🐣BAB 18🐣

9.2K 265 22
                                    

SELAMAT MEMBACA
TERIMA KASIH UNTUK
VOTE + KOMEN & FOLLOW NYA
🐣🐣🐣

.

.

.

Semenjak kejadian malam itu, Viena maupun Arcakra tetap saling diam, pagi harinya Arcakra tetap menyiapkan makanan dan susu khusus ibu hamil untuk Viena dan setelah itu pria itu akan berangkat ke kantor, sedangkan Viena tetap memakan masakan Arcakra dan merasa bingung dengan situasi yang terjadi.

Arcakra tetap kekeuh menolak perceraian dan langsung meninggalkan kertas kesepakatan yang ia buat di meja sebelum di tanda tangan. Bukan kah seharusnya ia senang bisa memiliki cara untuk bersama dengan Navia? lalu apa yang salah dengan kesepakatannya.

"Mama.." ucap Viena ketika kehadiran mertuanya dan langsung meremas kertas di tangannya dan menyembunyikannya di lipatan sofa.

"Assalamualaikum, menantu Mama yang cantik," ucap Dena yang memeluk Viena setelah menantunya menyalimi tangannya.

"Waalaikumussalam, Mama kesini bawa makanan?" tebak Viena.

"Iyaa, tadi Mama sengaja masak lebih karna keinget Arcakra, ini makanan kesukaan dia, nanti kamu bisa makan bareng sama dia pas pulang," jawab Dena.

"Oh, iyaa, Ma. Makasih banyak ya, Ma," ucap Viena.

"Oh iyaa sama sekalian Mama mau nanyain rencana 4 bulanan kamu gimana?" tanya Dena.

"Ya Allah.. aku baru inget lusa kan udah 4 Bulan," batin Viena yang baru terpikirkan, ia beberapa hari ini hanya fokus memikirkan hubungannya dengan Arcakra hingga melupakan usia kandungan anaknya.

"Viena lupa, Ma." Jawab Viena seadanya.

"Tuh kan.. Mama mikir kalian pasti lupa, mangkannya Mama semalem kepikiran buat kesini bahas hal ini sama kamu," ucap Dena.

"Iyaa, Ma. Aku belum kepikiran dan Arcakra juga sibuk sama pekerjaannya," balas Viena.

"Yaudah kamu tenang aja, nanti biar Mama yang urusin 4 bulanannya di rumah Mama, nanti Mama juga minta Papa buat bantu kerjaan Arcakra biar bisa cuti waktu 4 Bulanan," ucap Dena.

"Makasih ya, Ma." ucap Viena tersenyum bahagia.

"Kamu dan Arcakra baik-baik aja kan? anak itu gak bikin kamu stress kan?" tanya Dena.

"..."

"Viena.." panggil Dena yang membuat lamunan Viena tersadar.

"E-eh.. kami baik-baik aja kok, Ma. Cuma aku masih belum terbiasa tinggal sama Arcakra," balas Viena.

"Gapapa, nanti juga kalian terbiasa. Mama seneng kamu bisa mulai menerima Arcakra, Mama berharap pernikahan kalian selalu berjalan baik," ucap Dena.

"Maafin Arcakra ya kalau dia kurang peka sama kamu, dia memang sudah dewasa tapi dalam hal percintaan Mama tahu dia masih belum terlalu memahami itu, maka dari itu Mama ngasih tahu kamu biar kamu gak salah paham dan salah mengerti Arcakra," lanjut Dena.

"..." Viena hanya membalas ucapan Mertuanya dengan tersenyum, namun pikirannya kembali mengingat perkataan Arcakra di mana Pria itu memang sempat mengatakan bahwa dia bingung dengan perasaannya sendiri.

Namun jika memang Arcakra tidak memahami perasaannya sendiri dan kesulitan mengartikan cinta, mengapa ia bisa berpacaran dengan Navia? bahkan pria itu juga menembaknya, bagaimana caranya pria itu meyakinkan perasaannya kepada Navia?
🐣🐣🐣

Malam harinya, setelah Mama mertuanya berpamitan pulang, Viena terus memikirkan apakah keputusannya sudah benar dengan meminta bercerai pada Arcakra? namun meskipun begitu Arcakra juga menolak untuk bercerai dengannya, tapi Viena juga lelah jika harus terus-menerus menghadapi situasi ini. Perasaannya di gantung terus menerus tanpa tahu apakah perasaan ini akan terbalaskan atau berakhir mengikhlaskan.

DESTINY OF MY LIFE (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang