Tak Ingin Pergi
Kyungsoo sedang ada di paviliun tengah danau. Dia menatap kosong pantulan bayangan bulan yang kemerahan di air. Tampak mengerikan. Dibuka kedua telapak tangannya, ada hopae milik Kai dan cincin perak pemberian Pangeran Sehun. Dia teringat omongan Malaikat Suho, bahwa saat ia mati harus merelakan semuanya agar arwahnya bisa naik ke akhirat.
Hatinya seakan berat, dia belum siap untuk merelakan mereka. Namun, jika ia terus mengikat mereka seperti ini bisa jadi arwah Pangeran Sehun belum naik ke akhirat karena masih terikat. Kyungsoo meneguhkan hatinya mantap lalu melempar hopae giok bergambar naga itu ke danau. Mengikhlaskan semua perasaannya pada Kai.
Lalu ia memandang cincin peraknya, hatinya makin memberat saja. Rasa bersalah itu semakin besar. Dia menggenggam erat cincin itu. Sungguh ia belum rela.
"Maafkan aku, Pangeran Sehun. Maafkan aku tidak bisa membalas semua hal yang kau lakukan untukku. Aku benar-benar bersyukur bisa mengenalmu, dicintai oleh orang sepertimu. Kuharap aku bisa mencintaimu di kehidupan selanjutnya, tapi aku takut kalau aku akan menyakitimu lagi. Di kehidupan ini aku telah menjadi orang jahat bagimu," gumamnya pilu, lalu satu tetes air mata jatuh membasahi pipinya.
Dia membuka tangannya lagi. Kini ia harus benar-benar merelakan.
"Kuharap di kehidupanmu selanjutnya, kau tidak bertemu denganku lagi. Karena kau pantas mendapat cinta yang tulus dan menyayangimu dengan sangat baik. Kuharap kita tidak bertemu dan kau bisa bahagia."
Dia pun melemparkan cincin itu ke danau.
Tanpa ia mampu melihat, di sampingnya berdirilah arwah Pangeran Sehun bersama Xiumin. Wajah pucat pangeran tampan itu terlihat sangat sedih. Bahkan setelah mati ia tidak bisa merelakan Kyungsoo.
"Kini kau sudah tahu jawabannya. Kalian ditakdirkan untuk berpapasan, tapi tidak ditakdirkan saling memiliki. Setiap arwah harus merelakan segala ikatan duniawinya untuk pergi ke akhirat dan bereinkarnasi," ucap Xiumin pada Pangeran Sehun yang tentu saja tidak bisa Kyungsoo dengar.
Pangeran Sehun masih memandang Kyungsoo lekat. "Bukankah aneh, takdir mempertemukan kami tapi tidak bisa membiarkan kami bersama? Memaksaku untuk mengikhlaskan dia?"
"Selalu ada pelajaran di setiap kehidupan," sela Xiumin.
"Pelajaran tergelap adalah melepaskan apa yang kita cintai."
Udara musim gugur semakin dingin. Kyungsoo mengelap air matanya. Walau menyakitkan, tapi ia sudah merelakannya.
"Arwah, sebutkan namamu." Akhirnya malaikat maut itu meminta hal itu.
Pangeran Sehun akhirnya berpaling dan menatap Xiumin. "Sehun putra Lee Nok," ucapnya mantap.
Dengan cepat Xiumin menggapainya dan dalam sekejab hilang bagai kilat tanpa Kyungsoo bisa sadari. Dia menghela nafas jengah dan kemudian naik ke paviliun, dari situ dia bisa melihat seseorang sedang berdiri di ujung jembatan kayu yang di penuhi lampion kanan dan kirinya. Orang itu menatap lurus padanya dengan mata merah menyala, siapa lagi kalau bukan Lay Zhang sang iblis.
Lay mulai berjalan melalui jembatan, mendadak lampion satu persatu padam saat ia melewatinya. Seperti adegan film horor yang pernah Kyungsoo tonton. Dia terus berjalan mendekan hingga semua lampion di jempadan padam dan menjadi gelap. Yang menyala empat lampion di masing-masing sudut atap paviliun. Lay juga melangkah naik ke paviliun kecil itu.
"Sepertinya kau sedang menungguku," cetus Lay.
Matanya masih merah menyala, hidung mancung dan mata teduh itu. Sial, iblis satu ini memang sangat tampan. Namun, Kyungsoo teringat bahwa yang mendatangkannya kemari adalah Lay.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] SONG FOR THE PRINCES
FanfictionKyungsoo, seorang pemuda yang miskin dan kesepian memutuskan untuk mengakhiri hidupnya di jalan raya. Seorang Malaikat Agung bernama Suho memberikannya kesempatan ke dua untuk menemukan arti hidup yang sesungguhnya. Sayangnya seorang Pangeran Dunia...