🐣BAB 07🐣

10.7K 289 12
                                    

SELAMAT MEMBACA
TERIMA KASIH UNTUK
VOTE + KOMEN & FOLLOW NYA
🐣🐣🐣

.

.

.

"Kamu kenapa gak bilang kalau Viena demam dari semalam?" tanya Arcakra dengan wajah serius.

"Aku baru tahu Viena demam jam 11 Malam, Sayang. Awalnya aku pikir demamnya bakal turun setelah aku kompres, tapi ternyata masih tetep suhunya tinggi pas pagi," ucap Navia. 

"Lain kali jangan ambil keputusan sendiri. Masih untung kondisi Viena dan bayinya baik-baik aja, kalau kamu liat ada yang janggal sama Viena kamu langsung hubungin aku," ucap Arcakra yang sangat mengkhawatirkan kondisi Viena. Untungnya Tuhan masih melindungi anaknya dan juga Viena. 

"Iya, makasih ya kamu udah luangin waktu buat anterin Viena dan peduli sama Viena," ucap Navia yang tersenyum tulus.

"Itu udah kewajiban aku," jawab Arcakra yang di salah artikan oleh Navia. Tentu saja gadis itu berfikir bahwa keluarga Navia juga keluarga bagi Arcakra, namun tidak dengan Arcakra. Ini memang tugasnya yang harus melindungi dan menjaga Viena maupun anak yang di kandung oleh Viena.

"Meeting kamu terus gimana tadi?" tanya Navia. 

"Udah aku serahin ke tangan kanan Ayahku, kondisi Viena lebih penting untuk saat ini." jawab Arcakra. 

"Maafin aku ya, karna ini kamu jadi serahin kerjaan kamu ke orang lain," ucap Navia yang memegang tangan Arcakra.

"It's okay, Nav," jawab Arcakra yang membalas senyuman gadis cantik di depannya tersebut.

"Setelah Viena lebih baik, aku bakal ngomong serius sama dia, aku khawatir beban pikiran yang buat dia sampai jatuh sakit itu karna perkejaannya yang terlalu padat," ucap Navia. 

"Bukan itu aja, Nav. Aku yakin Viena jadi jatuh sakit ada hubungannya dengan masalah yang di sebab-in sama aku," batin Arcakra yang rasanya ingin menjelaskan yang sebenernya terjadi pada kekasihnya itu.

"Kamu juga nanti coba bantu aku buat bujuk Viena supaya resign yaa dari kerjaannya yang sekarang. Padahal Papa udah ngasih dia posisi yang bagus di kantor tapi malah tetap kekeuh mau kerja di penerbitan," lanjut Navia. 

"Iyaa ... Nanti kita bicarain ini ke Viena pelan-pelan, mau gimana pun sekarang Vi'ena lagi sakit dan kondisinya yang hamil pastinya lebih sensitif dari biasanya," jelas Arcakra. 

"Papa sama Mama kamu udah tahu tentang Viena?" tanya Arcakra. 

"Belum, kami mutusin buat gak ngasih tahu dulu, aku juga bingung gimana cara ngasih tahu orang tua aku tentang ini. Apalagi aku juga gak tahu siapa Ayah dari anam yang di kandung sama Viena," jawab Navia.

"Bagus, biar nanti gue yang bakal ngasih tahu langsung tentang hal ini. Setidaknya gue gak mungkin biarin Viena nanggung masalah ini sendirian," batin Arcakra. 

"Kamu laper gak? aku laper nih," ucap Navia.

"Kamu mau makan apa? biar aku cariin," tanya Arcakra.

"gak perlu, aku mau ke kantin rumah sakit sekalian mau ke toilet, kamu gapapa kan jagain Viena dulu?" tanya Navia. 

"yaudah kalau itu mau kamu," jawab Arcakra yang tentu saja menerima dengan senang hati. 

"Kamu mau nitip sesuatu gak?" Tanya Navia. 

"enggak usah, nanti biar aku cari makan sendiri kalau laper, kamu makan aja, pasti kamu gak sempet sarapan pas kesini," ucap Arcakra. 

"yaudah aku titip Viena yaa," ucap Navia yang kemudian beranjak pergi meninggalkan Viena berdua dengan Arcakra di dalam ruangan. 

DESTINY OF MY LIFE (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang