Kembali ke Bukan Rumah
Hari terus berganti. Angin musim gugur menyapa negeri. Dedauan mulai kekuningan. Chanyeol sedang duduk termenung di ruangannya. Menghela berkali-kali, terlihat sangat lelah. Meski roh-roh jahat tak muncul lagi, tapi tidurnya semalam tak pernah nyenyak.
"Yang Mulia, ini Kasim Han."
Chanyeol membenarkan duduknya. "Masuk!"
Kasim setianya itu masuk, membungkuk di tengah aula itu.
"Apa sudah waktunya ke Sigangwon?" lontar Chanyeol yang lupa waktu.
Kasim Han mengangguk. "Ya, Yang Mulia. Selain itu ada yang ingin hamba laporkan..." Dia menggantungkan kalimatnya sebenatar. "Mulai hari ini larangan menikah diterbitkan, Yang Mulia."
Chanyeol melotot kaget. "Mengapa Raja sangat terburu-buru?" decaknya. (Larangan menikah adalah aturan Joseon saat pangeran atau putra mahkota akan memilih pengantinnya).
"Ada lagi yang hamba ingin laporkan, Yang Mulia."
"Apa lagi?" tuntut Chanyeol yang merasa sangat lelah.
Kasim Han menunduk makin rendah. "Dayang yang mengubur maehyoong di temukan tewas di penjara, Yang Mulia."
Dia makin melotot. "Perdana Menteri bertindak sejauh ini," gumamnya mengawang.
***
Waktu terus berlalu, Baekhyun duduk berselonjor di batu besar tepi kolam ikan rumahnya. Pohon sakura yang sebelumnya berwarna merah muda itu kini gundul. Lututnya masih dibalut perban tebal, ia dibopong belayan jika harus berpindah. Kata tabib butuh waktu dua bulan untuknya bisa sembuh total. Ini sangat menyiksa, ia harus tetap di rumahnya dan tak bisa mengunjungi istana. Sebal karena tak bisa lagi membantu Chanyeol, teman dari kecilnya yang berharga.
Dia kembali menorehkan kuas pemberian Chanyeol di hari Chilseok waktu itu, melukis seekor burung yang hinggap di ranting pada kertas di meja kecilnya. Dia sudah seharian melukis, tapi dari sekian burung yang ia lukis tak satupun mengepakan sayap, hanya hinggap di ranting.
Angin berhembus lebih kencang, mendadak menerbangkan satu lukisannya hingga jatuh ke kolam, ikan-ikan mengerubuninya seolah itu makanan. Baekhyun hanya bisa menatap tak bisa apa-apa.
"Tuan Muda, saya membawakan cat?" Seorang budak menghampirinya sambil membawa kotak kayu berisi cat-cat lukis. "Wah, mereka sangat cantik," pujinya.
Baekhyun hanya tersenyum tipis. "Bisa kau ambilkan lukisanku yang jatuh? Itu bisa mengotori kolam," perintahnya lembut.
"Oh!" Budak itu terkejut dan langsung masuk ke air. Ikan-ikan berhambur takut. "Wah, sayang sekali padahal ini lukisan yang cantik."
"Kau lama sekali ke pasarnya. Apa yang membuatmu terlambat?" lontar Baekhyun begitu pelayan itu keluar dari kolam.
"Ah... Tadi saya melihat pengumuman sebentar. Kata orang-orang istana telah mengeluarkan larangan menikah. Sepertinya Putra Mahkota ingin menikah lagi. Saya cukup sedih karena ia menikah dengan cepat padahal Nona Baekhee...." pelayan itu menggantungkan kalimatnya. Merasa sudah sangat tidak sopan.
"Kembalilah ke dalam, Gyu," tukas Baekhyun kecut.
Pria muda itu pun langsung pergi.
Baekhyun menatap pohon sakura di depannya. Mendadak menjadi kalut.
***
Hari menjadi sore. Kyungsoo dan Pangeran Sehun bersama empat pengawalnya akhirnya sampai di Hanyang, mereka melewati jalanan kota yang ramai.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] SONG FOR THE PRINCES
FanfictionKyungsoo, seorang pemuda yang miskin dan kesepian memutuskan untuk mengakhiri hidupnya di jalan raya. Seorang Malaikat Agung bernama Suho memberikannya kesempatan ke dua untuk menemukan arti hidup yang sesungguhnya. Sayangnya seorang Pangeran Dunia...