Happy Reading!!!!
****
Terbangun dengan seorang perempuan di sampingnya jelas bukan hal baru. Tapi biasanya Mario akan bangun dengan perempuan berbeda di setiap paginya, namun beberapa bulan belakangan ini hanya satu wajah yang dirinya temukan di ranjangnya.
Aruna.
Meskipun tidak setiap hari, sedikitnya satu minggu dua kali ia akan mendapati wajah itu terlelap di sampingnya. Sejak saat itu hanya Aruna yang Mario harapkan. Hanya saja ia selalu menyangkal. Tapi tidak setelah satu minggu kemarin. Mario akhirnya sadar bahwa memang Aruna lah yang dirinya inginkan. Hanya Aruna yang ia inginkan berada di ranjangnya, menyambut paginya, juga menutup harinya.
Satu minggu ia merasa kacau karena Aruna memutuskan untuk tidak lagi berada disampingnya, sekarang Mario senang sebab perempuan itu telah kembali ke sisinya. Sedang pulas dalam tidurnya. Tidak pernah Mario merasa sebahagia ini menatap wajah seorang perempuan yang semalaman telah menemaninya bergadang.
Iya, bergadang. Menyelami kenikmatan, mengadu desahan lalu mengerang saat mencapai kepuasaan.
Benar, Mario berhasil membawa Aruna kembali ke ranjangnya. Tapi akan ia pastikan bahwa sekarang perempuan itu tidak akan hanya menjadi teman ranjangnya saja, melainkan akan ia jadikan miliknya satu-satunya. Mario hanya tinggal menunggu Aruna siap dirinya ajak ke pelaminan. Bukan untuk jadi tamu undangan, melainkan menjadi mempelainya. Sekarang Mario yakin dengan keputusannya. Tapi entah jika bukan Aruna orangnya.
"Mantra apa sih Run yang lo kasih ke gue?" tanyanya dengan nada keheranan. Namun yang di tanya tetap lelap dalam tidurnya. Tidak sama sekali terusik meski tangannya bergerak mengusap-usap pipinya. "Kenapa gue bisa jatuh cinta sama lo? Kenapa harus lo yang bikin gue akhirnya menyerah?"
Mario ingin yang lain saja kalau bisa memilih. Bukan karena Aruna tidak cantik, bukan karena Aruna tidak menarik, bukan pula karena Arun memiliki banyak kekurangan. Tapi karena Aruna mantan Bian. Itu akan membuat mereka canggung.
"Coba aja kalau dulu gue yang lebih dulu ketemu lo, Run. Mungkin semuanya gak akan rumit," ya meskipun Mario sudah memutuskan untuk tidak peduli.
Teman tidurnya terdahulu pernah menjadi pacar Nathael, meski hubungan mereka tidak berlangsung lama. Seharusnya tidak apa-apa kalau sekarang ia berakhir dengan Aruna yang tak lain mantan tunangan Bian. Toh hubungan mereka sudah usai. Bian sudah bahagia dengan pasangannya yang diharapkan. Jadi, Aruna bebas ia miliki.
Hari itu Bian marah dan mungkin kecewa melihatnya dengan Aruna. Tapi itu bukan karena Bian masih mencintai mantan tunangannya. Sahabatnya itu hanya tidak ingin perempuan yang dilukai olehnya terluka juga kerena dirinya. Bian terlalu tahu bagaimana ia selama ini.
Berengsek.
Pengecut.
Tapi sekarang Mario ingin berubah. Ia akan berhenti menjadi bajingan yang selalu menjadikan wanita wadah nafsunya saja. Mario akan memperbaiki dirinya. Menata ulang hidupnya agar ia juga bisa membangun kehidupan seperti teman-temannya. Ketakutan Bian tidak akan terjadi, karena ia berjanji akan menjadikan Aruna pelabuhan terakhirnya. Aruna adalah tujuan yang akan Mario usahakan, yang akan ia perjuangkan mulai detik ini.
"Eungh!" mengerang pelan karena terusik oleh sinar matahari yang menerobos masuk, Aruna mengerjapkan matanya berkali-kali demi menyesuaikan cahaya, lalu melenguh pelan seraya merentangkan kedua tangan saat pegal di rasakan. Belum menyadari keberadaan sosok tampan yang memperhatikannya dengan senyum mengembang.
Namun ketika tangannya menghantam sesuatu dan menghasilkan sebuah ringisan dari suara yang terasa familiar, Aruna sadar bahwa ada sosok lain di sampingnya. Dan begitu netranya menatap sekeliling Aruna menyadari bukan kamarnya yang ia tempati. Itu sontak membuat Aruna bangun dari posisi baringnya, menatap horor Mario yang refleks menyentuh matanya dengan raut terlihat kesal, bikin Aruna meringis, merasa bersalah dan mengurungkan niat mengomeli pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bed Mate
General FictionAndai yang mabuk-mabukan di barnya bukan Aruna, Mario tidak akan peduli. Namun karena yang berada di depannya adalah mantan tunangan dari sahabatnya, mau tak mau Mario akhirnya memutuskan untuk menemani. Niatnya tak lebih dari itu, tapi siapa yang m...