4. Puter Balik!

489 53 31
                                    

Keenan dan Aji membutuhkan waktu dua hari untuk muncak, tiga hari menyambangi Solo, Magelang dan berakhir di Jogja. Jogja menjadi tempat terakhir yang dikunjungi karena sekalian mudah untuk pulang dengan kereta.

"Gak pulang malam Gus? Biasanya, Gus lebih suka ambil perjalanan malam." Aji bersuara.

Aji dan Keenan sedang menunggu kereta di stasiun.

"Aku ada janji ketemu habis ashar sama Ivan, temenku. Makanya aku ingin sampai rumah gasik biar bisa istirahat."

Aji manggut-manggut. Kereta Kamandaka pun datang. Keduanya segera berdiri, berjalan sambil menenteng bawaan dan segera masuk ke gerbong kereta eksekutif.

Keenan memilih duduk dekat jendela, Aji di sebelahnya. Keduanya memakai masker dan begitu kereta berjalan langsung mapan tidur. Seolah disetting empat jam kemudian keduanya bangun ketika sudah berada di kawasan Kebumen. Keduanya mengobrol dan begitu kereta berhenti di stasiun Purwokerto, mereka langsung turun.

"Kamu sudah menghubungi salah satu kang ndalem, Ji?"

"Sampun, Gus. Kang Rokhim nanti yang jemput. Sudah di parkiran katanya."

Keenan mengangguk. Dia dan Aji segera keluar dari stasiun dan berjalan menuju ke parkiran. Sampai sana, Kang Rokhim ternyata sudah menunggu. Kang Rokhim dengan senyum lebar mendekati Keenan, mencium tangannya takdim.

"Monggo, Gus."

Keenan menganguk. Dia dan Aji segera masuk ke dalam mobil. Mobil pun segera melaju ke Al Hikam.

Hanya butuh lima belas menit untuk sampai. Dan begitu memasuki gerbang rumah, Keenan langsung berteriak.

"Stop Kang! Puter balik dulu, parkir dimana pun jangan di sini."

"Hah?" Kang Rokhim sontak menekan rem hingga menimbulkan goncangan keras dan menyebabkan Aji terantuk bagian depan mobil karena tak pakai sabuk.

"Kenapa Gus?" tanya Kang Rokhim dengan mimik muka heran.

"Wis manut, puter balik cepet sebelum ada yang sadar."

"Tapi ...."

"Cepet Kang!" titah Keenan tegas.

Kang Rokhim segera mengikuti perintah Keenan. Dia mundur beberapa meter lalu memutar ke kanan dan mobil pun dia bawa menuju ke area lain.

Aji sedikit menurunkan kaca, kebetulan dia yang berada di jok depan sementara Keenan di tengah. Aji mencoba menajamkan mata lalu begitu tatapannya tertuju pada Kijang Maroon yang sudah dia hapal punyanya siapa, Aji tertawa terbahak-bahak.

"Ya ampun, Gus. Salah satu fans njenengan rupanya. Kenapa gak ditemui aja sih?"

Keenan hanya melirik sinis lalu kembali fokus menatap ponselnya. Dia sedang sibuk berhubungan dengan rekan bisnis dari Jepang.

"Di sini gak papa, Gus, nunggunya?" tanya Kang Rokhim saat sudah sampai di halaman madrasah diniyah.

"Gak papa." Keenan menatap Aji.

"Ji!"

"Nggih, Gus."

"Hubungi Mbak Aminah, suruh kabarin kalau ndalem aman."

Aji masih tertawa namun mengiyakan titah Keenan. Kang Rokhim sendiri memberi kode bertanya lewat mimik wajahnya.

"Ning Haura!" ucap Aji sengaja keras sekali.

"Salah satu fansnya Guse."

"Ooo." Kang Rokhim merespon dengan mulut membentuk huruf 'O' tanpa mengeluarkan suara. Dia ikutan tersenyum. Paham dia. Keenan sendiri memilih diam dan fokus kerja.

Jodoh Untuk Pak Komting! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang