🐣BAB 15🐣

9.9K 270 13
                                    

SELAMAT MEMBACA
TERIMA KASIH UNTUK
VOTE + KOMEN & FOLLOW NYA
🐣🐣🐣

.

.

2 Minggu kemudian

2 Minggu berlalu sejak kepindahan Arcakra dan Viena ke rumah barunya, rumah mereka sangat cukup untuk tinggal mereka bersama anak mereka nantinya, di dalamnya memiliki 2 kamar tidur di lantai bawah dan 2 kamar tidur di lantai atas. Viena memilih tidur di lantai atas karna ia sangat suka melihat pemandangan di malam hari dan pagi hari melalui balkon apartementnya dulu.

Hubungan Viena dan Arcakra perlahan-lahan berjalan dengan baik, setelah tinggal sendiri, Viena akhirnya bisa tenang tanpa perlu terusik oleh adik Arcakra dan sesekali orang tua Arcakra mampir ke rumahnya untuk bertemu dengannya atau membawakan sesuatu untuknya.

Arcakra masih terus memberikan perhatian dan memperlakukan dirinya dengan baik, pria itu selalu menuruti keinginan Viena selagi itu hal baik dan tidak membahayakan bayi mereka, Viena tahu Arcakra selama ini memperlakukan ia dengan baik di karena kan ia mengandung bayinya, bukan karna telah menyukai dirinya, karna memang sejak dahulu Arcakra sangat baik kepada orang-orang di sekitarnya yang juga baik padanya, sehingga Viena selalu menyadarkan dirinya untuk tidak berharap lebih hingga pada akhirnya Navia berhasil mengambil hati Arcakra dan mereka berpacaran.

Tentang Navia, gadis itu sempat beberapa kali menghubungi Viena ataupun sebaliknya untuk bertukar kabar dan membahas hal-hal seperlunya, namun sejak menikah Viena belum bertemu lagi dengan Navia dan jujur saja, Viena sangat merindukan saat-saat kebersamaan dirinya bersama Navia, namun Viena juga mengerti bahwa situasi mereka berdua kini sudah berbeda, kecil kemungkinan untuk mereka bisa kembali bersama.

"Kenapa ngelamun?" tanya Arcakra yang duduk di sebelah Viena yang sedari tadi hanya melamun dan membiarkan TV menonton dirinya.

"Ar.. kenapa lo gak minta gue buat ngambil hati Deyra?" tanya Viena, sudah satu Minggu ini ia tiba-tiba terpikirkan mengapa Arcakra tidak memintanya untuk berusaha mengakrabkan diri dengan adiknya, padahal orang-orang di luar sana suka meminta hal tersebut apalagi sebelum menikah.

"Kenapa emang? lo mau akrab sama Deyra?" tanya Arcakra yang mengeryitkan dahinya.

"Gapapa, gue sering denger cowok biasanya selalu minta ceweknya buat berusaha berbaur dan ngeakrabin diri sama keluarganya, tapi kenapa lo gak minta hal itu dan malah bantu gue jauh dari adik lo?" jelas Viena.

"Gue gak mau ngebuat lo tambah stress tinggal bareng sama Deyra, dan gue juga tahu kayak apa adik gue sebenernya, jadi lebih baik kalian jaga jarak dan gue yakin cepat atau lambat dia pasti bisa nerima keadaan yang terjadi," jelas Arcakra.

"Lagi pula lo ngejalanin pernikahan sama gue, ngapain harus akrab sama semua keluarga gue? lo bisa deket sama orang tua gue aja udah lebih dari cukup," lanjut Arcakra.

Viena yang mendengar jawaban Arcakra pun hanya bisa terdiam. Mengapa laki-laki di sampingnya itu selalu berhasil membuatnya luluh hingga sulit mencari cela untuk mengurangi perasaan yang ia miliki kepada laki-laki itu.

"Menurut lo pernikahan ini bakal berhasil atau enggak?" tanya Viena yang tiba-tiba membahas mengenai pernikahan mereka.

"Kenapa lo nanya gitu? lo gak yakin sama gue?" tanya Arcakra.

"Menurut lo? gue harus yakin sama cowok yang notabene putus sama sepupu gue karna pernikahan ini," balas Viena.

Arcakra mendengar balasan Viena pun hanya menghelaikan nafas panjang. "Gue tahu lo mungkin masih belum bisa percaya sama gue, tapi lo kenal gue bukan setahun dua tahun, Vie."

DESTINY OF MY LIFE (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang