Hukum Alam Semesta
Kyungsoo terjaga dalam keheningan yang pekat. Cahaya putih mengalir memasuki ruangan dan dia mengucek mata untuk melihat lebih jelas sekeliling. Hal pertama yang dilihat adalah area duduk dengan sebuah perapian yang menyala dengan api merah, namun tak mengeluarkan asap. Cahaya merahnya menyorot bayang-bayang melintasi ruangan dan melembutkan ujung-ujung perabotan mewah. Ruangan itu dihias mewah dengan kayu gelap, sementara sebuah lampu gantung kristal menggantung dari langit-langit berukir.
Kyungsoo mendapati dirinya terbaring di sebuah ranjang kayu ek dengan seprai satin emas dan kelambu merah tua. Dia memakai baju putih dengan kancing tali, bukan hanbok, bukan pula pakaian modern yang nyeleneh, ini sangat nyaman dan lembut serta simpel. Dia bertanya-tanya kemana perginya pakaian pelayannya? Dia tak ingat menanggalkan baju itu.
"Akhirnya kau bangun juga."
Suara itu dari dekat jendela, siluet seseorang dengan topi khas Joseon nampak di sana. Kyungsoo bangun dan menyibak kelambunya. Alangkah kagetnya dia melihat sosok itu, dia memancarkan aura gelap yang menyeramkan yang membuat bulu kuduknya berdiri. Dia adalah orang yang ia temui di Alam Pengantar waktu itu. Dia adalah malaikat maut, Xiumin. Dia duduk di jendela sambil mengangkat satu kakinya. Cahaya yang masuk dari jendela kemerahan seperti senja.
Kyungsoo menurunkan kakinya. "Kau malaikat mautku? Apa aku sudah mati?" tanyanya bergetar.
Xiumin tak menjawab. "Kau tahu apa yang sudah kaulakukan, wahai manusia?" malah mempertanyakan hal lain.
Kyungsoo hanya menatap bingung. Telapak kakinya menyentuh karpet beledu lembut kuning dengan bintik hitam seperti kulit macan tutul.
"Apa aku gagal menemukan makna hidup?" ucap Kyungsoo lalu menunduk. "Aku masih tidak tahu untuk apa aku hidup. Dunia sangat mengerikan namun indah di saat bersamaan, seperti cinta."
Xiumin menurunkan kakinya dan menatap Kyungsoo. "Aku adalah kematian. Kehidupan makhluk fana tak bisa kujelaskan."
"Apa kau sering menjemput orang-orang yang mati? Seperti apa mereka? Apa mereka puas dengan kehidupannya?" cecar Kyungsoo bertubi-tubi.
"Di dunia ini, tak ada cara bertahan hidup tanpa berbuat dosa dan kau bisa mati meski tidak berbuat dosa. Timbangan amallah yang akan menuntunmu. Jatuh atau naik."
Kyungsoo kembali menatap. "Kurasa aku akan jatuh. Aku sangat berdosa," gumamnya parau.
"Kau sekarang ada di neraka lapisan pertama, wahai manusia," ucap Xiumin yang kemudian membuka jendela di belakangnya.
Kyungsoo bangkit dan mendekat. Dia amat kaget melihat keluar, langit bukan sedang senja, tapi berwarna merah seperti api. Siluet bukit-bukit di kejauhan tampak seperti bara pemanggangan. Dia tak mampu berkata-kata, hanya takut yang menyelimuti.
"Di mana Lay Zhang?" lontarnya gemetar.
"Di aula utama, ayahnya sangat murka karena telah membawamu kemari."
Kyungsoo langsung berbalik dan berlari keluar, tapi dia mendadak berhenti sebelum melewati pintu. Di meja kaca rendah ada barang-barangnya di sana. Mawar yang hanya tinggal tangkainya saja, hopae milik Chanyeol, dan tulang rusuk yang berpendar bak berlian. Dia mengambil tulang rusuk itu dan menunjukkannya pada Xiumin.
"Sebenarnya apa ini? Apa ini benar-benar tulang rusuk?" tanyanya.
Xiumin menatap tajam. "Itulah tujuanmu ke sini. Mengembalikan tulang rusuk Malaikat Suho."
"Apa?" Kyungsoo semakin bingung saja.
Xiumin berjalan mendekat. "Semua hal gaib tidak akan bisa dimengerti manusia. Kau hanya perlu menjalani takdir yang telah berubah sekarang. Kau pikir kenapa para hantu di Dunia Fana menghindarimu? Ada energi yin yang diberikan Suho padamu. Kaulah yang terpilih untuk membawakan jimatnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] SONG FOR THE PRINCES
FanfictionKyungsoo, seorang pemuda yang miskin dan kesepian memutuskan untuk mengakhiri hidupnya di jalan raya. Seorang Malaikat Agung bernama Suho memberikannya kesempatan ke dua untuk menemukan arti hidup yang sesungguhnya. Sayangnya seorang Pangeran Dunia...