Bermalam Bersama Gumiho
Kai menarik tali kekang kudanya tepat di depan rumah yang ada di puncak bukit tepat setelah matahari tenggelam. Kai loncat dengan mudah, lalu ia mengulurkan tangannya ingin membantu Kyungsoo. Namun, pria dari masa yang berbeda itu hanya melirik sekilas dan berusaha turun sendiri. Sempat oleng, tapi dia berhasil. Kai hanya bisa tersenyum memandangnya.
Gerbang rumah itu ada di atas bukit, harus melewati anak tangga terlebih dulu. Mereka berdua mendongak.
"Kita akan bermalam di sini. Semoga sang penjaga sudah membersihkannya," gumam Kai.
Kyungsoo mengernyit. "Tempat apa ini?" tanyanya penasaran.
"Rumahku," tukas Kai mantap. Lalu ia menatap Kyungsoo. "Sudah kubilang, aku adalah orang kaya."
Kyungsoo berdecak. "Ya. Kau adalah putra mahkota terkutuk dan aku adalah putri mahkota yang sudah bereinkarnasi," selorohnya pasrah. Selama perjalanan mereka banyak bertukar cerita.
Kai kembali mengulurkan tangannya. Ingin menggandeng Kyungsoo. Namun lagi-lagi ditolak, Kyungsoo berdecak masam dan menepisnya. Pria berambut pendek itu memulai langkah pertamanya dengan mantap, tapi di anak tangga ke dua dia mendadak berhenti. Karena berjam-jam naik kuda yang bahkan jauh lebih besar dari tubuhnya, pahanya terasa pegal. Selangkangannya terlalu lama melebar. Dia mendesis merasakan sakit.
"Kau baik-baik saja?" Kai memandang cemas. "Kau benar-benar tidak tahu caranya berkuda. Harusnya kau tetap bereinkarnasi menjadi wanita."
Kyungsoo menyikut sebal. "Kau menghinaku, ya?"
Kai tertawa. Lalu segera memindahkan tasnya ke depan dada dan berjongkok memunggunginya. "Naiklah. Aku akan menggendongmu."
Kyungsoo kembali berdecak. "Jangan harap!" sahutnya tegas. Setelah itu ia kembali lagi menaiki anak tangga, tapi lagi-lagi ia merasakan nyeri di pangkal pahanya.
"Naiklah atau aku akan menggendongmu dengan kedua tanganku!" desak Kai lagi.
Kyungsoo memandang bingung. Dia menggigit bibir bawahnya sebal. Akan butuh waktu lama untuk sampai atas, dan digendong dengan kedua tangan di depan akan menjadi sangat memalukan. Dengan pasrah ia pun menaiki punggung Kai.
Pria buas nan seksi itu memanglah bukan manusia biasa, dia mengangkat Kyungsoo seolah tanpa beban. Melangkah mantap di setiap anak tangga. Kyungsoo hanya bisa canggung sambil memegangi kedua bahu Kai. Dia tak pernah mengira akan bepergian dengan psikopat yang pernah ingin membunuhnya. Sepertinya dia memang benar-benar sudah gila.
"Di duniamu, apa kau tidak pernah menaiki kuda?" Kai membuka pembicaraan.
Kyungsoo diam cukup lama. Ragu untuk menjawab, tapi hening juga sangat membosankan. "Kami tidak menaiki kuda lagi untuk bepergian. Kami naik mobil atau kereta," balasnya pada akhirnya.
"Mobil dan kereta?" Kai mengulang bingung.
"Mmm.." Dia bergumam menerawang. "Kau bisa menggambarkan itu sebagai gerobak tanpa kuda."
Kai kian mengkerutkan kening. Tambah bingung saja.
Akhirnya mereka sampai di pintu masuknya. Buru-buru Kyungsoo turun. Kai membuka gerbangnya lebar-lebar. Halaman luas sedikit kotor, seperti habis di sapu satu minggu lalu. Ada kolam ikan emas yang cukup luas, tak begitu dalam, dengan pohon ginkgo besar di tepinya. Rumah itu tak begitu besar, sudah terlihat sangat tua, tapi tetap terawat.
Hari sepenuhnya gelap. Kai buru-buru ke beranda dan mengambil lentera yang tergantung di langit-langit lalu menyalakannya dengan batu korek yang ia keluarkan dari tasnya. Sementara Kyungsoo memandang kalut pohon ginkgo yang ada di seberang kolam. Bertanya-tanya bagaimana keadaan di istana sekarang. Apakah Chanyeol bisa tidur nyenyak malam ini? Pikiran-pikiran itu entah datang dari mana, seperti angin saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] SONG FOR THE PRINCES
FanfictionKyungsoo, seorang pemuda yang miskin dan kesepian memutuskan untuk mengakhiri hidupnya di jalan raya. Seorang Malaikat Agung bernama Suho memberikannya kesempatan ke dua untuk menemukan arti hidup yang sesungguhnya. Sayangnya seorang Pangeran Dunia...