🐣BAB 38🐣

6.5K 162 13
                                    

SELAMAT MEMBACA
TERIMA KASIH UNTUK
VOTE + KOMEN & FOLLOW NYA

🐣🐣🐣

Semenjak kehilangan anaknya, Viena lebih banyak diam atau bahkan lebih sering mengurung dirinya di kamar. Sudah 2 hari semenjak meninggalnya anak mereka dan seharian setelah kembali dari rumah sakit, Viena masih tetap mengurung diri di kamarnya dan enggan berbicara dengan siapapun.

Keluarga Navia yang mendengarkan kabar duka tersebut pun turut bersedih, bahkan mereka baru mengetahui Viena lahir melalui teman Navia yang bertemu dengan Arcakra. Mereka tidak di beri tahu dan tentu langsung mendatangi rumah sakit tepat sebelum Viena pulang ke rumah sakit dan proses pemakaman telah selesai.

"Viena.. kamu harus makan dulu, sayang" ucap Dena yang berusaha membujuk menantunya untuk makan.

"Aku belum laper, Ma." jawab Viena seadanya.

Ceklek..

"Ma.. Papa nyariin Mama," ucap Arcakra yang memasuki kamarnya.

"Kamu bujuk istrimu untuk makan," ucap Dena pelan sebelum meninggalkan Putranya dan menantunya.

"Vie.. Kamu harus makan," ucap Arcakra yang kini duduk dan memegang tangan istrinya yang masih setia menatap ke arah jendela dengan tatapan kosong.

"...."

"Maafin aku yaa.. tapi tolong kamu juga perlu makan, kamu nggak mau kan anak kita sedih melihat Mamanya seperti ini?" ucap Arcakra.

"Kamu nggak ngerti," jawab Viena setelah menatap sekilas mata suaminya sebelum kembali diam dan memandangi jendela.

"Iya, kamu benar. Aku nggak tahu persis seperti apa rasanya di posisi kamu, tapi menyiksa diri sendiri itu juga nggak baik, dari pagi kamu nggak mau makan dan sekarang udah sore, kamu butuh makan, Vie." ucap Arcakra.

"Kamu sedih karna kehilangan Vikran, begitu pun aku, Vie. Aku juga Ayah Vikran, aku juga kehilangan. Semuanya juga kehilangan atas kepergian Vikran. Aku mohon ya, kamu makan sekarang, setelah itu aku bakal coba ngertiin kamu kalau memang kamu butuh waktu sendiri," ucap Arcakra yang membuat Viena kini beralih menatap suaminya.

"Salah aku apa ya, Ar? kenapa aku harus kehilangan lagi? padahal cuma baby Vikran yang aku punya tapi sekarang Tuhan ambil juga," ucap Viena yang kini kembali meneteskan air matanya.

"Nggak ada yang salah, Vie. Mungkin memang ini takdir yang terbaik untuk kita, entah karna kita yang belum siap jadi orang tua yang baik atau mungkin Tuhan tau baby Vikran belum siap untuk hidup di dunia bersama kita," ucap Arcakra yang membawa Viena ke dalam pelukannya.

"Tuhan udah ambil kedua orang tua aku, Ar.. seharusnya Tuhan nggak ambil Vikran kita," ucap Viena yang kini perasaan nya sangat campur aduk. Ia ingin marah pada dirinya yang merasa gagal menjaga anaknya hingga berakhir seperti ini dan juga sedih karna Tuhan lagi-lagi mengambil orang yang sangat berharga bagi dirinya.

Mereka tidak mengerti rasanya. Harus berapa kali ia merasakan kehilangan seseorang yang sangat berharga di hidupnya? seharusnya Tuhan tahu bukan jika selama ini ia menjalani hidup karna yakin bahwa apa yang Tuhan ambil akan di gantikan dengan yang lebih baik, tetapi baru saja ia merasakan kebahagiaan memiliki anak, namun Tuhan kembali mengambilnya sebelum ia merasakan bagaimana menjadi susah senangnya menjadi seorang ibu.

"Kamu hebat sudah bertahan sejauh ini, Vie. Kamu juga perlu tahu kalau selama ini kamu nggak sendirian, banyak orang yang menyayangi kamu termasuk aku. Kita harus ikhlas in Vikran, kamu nggak mau kan anak kita sedih melihat orang tuanya terus bersedih kehilangannya?" ucap Arcakra.

"Aku nggak meminta kamu untuk melupakan Vikran karna sampai kapanpun Vikran adalah anak pertama kita, tapi ikhlas an Vikran, hidup kita tetap harus berjalan," Lanjut Arcakra yang mengikuti perkataan Ibunya yang sebelumnya juga menguatkan dirinya di saat dirinya juga terpuruk akan kehilangan anaknya.

DESTINY OF MY LIFE (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang