buat takjub oleh teman Mario yang satu ini.

Bagaimana tidak, keluarga Nathael adalah orang-orang yang luar biasa, tamu undangannya pun bukan dari kalangan biasa. Aruna yakin teman-temannya akan iri andai tahu dengan artis siapa saja ia berjumpa malam ini.

“Kenalan Si El ada di mana-mana, dan party kayak gini paling disukai mereka. Si El dapat untung gede dari nikahannya ini,”

“Serius lo, Yo?”

“Lo lihat aja yang datang dari pagi sampai malam ini. Selain kado yang mereka bawa, ada banyak kerja sama yang bakal Si El dan keluarganya dapat. Untuk orang biasa semacam kita pesta kayak gini adalah buang-buang duit, buat pebisnis seperti mereka, pesta sama dengan meraup kekayaan baru,” terang Mario dengan suara berbisik.

“Uang milyaran yang dikeluarkan keluarga Nathael untuk hari ini tidak ada apa-apa dengan hasil yang akan mereka dapat nantinya,” lanjut Mario.

“Jadi keluarga Nathael memanfaatkan pesta ini untuk itu?”

Mendelik, Mario kemudian melayangkan sentilan kecil di pelipis kekasihnya itu. “Ya enggak lah. Semuanya ngalir gitu aja. Semacam kesempatan dalam kesempitan. Lagian dari pada membutuhkan, keluarga Si El justru lebih dibutuhkan oleh orang-orang itu. Mereka yang menjadikan ini sebagai kesempatan, karena dengan adanya acara ini mereka tidak perlu susah-susah membuat janji temu. Udahlah, lo gak akan paham dunia bisnis, Run. Nikmatin aja pestanya,” akhirnya Mario lelah menjelaskan. Obrolan kali ini terlalu berat, Mario tidak suka. Dengan Aruna ia lebih senang membahas hal-hal mesum dari pada yang bersangkutan dengan pekerjaan. Apalagi yang di bahas bukan pekerjaannya.

Ah, sudahlah. Lupakan.

“Run, biasanya gue gak suka acara kayak gini,” ucap Mario tiba-tiba sambil melirik orang-orang yang mulai turun ke lantai dansa bersama pasangannya masing-masing. “Tapi karena sekarang gue datangnya sama lo, gue gak akan biarin lo gigit jari,” Mario kemudian bangkit dari duduknya dan meraih tangan Aruna, lalu mengajak perempuan itu untuk berdansa bersamanya.

Hanya satu lagu, setelahnya Mario mengajak Aruna kembali duduk. “Gak bisa gue lama-lama sedekat itu sama lo.”

“Kenapa?” heran Aruna, menatap Mario dengan kening berkerut.

“Gak tahan. Bawaannya pengen nelanjangin,” bisiknya tanpa sama sekali terdengar becanda.

Hal itu tentu saja bikin Aruna melayangkan degusan dan sebuah tinjuan diberikan di perut Mario. Namun bukannya kesakitan, pria itu malah justru tertawa dan memiting kepala Aruna dengan lengannya.

Interaksi keduanya tentu saja menjadi perhatian orang-orang di meja bundar itu, salah satunya Bian dan Zinnia. entah apa yang ada dalam pikiran keduanya, yang pasti ada senyum yang terlukis di sudut bibir sepasang suami istri itu.

“Lepas, Yo, gue mau ke toilet,” bukan sekadar alasan, Aruna memang merasa kantung kemihnya penuh saat ini.

“Gue anter, ya?”

“Gak usah. Gue bisa sendiri!” tolak Aruna cepat-cepat, pasalnya ia tahu jelas isi otak kekasih mesumnya itu.

Ditemani gerutuan kecil, Aruna masuk ke dalam toilet dan menyelesaikan urusannya, tak lupa memperbaiki sedikit riasannya, baru setelah itu kembali ke mejanya bersama Mario. Namun sebelum tiba di sana, seseorang lebih dulu mencegatnya.

Bed MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang