17. Laper?

318 43 34
                                    

"Nduk Sena punya masalah cukup berat ya Mbak Fia?"

"Anu ... Umi. Mmmm, Fia gak ada hak buat cerita. Biar nanti Ning Sena mawon nggih yang cerita."

Umi Shakeena hanya menghembuskan napasnya. Dia lalu melirik pada Sena yang sudah tertidur di kamar tamu ndalem Al Hikam.

Pukul setengah enam, selesai mengaji dengan para santri, Umi Shakeena dikejutkan dengan kedatangan dokter Jannah, dan seorang perawat wanita. Rupanya, sang putra yang memanggilnya agar memeriksa Sena yang katanya ketumpahan air panas dan hampir membakar rumah. Tentu saja Umi Shakeena dan Nenek Caca langsung panik. Jadilah keduanya memeriksa tubuh Sena lagi lalu mencecar Dokter Jannah tentang kondisi Sena. Bersyukur, hanya menimbulkan ruam di sekitar paha. Selebihnya aman.

Tapi, menurut Dokter Jannah, Sena sedang banyak pikiran dan sedikit stres.

"Disuruh banyak istirahat dulu, Ning. Sepertinya Ning Sena lagi banyak pikiran. Tak lihat kayak ketakutan juga."

Perkataan Dokter Jannah disetujui oleh Aminah.

"Lah gak takut gimana, Umi? Wong diomelin sama Gus Ken kayak gitu. Suaranya itu loh! Kayak singa mengaum. Keras. Lantang. Ning Sena kan hatinya sehalus kapas, ya wis, sobek."

Nenek Caca melirik cucunya sadis, begitu mendengar aduan Aminah. Keenan tentu saja tak takut. Dia tetap cuek dan pintar ngeles.

"Sudah modelan Ken, begini, Nek. Cetakan pabriknya begini gak bisa berubah. Salah dia sendiri mentalnya rapuh. Dapat suami kayak Ken gimana tuh? Masa Ken ngomong keras sedikit, nangis. Emang mau nangis tiap hari? Dih!"

"Ckckck, Cucunya Abah Singa Garang. Tak Doakan Bojomu Sifatnya Begini, Biar Kamu Latihan Sabar Dan Nurunin Ego, Nang," celetuk Umi Shakeena yang kesal karena putranya bersikap galak pada murid kesayangannya.

Keenan cemberut dan memonyongkan bibir lalu memilih ke lantai dua meninggalkan semua orang. Sementara Dokter Jannah pamit.

Setelah diperiksa, Sena memang langsung tertidur setelah meminum obat dari Dokter Jannah. Dan setelah itu, Umi Shakeena mencecar Lutfia dan Aminah di kamar tamu sementara Nenek Caca memilih beristirahat di kamar.

"Lutfia gak berani cerita, Umi? Soalnya ini ... pokoknya Umi tanya sama Ning Sena aja deh. Ngapunten Umi." Lutfia yang didesak tetap memilih bungkam membuat Aminah makin kepo.

"Ana apa? Serius banget, Mbak Fia. Kayak calon suaminya selingkuh aja. Hihihi, tapi gak mungkin, kan?" celetuk Aminah begitu saja.

Wajah Lutfia jadi tegang dan itu terbaca oleh Umi Shakeena dan Aminah.

"Seriuuuuus!" pekik Aminah. Kini dia malah sibuk mencecar Lutfia, melakukan berbagai cara hingga Lutfia menyerah kalah. Dia pun akhirnya menunjukkan foto yang tadi pagi dia dapatkan.

"Kurang asem! Gendeng! Lakik modal ***$&$&&*** (sensor)!"

Aminah terus mengata-ngatai Gus Akhtar, membuat Lutfia tak bisa menaham tawa melihat kehebohan, umpatan kasar maupun aksi Aminah yang seolah-olah sedang mites-mites Gus Akhtar.

Umi Shakeena sendiri lagi banyak mengucap istighfar melihat kelakuan dan ucapan Aminah. Beliau merasa de javu dan serasa balik jadi Abegeh lagi dengan dua sahabat baiknya yang kini sudah bergelar ipar.

Mau tak mau sehabis istighfar, Umi Shakeena tertawa karena merasa melihat Quinsha jilid dua dalam versi Aminah.

"Mbak Aminah, ngomongnya," tegur Umi Shakeena, lembut.

Aminah yang baru saja ditegur cengengesan lalu meminta maaf.

"Maaf Umi. Tapi sebel yakin."

"Iya, tapi jaga omongan ya?"

Jodoh Untuk Pak Komting! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang