Episode 24

288 38 1
                                    

Masa Lalu yang Hilang

Aula itu tenang. Lentera-lentera menyala di setiap sudutnya. Chen berdiri tegap di depan meja Chanyeol, surat dan buku yang ia dapat dari Bungajeong sudah ada di atasnya. Chanyeol memeriksa dengan cermat.

"Semua bukti ini mengarah pada Perdana Menteri," gumamnya gusar. "Namun, kata Luhan yang mengancamnya bukanlah Perdana Menteri. Pasti ada seseorang dibalik semua ini yang merencakan dengan sangat hati-hati. Seseorang yang melakukannya secara rahasia, bahkan dia tak mengungkapkan identitasnya pada Perdana Menteri. Orang ini juga mengkambing hitamkan Perdana Menteri."

"Luhan berkata begitu?" tanya Chen.

Chanyeol menutup buku itu. "Ya, dia berkata begitu sebelum mati menggigit lidahnya sendiri."

"Mati?" Chen terkejut.

"Kita tidak bisa menyerahkan barang bukti ini sekarang. Lagian Raja telah bertitah untuk tidak menggulingkanku. Juga, Ratu telah ambruk dan sekarang dalam kondisi kritis."

Chen mengerutkan kening bingung. "Semuanya terjadi begitu saja? Bukankah ini terlalu kebetulan?"

Chanyeol menatap lekat buku itu, berpikir keras. "Kau benar. Terlalu banyak kebetulan. Namun kita bisa merasa agak tenang sekarang. Kita juga tidak bisa bertindak malam ini, untuk sekarang biarlah Pelayan Do tidur di penjara. Hanya itu yang bisa kita lakukan saat ini."

"Anda pergi ke penjara untuk menemui Pelayan Do, Yang Mulia? Anda sangat peduli padanya," ucap Chen.

Chanyeol menunduk kalut. "Aku pikir ada banyak alasan mengapa Pelayan Do tidak boleh dikorbankan. Dia harus tetap hidup di sisiku. Sejak kemunculannya, secara tidak langsung aku selalu terbantu olehnya. Berada di dekatnya aku merasa hidup. Jadi aku harus menyelamatkannya. Dia bukan hanya seorang pelayan pribadiku. Jika aku menyerah padanya, aku akan menjadi lebih mudah untuk menyerah pada hal yang lebih besar. Seperti sekarang, karenanya aku tidak menyerah pada tahtaku."

"Anda akan menjadi raja yang baik, Yang Mulia," gumam Chen dengan senyum tipisnya.

Chenyeol menerima pujian itu. "Istirahatlah, Chen. Kau pasti lelah."

Pengawal itu menunduk dan keluar dari aula besar itu.

Ruangan kembali hening. Dia menatap sekeliling. Sekali lagi teringat hari-hari saat Kyungsoo menemaninya. Saat ia menguap di pilar itu karena bosan. Saat ia menyanyi untuk menidurkannya. Saat kehadirannya mengusir semua roh jahat di tempat ini. Perlahan ia menyentuh bibirnya sendiri, ciuman kala itu masih terasa. Lembut dan menenangkan, yang mengangkat semua katukannya dalam sekejab. Seolah ciumannya sama ajaibnya dengan suaranya.

Ternyata Kyungsoo lebih banyak menyelamatkannya, dan apa yang telah ia lakukan untuk pelayan rendahan itu? Bahkan mengeluarkannya dari penjara ia kesulitan.

Chanyeol menghela nafas jengah.

Kling... kling... Mendadak bunyi lonceng mendekat. Bunyi yang ia sangat kenal. Chanyeol terkesiap menatap anak anjing yang tiba-tiba sudah ada di tengah-tengah aulanya. Lonceng hantu yang memakan arwah pengantinnya ada di leher anjing kecil hitam itu.

Udara mendingin. Dengan cepat anjing itu membesar dan berubah menjadi sosok tampan dengan mata merah dan rambut panjang yang digerai. Lay Zhang tersenyum penuh makna padanya.

***

Pangeran Sehun dan Raja memandang penuh khawatir Ratu yang terbaring tak sadarkan diri diobati oleh tabib. Sekali lagi tabib itu mendesah.

"Kenapa kau terus mendesah, Tabib? Ada apa sebenarnya?" lontar Raja.

"Nadinya sangat lemah, Yang Mulia. Hamba akan melakukan teknik akupuntur," jawab tabib itu sambil mengambil jarum kecil yang diberikan perawat padanya. Ia mulai menusukannya pada dahi, kanan dan kiri. Juga pada ubun-ubunnya.

[BL] SONG FOR THE PRINCESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang