Bukan Si Pembaca Dongeng
Baekhyun hari ini memasuki istana untuk mengunjungi adik kembarnya. Pakaiannya sangat rapi, hanbok warna merah muda sangat cocok untuknya. Seperti yang dikatakan Chanyeol, warna-warna lembut sangat serasi dengan kulitnya. Dia duduk bersila menghadap adiknya dengan meja teh yang terpisah. Status adiknya lebih tinggi sekarang, jadi istana harus membangun batasan-batasan. Hari ini untuk pertama kalinya juga ia membungkuk pada sang adik. Baekhyun penuh senyum saat melakukannya. Dia sangat bahagia yang terpilih menjadi putri mahkota adalah saudarinya. Sangat sempurna melihat sahabatnya bersama adiknya bersanding.
"Minumlah kakak, teh ini sangat wangi," ucap Baekhee lembut.
Baekhyun meneguknya. Benar, ini adalah teh terenak yang pernah ia minum setelah teh milik Putra Mahkota tentunya. "Bagaimana kabarmu, Adik? Ah, harusnya aku memanggilmu Nyoya," gumamnya.
"Oh, Kakak! Aku masih ingin menjadi adikmu. Lagi pula aku dan Yang Mulia masih belum menikah."
"Jika kalian sudah menikah aku harus memanggilmu Yang Mulia. Ahaha..." tukas Baekhyun diakhiri tawa senangnya. "Apa kau betah di istana ini? Kau terlihat sedikit pucat," tambahnya.
Baekhee menghela nafas jengah, lalu meminum tehnya. "Aku hanya perlu membiasakan diri. Aku tidak bisa tidur nyenyak setelah memasuki istana."
"Kamu tidak apa-apa? Kamu harus menyuruh salah satu dayangmu untuk memanggil tabib istana," Baekhyun terdengar khawatir.
Baekhee langsung memasang senyum untuk menyembunyikan lelahnya. "Aku baik-baik saja, Kakak. Jika aku memanggil tabib sebelum hari pernikahan, itu akan membebani Putra Mahkota. Dia sudah cukup menderita dengan rumor-rumor aneh itu."
Baekhyun tersenyum lebar. "Kamu terlihat sangat menyayanginya."
Baekhee tersipu. "Sepertinya Kakak juga harus mengunjungi Putra Mahkota. Dia sedang dihukum oleh Raja untuk tetap di kediamannya, dia bahkan tidak mengunjungiku tiga hari ini."
"Sebaiknya aku pergi sekarang. Kamu juga harus memulai pelajaranmu, bukan?"
Baekhyun pun pergi. Para dayang membereskan mejanya tepat sebelum Dayang Choi dari Balai Ratu datang. Baekhee juga merasa aneh, kenapa harus dayang dari Balai Ratu yang memberinya pelajaran, padahal dayangnya sendiri juga paham. Tapi, dia mengartikannya sebagai bentuk perhatian Ratu yang tak biasa.
Pelajaran hari ini sama dengan hari sebelumnya, tata cara pernikahan kerajaan. Pertama, para dayang menyalakan lilin-lilin membentuk jalan lurus. Kata Dayang Choi, seorang pengantin tidak boleh menggoyangkan api lilin saat ia berjalan. Kedua, Baekhee menumpuk tangannya di depan dada dan sikunya dibebani mangkuk keramik. Seorang pengantin harus menjaga tangannya tetap di depan dada dan tidak menurunkannya seinci pun hingga upacara pernikahan selesai. Selanjutnya dia harus berjalan dengan tumpukan buku di kepala, karena nanti di hari pernikahannya ia memakai perhiasan kepala yang berat dan harus tetap menjaga postur tubuhnya. Semua pelajaran itu dituntaskan dengan baik oleh gadis cantik itu.
Sudah jelas dia adalah wanita bangsawan anggun sejati.
"Nyonya, Yang Mulia Ratu memberikan ini pada Anda," ucap Dayang Choi sambil memberikan kantung wewangian.
Baekhee menerimanya. Ia menghirupnya dalam. "Wanginya sungguh enak. Saya akan mengucapkan terima kasih saat mengunjunginya nanti."
"Yang Mulia Ratu sangat mencemaskan Anda, takut Anda tidak bisa tidur nyenyak di tempat yang baru."
Baekhee terhenyak. Apakah Ratu tahu dirinya tidak tidur nyenyak? Bukankah ini terlalu mencurigakan. Lalu Baekhee kembali memasang cerianya. "Sampaikan pada Ratu bahwa tidak perlu cemas. Saya tidur nyenyak dan sangat betah di sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] SONG FOR THE PRINCES
Fiksi PenggemarKyungsoo, seorang pemuda yang miskin dan kesepian memutuskan untuk mengakhiri hidupnya di jalan raya. Seorang Malaikat Agung bernama Suho memberikannya kesempatan ke dua untuk menemukan arti hidup yang sesungguhnya. Sayangnya seorang Pangeran Dunia...