Nyanyian dari Hati
Keheningan mulai terisi. Cahaya masuk ruangan. Perlahan Kyungsoo membuka matanya, langit-langit putih dengan lampu terang membiasakan penglihatannya. Dia merasakan tubuhnya yang lemah dan sakit di beberapa bagian. Saat ia menggerakan tangannya, ia merasa pegal dan selang panjang tertancap yang berujung infus di sampingnya. Ia melihat sekeliling, dinding putih, tirai biru yang setengah terbuka di sisi sebelah ranjangnya, juga beberapa orang yang memakai seragam yang sama juga terbaring di ranjang mereka di ruang yang sama.
Seseorang berdiri di depan ranjangnya, dia sangat tampan dengan jas dokter. Namun bukan stetoskop yang ia bawa, melainkan setangkai mawar merah. Pikiran Kyungsoo langsung teringat pada seorang tunawisma yang pernah memberinya mawar seperti itu. Kepalanya pening berusaha mengingat-ingat, mini market, mawar merah, dan dua orang pemabuk yang memukulinya. Ingatan terakhirnya adalah ia menyeberang dan sengaja menabrakan diri pada truk yang melaju kencang. Hanya itu yang bisa ia ingat.
Dokter itu tersenyum lembut. "Selamat datang kembali, Kyungsoo. Terima kasih telah mengembalikan tulang rusukku. Sekarang jalani hidupmu dengan bebas," ucapnya. Setelah itu dia berbalik dan melangkah keluar dengan santai. Dua perawat masuk dan buru-buru menghampiri Kyungsoo, mengabaikan dokter itu, mereka seolah tak melihatnya.
"Pak Do Kyungsoo?"
***
Enam bulan kemudian...
Gedung itu ramai, orang-orang mengantri di koridor dengan nomer besar di dadanya. Kyungsoo menunggu dengan gugup memangku gitarnya. Kakinya terus saja bergerak-gerak mengetahui dialah giliran selanjutnya. Dia menatap sekitar, orang-orang sibuk melatih vokalnya dengan secarik partitur, di ujung koridor ada sekelompok remaja yang sedang melakukan gerakan tariannya. Itu semua membuatnya makin gugup saja.
"Peserta 063! Silakan masuk!" panggil seorang wanita yang memegang kertas.
Kyungsoo menghirup nafas dalam dan memasuki ruangan itu. Dia membungkuk memberi hormat pada sederet juri di meja dengan taplak putih dan mengambil tempat di tengah-tengah ruangan menghadap mereka.
"Peserta 063, siapa namamu dan lagu apa yang akan kaubawakan?" tanya salah satu juri.
"Perkenalkan nama saya Do Kyungsoo, saya akan membawakan lagu dari Paul Kim yang berjudul So Long."
Dia mulai memetik gitarnya. Nada-nada mengalun indah.
"Annyeong iraneun maraulhae
Jjalpeun siganeul dwiro hanchaero
Yeojeonhi apeugetjiman
Harutbam jago namyeon sarajineun kkumcheoreom
Neoreul oh ijgedwelkka duryeowojyeo."Suara indahnya menghipnotis semua orang. Penyampaian lagunya yang menyentuh hati. Selama beberapa menit semua orang hanya menatap Kyungsoo. Dialah calon bintang idola Korea.
Kyungsoo akhirnya menurunkan gitarnya. Dia selesai. Hening. Dia menatap meja juri dengan gugup dan takut.
"Do Kyungsoo, kenapa Anda mengikuti audisi ini? Apa menjadi idol adalah mimpi Anda?" tanya juri yang sama dengan yang menanyainya pertama kali.
"Bagi saya, musik adalah bahasa yang menyatukan setiap insan. Musiklah yang mendorong saya keluar, melalui musik saya ingin dikenal dan didengarkan. Dimebag Darrell pernah berkata, 'musik mendorongmu. Ini membangunkanmu, membuatmu bersemangat. Dan, pada akhirnya, lagu yang tepat akan membuatmu sedih.' Saya ingin menyampaikan perasaan orang-orang melalui sebuah lagu."
***
Jalan terotoar itu berwarna pink oleh guguran bunga sakura di sepanjang jalan. Semerbak wangi bunga begitu menenangkan jiwa. Alam seolah mengucapkan selamat atas keberhasilannya. Kyungsoo tersenyum lebar mengingat ucapan wanita tadi saat mengumumkan bahwa ia lolos audisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] SONG FOR THE PRINCES
FanfictionKyungsoo, seorang pemuda yang miskin dan kesepian memutuskan untuk mengakhiri hidupnya di jalan raya. Seorang Malaikat Agung bernama Suho memberikannya kesempatan ke dua untuk menemukan arti hidup yang sesungguhnya. Sayangnya seorang Pangeran Dunia...