Episode 43

267 33 0
                                    

Selamat Tinggal Para Pangeran

Lay terjatuh, Kyungsoo terlepas dari pelukannya dan terguling di pasir merah itu. Darah hitam masih mengucur dari pangkal sayap kirinya yang buntung. Jejak hitam di pasir terlihat jelas. Kyungsoo berusaha bangkit dalam nafasnya yang terengah, butiran pasir merah menempel di kulit. Dari luar sini semuanya tampak jelas, istana tinggi dengan atap berususun, pohon-pohon murble yang batangnya hitam legam dan daunnya merah darah, dan siluet-siluet perbukit merah seperti bara api. Serta langit yang mengerikan.

Ini adalah rumah Lay Zhang. Dunia Bawah Lapisan Pertama di mana pangeran itu menghukum para penggosip yang iri dengki. Mereka dipaksa berjalan tanpa alas kaki mengelilingi lembah yang penuh bara api yang biasa disebut Lembah Merah. Itu adalah salah satu tugas suci Lay Zhang sebagai Pangeran Dunia Bawah.

"Kyungsoo!" Lay berseru dari atas gundukan pasir yang cukup tinggi.

Dengan sekuat tenaga Kyungsoo menanjak menghampirinya, telapak kakinya tenggelam ke dalam pasir tiap kali ia melangkah. Begitu sampai ia langsung menggenggam erat tangan Lay. Iblis tampan yang pernah ia tiduri itu terlihat sangat kacau dan mengerikan, Kyungsoo hampir tak mengenalinya. Di balakang Lay ada kobaran api berwarna ungu, lidahnya menyala-nyala seolah ingin menggapai semua hal yang ada di sekelilingnya dan membakarnya hingga habis. Namun, Kyungsoo merasa aneh. Dalam jarak sedekat ini dia tak merasa kepanasan.

Itu adalah api penyucian, setiap Dunia Bawah mempunyainya. Kobaran api ungu itu digunakan oleh arwah-arwah yang selesai menjalani hukumannya untuk kembali bereinkarnasi ke dunia fana. Api penyucian tak pernah panas karena itu hanyalah perumpamaan. Seperti halnya di Dunia Atas, para arwah yang hendak bereinkarnasi harus mandi di telaga penyucian. Airnya tak terasa menyegarkan.

Lay memandang lekat Kyungsoo. "Tetaplah bersamaku apapun yang terjadi. Jangan pernah meninggalkanku," bisiknya sendu.

Kyungsoo hanya bisa menatap kalut. Ia tak pernah siap menerima cinta Lay yang begitu besar padanya. Dia panik melihat sayap itu hanya tinggal sebelah saja. Lihatlah bagaimana sang iblis menanggalkan semuanya hanya untuk dirinya.

"Lay Zhang..." Suho akhirnya datang, disusul Xiumin dan semuanya. Mereka mengelilingi dua sejoli itu.

"Tolong, jangan ambil dia dariku," rintih Lay sambil memeluk Kyungsoo erat.

"Kalian seperti api dan air. Kalian tidak akan pernah bisa bersama, Nak," sahut Kaisar Jiashuai.

Lay makin mempererat pelukannya, enggan melepaskan. Kyungsoo hanya bisa diam. Memangnya apa yang bisa ia lakukan dalam situasi ini?

"Sudah cukup, Lay!" seru Xiumin. Hendak ia melangkah mendekat hingga tiba-tiba angin menjadi ribut, pasir-pasir terangkat membentuk sebuah pusaran di mana Lay dan Kyungsoo adalah pusatnya.

Kyungsoo makin bingung, pandangannya pada sekeliling terhalang oleh pasir. "Lay..." bisiknya pilu. Tangannya terkena tetesan darah hitam itu.

Lay mengendurkan pelukannya, menatap nanar pujaan hatinya. "Jangan takut. Sudah kubilang, bersandarlah padaku, karena aku lebih kuat dari yang kau duga. Jangan masuk neraka atau surga sebagai arwah, jangan bereinkarnasi menjadi manusia lagi. Tetaplah di pelukanku dalam bentuk keabadian," ucapnya parau.

Oh, itu adalah kata-kata paling manis yang pernah Kyungsoo dengar. Dielusnya wajah bertato itu, mata merahnya yang penuh cinta menampung air. "Lay, mereka benar. Kau adalah milik dunia ini, sementara aku milik dunia yang lain. Kau adalah matahari dan aku adalah bulan, kita tidak ditakdirkan bersama. Jika memaksa akan terjadi gerhana dan merusak dunia."

Statis. Seperti monitor jantung yang berhenti mendadak. Hanya garis lurus. Angin berhenti dan pasir-pasir jatuh. Pelukan Lay mulai terlepas. Tak masalah jika orang lain yang bicara begitu, tapi jika Kyungsoo... Dia tidak bisa. Hatinya hancur tak tersisa. Air matanya terjun bebas dalam keheningan.

[BL] SONG FOR THE PRINCESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang