Harus Hidup
Matahari akhirnya terbit. Pangeran Sehun terus berkuda tanpa istirahat sama sekali. Empat prajurit yang mengawalnya sudah jauh tertinggal karena kelelahan. Tekatnya sungguh kuat. Ketakutannya sungguh besar. Yang ada dipikirannya saat ini hanyalah Kyungsoo.
Sementara itu Kyungsoo sendiri masih di rumah bordil. Ia mengercap, mengucek matanya. Cahaya perlahan memenuhi pandangan. Dia menoleh ke samping, matras Kai masih berantakan, orangnya sudah hilang. Dia pun bangkit dan segera memakai pakaiannya.
Kyungsoo menyusuri koridor. Lalu pergi ke halaman. Sepi. Sangat berbeda dari susana semalam. Beberapa gaesang dan pelayan berseliweran. Dia berjalan ke pekarangan belakang, di mana dapur mengepul. Dia akhirnya menemukannya. Rambut panjang yang tertiup angin dan badan tegap itu menghadap pohon ginkgo di pojok halaman, agak jauh dari dapur.
"Pohon ginkgo sangat berarti bagimu, ya?" sapanya.
Kai menoleh dan tersenyum manis. Lalu kembali lagi mendongak menatap beberapa helai daun yang mulai menguning. "Musim gugur hampir tiba," gumamnya.
Kyungsoo juga ikut mendongak. Tiba-tiba teringak sentakan di dadanya semalam, yang pasti kelopak mawarnya kembali gugur. "Waktuku sudah tidak banyak lagi."
Kai menoleh bingung. "Apa maksudmu?"
"Sepertinya aku akan segera menemui malaikat mautku, Xiumin. Kesempatan kedua yang kumiliki tak lama lagi, dan aku masih belum menemukan arti hidup itu apa. Aaahhh..." Kyungsoo melesahkan nafas panjang. "Hidupku sangat menyedihkan."
"Aku yakin kamu akan berhasil, Kyungsoo."
Dia menoleh dan mengambil satu langkah lebih dekat. Dia manatap mata indah yang semalam merah kini berganti coklat terang. "Terima kasih sudah melakukan banyak hal untukku. Terima kasih sudah mencintaiku dengan tulus. Terima kasih sudah menyelamatkanku dari penjara. Aku tidak bisa memberikan hatiku, tapi aku ingin memberimu sesuatu. Katakanlah apa yang kau inginkan, aku akan memenuhinya jika itu bisa."
Kai tersenyum gemas lalu mengacak rambutnya. "Ayo, kita kembali ke Hanyang. Ayo, kita ambil jalan memutar, walau bukan Jeju, aku ingin melihat pantai bersamamu."
"Ya, ayo melihat pantai."
***
"Yang Mulia! Yang Mulia!" Kasim Han masuk dengan panik.
Chanyeol sedang bersiap ganti pakaian. "Ada apa lagi, Kasim Han?"
"Beberapa dayang kita dibawa ke pengadilan istana. Merekalah yang memendam maehyoong-maehyoong itu, Yang Mulia."
Chanyeol tercekat. "Apa? Yang melakukan adalah dayang-dayangku sendiri?"
"Ya, Yang Mulia. Mereka akan diintrogasi hingga menyebutkan nama yang ada di balik semua ini."
Chanyeol termenung. Sungguh tak ada yang bisa dipercaya di istana ini.
"Yang Mulia, semalam juga ada kabar dari Balai Ratu. Yang Mulia Ratu jatuh tenggelam dan sekarang masih belum bangun. Tabib Kerajaan mengatakan bahwa Ratu telah berhenti bernapas dan jatuh dalam keadaan vegetatif. Dia kembali kritis."
Chanyeol makin kaget. "Mengapa sesuatu terus terjadi secara beruntun? Lalu bagaimana ujian akhir untuk para siswa Sungkyunkwan?"
"Raja telah meminta Anda untuk memimpin ujian, Yang Mulia. Hari ini Raja akan mengawasi langsung pengobatan Ratu."
Dia menunduk. Tidak ada jalan untuk keluar istana hari ini.
"Baiklah. Aku akan memimpin ujian. Siapkan semuanya, Kasim Han."
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] SONG FOR THE PRINCES
FanfictionKyungsoo, seorang pemuda yang miskin dan kesepian memutuskan untuk mengakhiri hidupnya di jalan raya. Seorang Malaikat Agung bernama Suho memberikannya kesempatan ke dua untuk menemukan arti hidup yang sesungguhnya. Sayangnya seorang Pangeran Dunia...