46. Siraman Rohani

293 40 33
                                    

Umi Quila terlihat beberapa kali menghembuskan napas. Beliau habis kena siraman rohani dari sang abah hampir dua jam lamanya. Sementara sang suami hanya duduk di sisinya sambil sesekali memberi usapan lembut di punggung, rengkuhan hingga genggaman tangan yang begitu erat. Umi Quila sendiri terlihat sedang berusaha berpikir logis. Bukan pakai perasaan. Beliau sedang merenung.

"Kamu itu paling logis dari pada Abel. Tapi untuk urusan Chira, kamu jadi lebih banyak pakai perasaan dari pada logika. Mana Quila abah yang dulunya lebih ngandelin logika dari pada perasaan, hem? Kamu malah jadinya kalah sama Abel."

Quila hanya tertunduk diam. Umi Quila merasa malu sendiri hingga tak mampu membantah setiap ucapan abahnya.

"Abah sudah pernah bilang, jangan kamu mengekang Chira. Biarkan sayapnya terentang. Jangan kamu kurung dia dalam sangkar. Nanti pas dia keluar sangkar, bingung dia. Kaget gak bisa apa-apa."

Hening. Tak ada yang bersuara.

"Tapi kamu terlalu khawatir. Takut inilah, itulah sama Chira. Padahal Chira bisa jadi lebih kuat andai kamu memberinya keleluasaan untuk bergerak. Jangan apa-apa kamu larang, kamu kekang kebebasannya. Kasihan."

Umi Quila menatap sang abah dengan mata sayu.

"Bisa jadi dia lebih kuat dari apa yang kamu pikirkan, Nduk. Mungkin aslinya Chira itu tangguh. Lebih tangguh dari Esha. Kamu saja yang terlalu khawatir dan tidak memberi dia kesempatan untuk menunjukkan ketangguhannya."

Umi Quila tak bisa berkata apapun. Beliau hanya menunduk.

"Tolong jangan bilang kayak kemarin lagi. Poligami? Gak ada abah ngijinin para cucu perempuan abah dipoligami. Abah pun tak pernah menyuruh para cucu lelaki abah poligami. Dosanya besar kalau gak adil. Kalau poligami segampang itu, mbahmu sama abah sudah jadi contoh. Malah para buyutmu yang bakalan nyontohin duluan. Tapi kamu lihat, gak ada dari kami yang berani."

Hening. Suasana kembali sunyi karena tak ada yang bersuara.

"Kamu mau dipoligami sama Fahad?"

Umi Quila langsung menatap abahnya, kaget. Tanpa bisa dicegah dia langsung mewek. Dia memeluk suaminya erat sekali. Fahad merasa terenyuh. Dipeluknya dengan erat istri juteknya itu. Sesekali dikecupnya kening atau ubun-ubun sang istri.

"Tuh kan? Baru abah nanya gitu kamunya sudah mewek. Langsung kekepin Fahad segitunya. Takut ilang Fahadnya. Gimana kejadian?"

"Abaaaah," rengek sang putri.

"Jangan ngomong gitu," isak tangis Umi Quila langsung pecah lagi.

Kakek Azzam terkekeh melihat tingkah putrinya.

"Kamu aja gak sanggup malah nyuruh anakmu dipoligami."

Umi Quila masih terisak sambil memeluk sang suami erat. Takut suami yang penurut dan bucin, beneran digondol pelakor.

"Percaya sama rencana Allah. Ditolak sama Ken belum tentu jodohnya Chira lebih buruk dari Ken. Malah mungkin lebih baik dari Ken. Wong kamu kan tahu, keponakanmu itu kayak apa. Bobroknya kayak apa. Kok ya kamu mau punya mantu kayak dia. Abah mah ogah!"

"Emangnya Abah masih punya anak cewek? Anak cewek dari istri abah yang lain?" tanya Umi Quila polos.

Kakek Azzam kembali terkekeh. Fahad juga ikutan terkekeh.

"Abahmu istrinya cuma satu, kamu mau kasih adik lagi? Cewek biar genep cowok tiga cewek tiga?" goda sang abah. Quila kembali merengek dan Kakek Azzam lagi-lagi tertawa.

"Hahaha. Untungnya enggak! Lagian kasihan umi kamu hamil lagi. Wis tua. Wis enaknya kita momong putu lagi. Atau cicit kalau dikasih umur panjang. Wis males ngurusin anak kecil kasih makan, sekolahin."

Jodoh Untuk Pak Komting! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang