Kyungsoo Si Dukun
Istana berduka. Semua abdi, dayang, kasim hingga pelayan memakai pakaian putih tanpa perhiasan. Langit kelam hari ini seolah ikut bersedih. Rakyat pun terkejut dengan kematian mendadak calon Putri Mahkota yang mereka cintai.
Chanyeol duduk di depan mejanya, pandangannya kosong. Sedih. Kenapa hantu itu sampai menyakiti Baekhee? Ini semua salahnya. Jika saja dia tidak memanfaatkan Kyungsoo untuk mengusir roh-roh jahat di kamar ini, pasti mereka tidak akan kabur dan menyakiti Baekhee. Dia terus menyalahkan diri sendiri.
"Yang Mulia, ini Pengawal Chen."
Pintu dibuka dan Chen masuk. Dia juga memakai warna putih.
"Yang Mulia, Anda baik-baik saja? Kudengar Anda belum makan juga hari ini. Yang Mulia..."
"Apa mereka sudah membawa jenazah Putri Mahkota?" sela Chanyeol mengambang.
"Tuang Byun Baekhyun baru saja membawanya pergi. Putri Mahkota tidak akan dimakamkan di pemakaman kerajaan, beliau masih belum resmi menikah dengan Anda. Jadi statusnya masih putri Menteri Byun. Dia akan dimakamkan di pemakaman keluarganya."
"Apa Ayahanda masih belum boleh mengijinkanku keluar?"
Chen menunduk. "Ya, Yang Mulia. Bahkan tentara pengadilan berjaga di depan."
"Aku mengerti. Keluarlah Chen. Aku ingin sendirian."
Chanyeol masih duduk di sana seharian. Bahkan hingga hari gelap dia masih betah. Makanan keluar masuk dan tak pernah ia sentuh. Tubuhnya lapar dan lemah. Lentera-lentera dinyalakan oleh Kasim Han. Dia masih belum mau berpindah tempat.
Malam makin larut. Api lilin di atas mejanya bergoyang. Hawa dingin kembali membuat bulu kuduknya berdiri. Suara derik kayu dan bisikan-bisikan aneh mulai ia dengar. Chanyeol menelan ludahnya berat. Dari sudut-sudut ruang dan langit-langit banyangan-bayangan itu perlahan muncul. Dirinya yang lemah seolah memanggil roh-roh jahat. Bayangan-bayangan itu mulai berwujud. Satu persatu mulai berdiri. Sosok-sosok hitam yang menyeramkan.
***
Hari ini hujan lebat. Chanyeol masih berdiri di halaman Balai Kediaman Raja. Payung besar meneduhkannya. Sementara Kasim Han dan Pengawal Chen serta semua dayangnya kehujanan.
"Yang Mulia. Apakah hamba perlu memohon pada Yang Mulia Raja sekali lagi? Anda sudah menunggu lebih dari sejam," cetus Kasim Han.
Chanyeol menunduk lemah. "Tidak, itu tidak akan mengubah apapun. Sebaiknya kita kembali." Dia pun memutar badan dan pergi meninggalkan kompleks bangunan besar itu. Semua orang yang ada dibelakangnya mengikuti.
Chanyeol terus berjalan. Pandangannya kosong menatap ke depan. Matanya begitu sayu. Dia berbelok menuju paviliun yang ada di tengah danau dengan sebuah jembatan panjang yang menghubungkannya.
Hujan masih terus mengguyur pohon-pohon di sekeliling danau. Suaranya yang menimpa air di danau begitu berisik. Chanyeol berdiri di tepi menatap pantulan dirinya di permukaan danau. Pikirannya kembali kalut. Mengapa hidupnya sangat menyedihkan?
"Yang Mulia, apa sebaiknya kita kembali? Hamba takut Yang Mulia terkena demam," cetus Kasim Han.
"Aku hanya butuh waktu untuk sendiri sebentar."
"Yang Mulia, ijinkan hamba memegangi payung untuk Anda," sahut Chen.
"Tinggalkan aku. Kalian semua."
Semua orang pun mundur meninggalkannya sendirian di paviliun itu. Hujan langsung membasahi tubuhnya begitu payung di singkirkan. Satu tangannya menengadah air hujan. Mendongak ke langit yang begitu kelam. Sampai kapan dia harus menderita seperti ini? Ingin sekali dirinya melebur bersama hujan dan menghilang begitu saja. Ia sangat rapuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] SONG FOR THE PRINCES
Fiksi PenggemarKyungsoo, seorang pemuda yang miskin dan kesepian memutuskan untuk mengakhiri hidupnya di jalan raya. Seorang Malaikat Agung bernama Suho memberikannya kesempatan ke dua untuk menemukan arti hidup yang sesungguhnya. Sayangnya seorang Pangeran Dunia...