"Kamu mau ngumpet kemana?"
Keenan hanya nyengir saja begitu ditanyai oleh Abah Fahmi.
"Sudah biarkan aja, Fahmi. Dia kan begitu wong cucunya singa garang ya sebelas dua belas sama dia."
Kakek Azzam hanya tertawa melihat tingkah Keenan dan sindiran salah satu sahabat baiknya.
"Hehehe, Kakek Furqon tahu aja. Kecuali Kakek Furqon punya tempat ngumpet paling sepi, bisalah kasih tahu sama Ken."
"Halah! Mau ngumpet cari sendiri, bukan urusan kita. Ayuk, Mi. Sudah banyak tamu, kita harus menemui tamu."
Kakek Furqon melirik ke Kakek Azzam, "Ayo."
"Ayo."
Tiga pria dewasa pergi keluar sementara Keenan menggaruk keningnya yang tidak gatal. Dia melirik ke kanan dan ke kiri, bingung mau keluar lewat jalur mana. Dan sembunyi dimana.
Sena yang baru datang dari arah dapur tersenyum.
"Gus!"
Keenan berbalik, Sena menyambutnya dengan senyum.
"Mau ngumpet?"
"Ho'oh. Ada tempat gak?" sahut Keenan tanpa banyak cincong.
"Njenengan belok, terus lurus, nanti mentok ada kamar yang ada tulisan 'Kamar Bujang' itu kamar adik saya. Orangnya lagi di pondok. Gak akan ada yang berani masuk ke sana, karena Akmal gak suka kamarnya diganggu."
"Yes, tempat yang bagus buat sembunyi."
Keenan hendak berbalik namun suara Sena menghentikan langkahnya.
"Tunggu ya Gus."
Sena berbalik ke arah dapur dan tak berselang lama dia kembali dengan tas berbahan kanvas di tangannya.
"Buat amunisi selama ngumpet, Gus. Saya takut njenengan pingsan," ucap Sena sambil menyerahkan tas berbahan kanvas pada Keenan.
Keenan menerima saja lalu melongoknya. Ternyata ada lima toples berisi kukis cokelat dan satu botol air mineral ukuran 1500 mL.
Mata Keenan berbinar, dia segera mengucap terima kasih pada Sena. Tak lupa senyum menawannya terbit.
"Makasih, aku ngumpet sekarang ya mumpung sepi."
Keenan segera melesat menuju ruangan yang dimaksud sementara Sena hanya geleng-geleng kepala. Dia pun segera berbalik dan akan menuju ke tempat acara. Sampai di depan teras rumahnya, Sena bisa melihat mobil Gus Akhtar. Sayang hanya mobilnya saja sementara orangnya tidak tahu berada dimana.
Sena akhirnya mencari keberadaan calon suaminya di area sekitar rumah. Nihil. Kemudian dia ingat ada tempat yang cukup sepi hingga sering digunakan para santri untuk ngumpet, mojok, ghibah dan lain-lain. Entah kenapa firasatnya mengatakan Gus Akhtar disana.
Sena segera saja menuju ke tempat itu. Rupanya benar. Di bagian pondok yang cukup sepi, Sena bisa melihatnya. Gus Akhtar sedang berbicara dengan seorang wanita. Tatapan wanita itu terlihat memuja Gus Akhtar, menatap Gus Akhtar tanpa menunduk sama sekali. Gus Akhtar pun melakukan hal yang sama. Hati Sena merasa sakit. Dia diam lalu menunduk.
"Ck! Lelaki seperti ini yang mau jadi suamimu? Apa gak ada calon yang lain?!"
Sena kaget dan mencari suara yang sangat dia kenal.
"Gak jadi ngumpet?"
"Gak! Soalnya kamar sebelah berisik banget. Banggain siapa itu tadi Meifa, Meira, ya itulah. Katanya dapat calon suami seorang Gus terkenal. Gila, suaranya ngalahin kakekku pas lagi mengaum. Mana cempreng, toa masjid aja kalah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Untuk Pak Komting!
Storie d'amoreKeenan Ravindra Al Kaivan adalah putra tertua dari pasangan Abri-Shakeena sekaligus cucu tertua dari pasangan Azzam-Caca. Sebagai yang paling tua, Ken panggilan dari Keenan mendapat julukan sebagai Pak Komting. Di usianya yang kini menginjak dua pu...