Pencuri Hati
Langit menutup harinya. Gelap membawa duka. Istana berkabung. Semua orang berganti memakai pakaian putih. Chanyeol berdiam diri di aulanya, menatap kosong ruangan. Tulang rusuk Malaikat Suho yang dibalut kain tergeletak di mejanya. Berpendar indah. Semuanya terasa gelap sekarang.
Kyungsoo juga sama sedihnya, ia duduk di ruang sempitnya, memandang kosong setangkai mawar pemberian Malaikat Suho yang semakin tipis. Dia melepaskan cincin perak di jari manisnya, menjatuhkannya begitu saja. Dia menyandarkan kepala di dinding, menikmati kegelapan yang membuatnya makin terpuruk. Rasa bersalah itu terus merong-rongi hatinya.
Mendadak lilin di atas mejanya menyala, api merah itu tentu saja berasal dari Pangeran Dunia Bawah. Lalu terdengar bunyi lonceng. Benar saja, saat pintu terbuka Lay Zhang muncul.
"Kau selalu menyedihkan. Sepertinya kau tahu cara mendapat perhatianku," cetusnya sambil duduk di samping Kyungsoo, ikut bersandar di dinding.
"Orang-orang yang mencintaiku terus saja mati, apa kau juga akan mati dan meninggalkanku?" gumam Kyungsoo mengawang.
"Aku bukan manusia. Aku tidak bisa mati, jadi tenang saja. Aku tidak akan meninggalkanmu."
Kyungsoo menghela nafas panjang. "Kau bilang, kau bisa mengembalikanku ke Seoul. Aku lelah di sini."
"Bersandarlah padaku," cetus Lay dengan nada lembutnya, nada yang tak pernah ia tunjukan sebelumnya pada siapapun.
Kyungsoo menoleh. "Aku lebih berat dari yang kau kira."
Lay juga menoleh. "Aku lebih kuat dari yang kau kira."
Kyungsoo pun menjatuhkan kepalanya di bahu Lay, dia benar-benar butuh sandaran sekarang. Hanya Lay yang bisa membuatnya senyaman ini.
Malam makin larut. Api merah itu tak pernah padam dan lilin tak pernah meleleh sedikit pun. Kyungsoo tertidur di bahunya. Raut mukanya yang kelelahan dan matanya yang sembab membuat Lay terenyuh. Dia meliriknya, pandangannya larut dalam perasaan yang tak pernah ada dalam dirinya sebelumnya. Alis tebal yang lurus itu, hidung mancung, dan bibir penuhnya, serta kelopak matanya yang tertutup rapat selalu terlihat risau.
Ada banyak ketakutan yang Lay temukan dalam tubuh mungil Kyungsoo. Luka yang membuatnya ingin merengkuhnya terus. Perlahan tangannya mendeki wajah manis itu, lalu ujung jempolnya mulai menyentuh bibirnya. Begitu lembut dan menggoda.
Ah, ada apa dengan Lay Zhang?
***
Matahari terbit, angin musim gugur menguningkan dedaunan. Tanpa senyum Chanyeol merentangkan kedua tangannya, membiarkan para dayang memakaikannya pakaian putih. Penyesalan hinggap dan merong-rongi hatinya. Seharusnya ia bisa lebih baik lagi memperlakukan Sehun. Penyesalan selalu datang di akhir.
Chanyeol menurunkan tangannya dan para dayang pergi menyisakan Kasim Han.
"Yang Mulia, semua sudah siap," cetus Kasim Han.
Chanyeol pun berbalik, dan tanpa kata ia melangkah keluar.
Di sinilah ia, melangkah ragu memasuki ruangan sendu itu. Perdana Menteri menatap kosong di pojok ruangan, Raja hanya bisa duduk terdiam menghadap altar, dan semua sesepuh kerajaan tak mengeluarkan suara sedikit pun.
Chanyeol melangkah tenang menuju altar, wangi duba dan bunga bercampur memenuhi udara. Dia mengeluarkan sekantung kecil bakha, permen mint yang wangi, dan menaruhnya di altar. Setelah itu dia memberi penghormatan terakhir.
"Di kehidupan selanjutnya aku berjanji akan memperlakukanmu dengan baik. Sekarang tenanglah dulu dan maafkan aku," gumamnya dalam hati.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] SONG FOR THE PRINCES
FanfictionKyungsoo, seorang pemuda yang miskin dan kesepian memutuskan untuk mengakhiri hidupnya di jalan raya. Seorang Malaikat Agung bernama Suho memberikannya kesempatan ke dua untuk menemukan arti hidup yang sesungguhnya. Sayangnya seorang Pangeran Dunia...