SELAMAT MEMBACA.
TERIMA KASIH UNTUK
VOTE + KOMEN & FOLLOW NYA
🐣🐣🐣.
.
.
“Jadi karena ini sikap lo jadi lebih pendiam dari biasanya? gue udah mikir lo gak lagi baik-baik aja, karna sekali mood lo itu berubah pasti bakal kaliatan jelas, bahkan dulu lo suka ribut sama Arcakra sampe gue capek ngelarai kalian terus, bahkan selalu ikut kemana pun gue dan Arcakra pergi, tapi akhir-akhir ini lo milih buat di rumah terus, kalau enggak kerja terus," jelas Navia panjang lebar.
“Nav ... gue bener-bener minta maaf karna gak ngasih tahu tentang ini dari awal ke lo. Karna jujur gue butuh waktu buat nyiapin mental untuk jujur tentang ini. Gue bahkan sempet ke psikiater karena masih trauma sama kejadian itu, gue juga takut lo bakal jauhin gue dan benci sama gue, Na," ucap Viena yang sedikit demi sedikit mulai terbuka pada Viena.
“gak mungkin, Na. Gue gak bakal jauhin apalagi benci sama lo hanya karena ini, lo itu sepupu gue, sahabat gue dan gue udah nganggap lo sebagai adik gue," balas Navia yang langsung memeluk erat Viena sambil menangis.
Begitu juga Viena yang ikut menangis dan terbawa suasana. “Makasih yaa, Nav. Sekali lagi gue minta maaf," ucap Viena yang sebenernya merasa bersalah pada sepupunya tersebut, bukan kebenaran ini yang ia takutkan, melainkan fakta siapa Ayah dari anaknya lah yang membuat Vi’ena takut Navia akan membencinya.
“Setelah ini kalau lo mau periksa in kandungan atau pergi ke psikiater, gue bakal temenin ya. Gue gak mau lo ngerasa sendiri dan gak punya siapa-siapa, lo masih punya gue," ucap Navia yang mengelus perut Viena dengan senyuman.
“Tapi gimana caranya gue ngasih tahu Om dan Tante tentang hal ini?" tanya Viena kepada Navia dengan wajah bingungnya.
“Masalah itu kita pikirin nanti aja ya, mereka juga pasti pulangnya beberapa bulan lagi, jadi kita masih punya waktu buat mikirin caranya, tapi gue yakin kok, mereka gak bakal menghakimin lo ... karna ini bukan salah lo, Na." Jelas Navia yang menyemangati sepupunya tersebut.
Saat asik mengobrol bersama, tak lama bel pintu apartemen Navia berbunyi dan Navia yakini itu adalah kekasihnya, Arcakra yang ingin menjemputnya untuk menonton malam ini.
“Udah lo duduk aja di sini, biar gue yang buka pintu, itu pasti si Cakra yang mau jemput gue." Tahan Navia ketika Viena akan bangun untuk membuka-kan pintu Apartemennya.
“Sayang ... akhirnya kamu dateng," sapa Navia yang langsung memeluk Arcakra.
“Kamu kemana aja sih? dari kemarin susah di hubungin," tanya Navia yang kemudian mengajak kekasihnya untuk masuk ke dalam Apartemen.
“Aku minta maaf ya ... kamu tahu sendiri, bentar lagi aku bakal di promosiin sama Ayah, jadi aku lebih banyak ngabisin waktu di kantor," jelas Arcakra.
“Yaudah aku maafin. Untung aja minggu lalu aku ngajak kamu nonton duluan, kalo enggak, mungkin kamu sampe sekarang masih sibuk kerja dan lupa kalo masih punya pacar," ucap Navia.
“Kamu habis nangis ya? kenapa, sayang? ada masalah?" tanya Arcakra yang mengusap pipi kekasihnya dan menatap mata kekasihnya yang memerah dan terlihat jelas selesai menangis.
“Keliatan banget ya?" Tanya Navia yang tersenyum canggung.
“Apa karna aku ya? maafin aku ya?" ucap Arcakra yang mengira kekasihnya menangis karna dirinya yang terlalu sibuk.
“... E-eh bukan kamu kok, aku tadi nangis barengan sama Viena," jawab Navia yang tak ingin Arcakra salah faham.
“Kalian nangisin apa?" tanya Arcakra yang menjadi penasaran kemudian beralih menatap Viena yang sedari tadi hanya menatap lurus ke arah TV tanpa berniat menyapa dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY OF MY LIFE (END)
Romance🐣DIHARAPKAN MEM-FOLLOW SEBELUM MEMBACA🐣 🐣DOML (DESTINY OF MY LIFE)🐣 🐣39 BAB + 2 EXTRA CHAPTER🐣 🐣WAJIB VOTE + KOMEN🐣 🐣AKAN REVISI SESUAI MOOD🐣 Mencintainya memang di luar kendaliku. Tapi bukan berarti aku rela di hamili oleh pria yang stat...