Abah Fahmi dan Umi Salwa kini sedang mengobrol santai dengan Keenan, Eyang Safira dan Eyang Raka. Sena memilih diam.Sena sendiri, duduk diantara kedua orang tuanya yang tiba-tiba datang tanpa pemberitahuan. Meski kedua orang tuanya tidak mengatakan apa pun. Sena sudah punya firasat tidak baik. Hanya saja, dia memilih diam. Toh, nanti kedua orang tuanya juga bakalan cerita. Lagian, saat ini bukan waktu yang pas buat cerita. Karena mereka tidak hanya bertiga saja melainkan bersama tiga orang lainnya.
"Ken, Umi Safira dan Abah Raka, saya tak ngomong penting dulu sama Sena ya?"
Keenan dan kedua eyangnya setuju. Dia dan kedua eyangnya pun masuk ke dalam kamar, bermaksud memberi privasi untuk Sena dan kedua orang tuanya.
Begitu hanya tinggal bertiga, bukannya ngomong, Abah Fahmi malah terlihat menyandarkan punggung. Tak lupa, peci yang beliau kenakan dicopot. Sena menutup mulutnya, dia tertawa melihat aksi lucu sang abah.
Abah Fahmi melirik ke arah sang putri lalu ikutan tertawa.
"Pusing nggih, Bah?"
"Sampai vertigo."
Sena kembali tertawa. "Maaf."
"Untung kamu anakku, Se. Dan untung kamu niru umi kamu."
"Kalau niru Abah, terus kenapa?"
"Pecah perang Baratayudha."
Ketiganya tertawa. Tentu hanya suara Abah Fahmi yang menggelegar. Sementara dua wanita terkasihnya, tertawa elegan.
"Sini, peluk abah."
Sena tanpa ragu memeluk abahnya. Abah Fahmi sesekali mengecup ubun-ubun sang anak. Kekhawatiran yang awalnya dia bawa saat berangkat dari Cilacap kini sirna setelah melihat sang putri dalam keadaan baik-baik saja.
"Kamu sehat?"
"Sehat."
"Makannya susah gak?"
"Enggak."
"Tidurnya?"
"Nyenyak."
"Jajannya?"
"Aman."
"Hati?"
"Alhamdulillah jauh lebih baik."
"Syukurlah."
Abah Fahmi melepas pelukannya. Dia memandangi putrinya dengan penuh kasih. Umi Salwa hanya terkekeh melihat keromantisan antara anak dan ayahnya.
Sena terkekeh melihat sikap sang abah.
"Abah, dikondisikan lah itu tatapannya. Kalau orang gak tahu, dikira Abah lagi jatuh cinta sama Sena."
"Abah kan selalu jatuh cinta sama kamu, putri abah."
"Kalau sama Umi?" goda Sena dan melirik ke arah uminya.
"Umi kamu bukan lagi jatuh cinta tapi sudah sejatuh-jatuhnya hati dan pikiran abahmu ini."
"Cieee, Abah. Umi, Abah tukang gombal ya?"
"Banget."
"Kamu juga suka kugombalin, Wa."
"Karena gak ada yang tukang gombalin aku kayak Mas Fahmi."
"Hahaha."
Tiga anggota keluarga terus bercerita hingga Abah Fahmi memasang wajah serius.
"Ada apa, Bah?"
"Nenek sama Kakek Purworejo udah hubungi kamu belum?"
Sena tersenyum tipis lalu mengangguk.
![](https://img.wattpad.com/cover/355057620-288-k774002.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Untuk Pak Komting!
RomanceKeenan Ravindra Al Kaivan adalah putra tertua dari pasangan Abri-Shakeena sekaligus cucu tertua dari pasangan Azzam-Caca. Sebagai yang paling tua, Ken panggilan dari Keenan mendapat julukan sebagai Pak Komting. Di usianya yang kini menginjak dua pu...