🐣BAB 04🐣

11K 335 14
                                    

SELAMAT MEMBACA
TERIMA KASIH UNTUK
VOTE + KOMEN & FOLLOW NYA
🐣🐣🐣

.

.

.

“A-apa bisa di gugurkan, Dok?" hanya kata-kata itu yang ada di pikiran Viena dan langsung keluar dari mulut Viena yang masih belum bisa menerima kabar kehamilannya tersebut.

“Mohon maaf ya, Bu. Saya tidak bisa melakukan hal beresiko tanpa alasan yang kuat. Kehidupan yang ada di rahim Ibu tidak bersalah, banyak di luaran sana yang masih menginginkan kehadirannya, apa Ibu yakin ingin melenyapkan janin tidak berdosa itu?" Tanya sang Dokter yang awalnya terkejut dengan perkataan Viena, namun segera memberikan pengertian untuk tidak melakukan hal demikian.

“...."

“Sa-saya merasa mual di malam hari ketika selesai makan malam apalagi karna mual-mual itu saya jadi sulit untuk tidur dan merasa mudah lemas beberapa hari terakhir dan itu sangat menganggu aktifitas saya," ucap Viena yang mengeluhkan kondisinya.

“Saya tidak tahu mengapa Ibu bisa memiliki fikiran untuk melenyapkan janin yang tumbuh di rahim Ibu, tapi saya tahu pasti Ibu adalah orang yang baik, sebaiknya ibu pikirkan kembali sebelum memutuskan hal demikian, karna selain kehilangan janin, masih banyak kemungkinan yang membahayakan nyawa Ibu setelah melakukan aborsi tersebut," jelas sang Dokter yang memberikan wejangan.

“...."

“Baiklah, akan saya buatkan resep vitaman dan juga pereda rasa mual untuk Ibu," ucap sang Dokter dengan lembut.  

Pulang dengan perasaan gelisah, Viena hanya bisa menerima takdirnya yang sudah di atur oleh sang maha kuasa, namun bagaimana caranya ia menyembunyikan kehamilan ini dari Navia dan paling utama dari Arcakra. 

Bahkan baru beberapa waktu ini, ia bisa merasa lega karna Arcakra tidak mengganggunya lagi, bagaimana jadinya jika nanti Pria itu tahu bahwa kejadian malam itu benar membuahkan hasil. Viena benar-benar tak habis fikir, bagaimana bisa kejadian satu malam berhasil membuatnya hamil, padahal teman di kerjaannya yang sudah menikah sangat ingin memiliki anak namun setelah 3 Tahun menikah belum juga di beri keturunan. 

"Kamu kenapa munculnya sekarang sih? kenapa gak muncul di rahim wanita lain yang lebih menginginkan kehadiran kamu? ini bukan waktu yang tepat," gumam Viena yang berbicara sendiri sambil mengelus perut datarnya.  

🐣🐣🐣

Seminggu berlalu. Sejak kejadian Viena datang ke rumah sakit dan selama itu pula Vi’ena kembali memikirkan perkataan Dokter yang memintanya untuk tidak terburu-buru mengambil keputusan terlalu cepat dan memikirkan kembali konsekuensinya jika Vi’ena melakukan aborsi.

Viena kini memutuskan untuk mempertahankan Janinnya dan sedikit demi sedikit membiasakan diri dengan kehadiran janin tersebut. Mungkin saja Tuhan ingin menggantikan kedua orang tuanya melalui kehadiran janin itu di dalam rahimnya agar Viena tak merasakan kesepian lagi.

Akan tetapi yang menjadi masalah saat ini adalah bagaimana caranya menyembunyikan rahasia ini dari Navia dan terutama Arcakra. Jika laki-laki itu mengetahui hal ini, apa yang akan laki-laki itu lakukan? Jika Viena memilih pergi dari kota ini dan meninggalkan sepupunya tanpa alasan, pasti Navia akan mencarinya terus menerus dan ia juga tidak tahu akan pergi kemana dan tidak memiliki siapapun untuk di tuju. Itu yang Viena fikirkan kali ini.

“Kita kayak gini dulu ya, kamu jangan rewel biar aku bisa sembunyiin rahasia ini sampai nemu solusi yang tepat untuk kita,” gumam Viena yang mengelus perutnya sambil terus memikirkan bagaimana baiknya untuk dirinya, janinnya dan sepupunya.

{ARCA}

Na..
Lo udah cek?
Gimana hasilnya?

{VIENA}

DESTINY OF MY LIFE (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang