Dalam Penjara Cinta
Baekhyun dan Chen sedang ada di Bungajeong. Seorang sarjana duduk semeja dalam ruang hening itu.
"Bukankah kau adalah murid Sungkyunkwan?"
Baekhyun memicingkan mata. Tidak terkejut orang itu tahu, karena keluarganya adalah keluarga terpandang, apalagi setelah kematian Putri Mahkota. Wajar jika semua orang tahu.
"Jadi kau adalah ketua dari serikat Oktadong?" lontarnya dingin.
"Ya. Oktadong adalah serikat yang mengawasi peredaran buku di Hanyang. Kami juga menerbitkan buku sastra dan novel. Apa mau kalian? Aku bagaikan diculik. Apa tujuan kalian membawaku ke tempat ini?" nada bicara sarjana itu tenang walau sangat berhati-hati.
"Siapa yang memerintahkanmu?" kali ini pertanyaan Chen.
Sarjana itu menyunggingkan sebelah sudut bibirnya. "Sudah kubilang, kami adalah sekumpulan sarjana pecinta sastra. Kami bekerja sendiri."
Srriingg... Chen langsung bangkit dan menghunuskan pedangnya. "Cepat jawab atau kupotong lehermu! Kami sudah menghabiskan banyak waktu hanya untuk mencarimu," ancamnya.
Sarjana itu menegang melihat ujung pedang berkilap di depan lehernya.
"Ini sangatlah penting." Baekhyun kembali bicara. "Salah satu anggotamu yang bernama Luhan, melakukan kejahatan besar. Dia membuat poster yang memfitnah Yang Mulia Putra Mahkota. Pangadilan Kerajaan pasti sekarang sedang menyelidiki kasus ini. Sebaiknya kau beritahu kami apa saja yang kamu ketahui atau tidak ada lagi yang bisa kaulakukan untuk hidupmu."
Sarjana itu mengepalkan tangan. Kini mulai gentar. "Luhan adalah orang yang paling tertutup di serikat, bahkan aku saja jarang bicara dengannya. Namun aku tahu satu hal, dia sering menemui pengirim diam-diam."
"Apa maksudmu pengirim?" timpal Chen.
"Orang yang mendanai kami tak pernah memperlihatkan wajahnya, dia selalu mengirim keperluan serikat melewati seorang pengirim."
Baekhyun terkesiap. "Siapa pengirim ini?" lontarnya.
Sarjana itu menatap tajam Baekhyun. "Seorang gaesang di tempat ini."
***
Gaesang itu menuangkan teh wangi pada cangkir pria bermata coklat cerah dengan rambut panjang yang digerai itu. Dia adalah gaesang yang menyapa Chanyeol terakhir kali. Ceongha.
"Pengawal Putra Mahkota Chanyeol itu sedang ada di kamar sebelah. Mereka memanggil ketua serikat Oktadong, Yang Mulia."
Kai meminum tehnya dan tersenyum licik. "Sepertinya mereka akan segera memanggilmu, Ceongha."
"Apa yang harus saya sampaikan pada mereka, Yang Mulia?" tanya gadis itu lembut. Dia sama sekali tidak keberatan dengan sanggul besarnya.
Kai menaruh gelasnya dan kembali tersenyum. "Katakanlah sesuai rencana awal kita. Sampaikan bahwa yang menyuruhmu adalah perdana menteri. Karena dia memang juga terlibat."
Gaesang bernama Ceongha itu sejenak merenung. "Yang Mulia, bolehkah saya menanyakan sesuatu? Mau sampai kapan Yang Mulia membalas dendam? Sudah dua putra mahkota yang Anda ganggu. Dua generasi. Raja Lee Nok sekarang hidup ketakutan karena Anda pernah mengancam akan membunuh istrinya, walau meninggalnya Ratu Yeon bukan karena Anda namun bagi raja itu adalah sebuah kutukan. Juga raja terdahulu, Raja Cheon, yang Anda siksa dalam tidurnya. Lalu sekarang Putra Mahkota Chanyeol, apa Anda akan menggulingkannya?"
Kai melirik tajam. "Walau secara tidak langsung akulah penyebabnya, tapi yang mendesak penggulingannya bukanlah aku. Tetapi, jika itu memang terjadi aku akan lebih senang. Seluruh keturunan Pangeran Taein harus lebih menderita dariku. Aku harus membalaskan dendam Putri Mahkotaku."
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] SONG FOR THE PRINCES
FanfictionKyungsoo, seorang pemuda yang miskin dan kesepian memutuskan untuk mengakhiri hidupnya di jalan raya. Seorang Malaikat Agung bernama Suho memberikannya kesempatan ke dua untuk menemukan arti hidup yang sesungguhnya. Sayangnya seorang Pangeran Dunia...