Mawar Merah
Percayakah Anda dengan dunia pararel? Universe lain? Atau alam baka? Sebagian besar orang di dunia ini percaya bahwa alam baka atau akhirat itu benar-benar ada. Sebagian ilmuan juga percaya pada kehidupan lain yang ada di semesta kita yang luas ini. Sebagiannya lagi ada yang percaya bahwa ada dunia pararel, yaitu kita yang lain di kehidupan yang lain saat ini. Sisanya tak percaya sama sekali.
Kelompok kecil yang tidak percaya sama sekali tersebut biasanya adalah orang yang rasional pada kehidupan. Berpikir dengan logika, nalar mereka. Mereka tidak percaya pada kehidupan lain, atau akhirat, atau malaikat. Mereka tidak akan percaya sampai adanya bukti yang kongkrit, bisa dilihat, bisa disentuh, dengan kata lain bisa dibuktikan secara sains. Memangnya siapa yang bisa membuktikan bahwa hantu dan malaikat itu benar-benar ada? Kecuali mereka yang benar-benar percaya.
Dari sekompok kecil orang yang tidak percaya itu, salah satunya adalah Kyungsoo. Seorang pemuda yang hidup di belahan dunia lain, seorang warga negara Korea yang rasional. Dia sama sekali tidak percaya dengan kehidupan lain, bahkan reinkarnasi. Dia mungkin orang paling rasional di Korea. Dia juga mungkin orang paling kesepian di Korea.
Kyungsoo tak percaya takdir dan segala bentuk spiritual. Karena menurutnya, jika memang ada, kehidupannya tidak akan sesial dan sesepi sekarang. Dia adalah pemuda malang yang hidup sendirian di Seoul yang besar. Tinggal di kamar sempit dan kotor, tidak ada televisi atau internet. Yang ia punya hanya ponsel flip lusuh yang ia gunakan untuk mengecek waktu. Satu-satunya yang ia bisa lakukan untuk menghibur diri adalah bernyanyi sambil menggenjreng gitar lusuhnya. Bekerja shift malam di toko serba ada. Dia miskin, jadi dia berhenti minum alkohol dan tidak merokok. Tidak ada teman. Tidak ada kekasih. Tidak layak untuk hidup. Menyedihkan.
Malam itu indah, bulan bersinar terang dan gemintang bermunculan. Tapi Kyungsoo tetap terjebak di toko tempatnya bekerja. Awalnya seperti biasa saja, dia melayani pembeli dengan wajah datarnya. Sebuah tuntutan pekerjaan. Kadang itu sangat melelahkan, apalagi saat berhadapan dengan orang-orang berandal, seperti dua pria yang baru saja masuk.
Kyungsoo melirik manajernya yang sedang sibuk dengan catatan kecil, ia tahu akan menghadapi ini, dan pak tua itu tidak akan terlalu ambil pusing. Dua pria tadi terhuyung-huyung menghampiri meja kasir, mereka bahkan menabrak rak, untung saja isinya tidak berantakan. Sepertinya mereka mabuk, terus tertawa bahkan saat sampai di hadapan Kyungsoo.
"Halo, selamat datang! Apa yang kalian butuhkan?" tawar Kyungsoo datar.
"Heh, Bocah! Tersenyumlah saat kau melayani," celetuk pria yang bertato naga di lehernya.
"Benar! Pembeli adalah Dewa!" seru pria yang bertindik.
Kyungsoo tersenyum hambar. "Apa yang kalian butuhkan?" tawarnya sekali lagi.
"Apa itu bisa disebut ramah? Senyum yang benar!" gerutu pria bertindik.
Pria bertato membuat bentuk pistol dengan jemarinya dan menodongkannya ke Kyungsoo. Konyol. "Kau ingin mati! Jawab!" bentaknya membuat manajer menoleh ke kasir.
Kyungsoo masih setia dengan wajah datarnya, tak gentar sedikit pun. Bagaimanapun dia sudah mengalami ini puluhan bahkan ratusan kali.
"Kau seorang pekerja jasa service, tapi tidak memiliki sikap melayani. Apa kau menghina kami?" lontar pria bertato itu.
"Kyungsoo..." Sang manajer memberi isyarat untuk bertindak.
"Apa Anda ingin rokok?" tawar Kyungsoo masih dengan wajah datarnya.
"Aku sudah tidak ingin lagi!" sentak pria bertindik.
Kyungsoo mendengus. "Kalau begitu keluarlah."
"Apa? Kau mengusir kami?" pria bertato tersulut, dia tampak marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] SONG FOR THE PRINCES
FanfictionKyungsoo, seorang pemuda yang miskin dan kesepian memutuskan untuk mengakhiri hidupnya di jalan raya. Seorang Malaikat Agung bernama Suho memberikannya kesempatan ke dua untuk menemukan arti hidup yang sesungguhnya. Sayangnya seorang Pangeran Dunia...