Chira sudah menyalami kedua kakek nenek serta pakdhe budhenya. Pada Keenan, Chira seperti biasa akan meledek kakak angkatnya sebagai bujang tua.
"Awas loh, Mas. Tahun ini gak nikah juga, Chira kutuk jadi pangeran kodok."
"Mana ada pangeran kodok seganteng aku. Ntar aku jadi kodok, ngilang di sungai, kamu yang kehilangan sampai nangis-nangis juga kan?"
"Dih, sorry lah ya! Mas jadi pangeran kodok, aku nyari pangeran Arab."
"Arab maklum."
Chira hendak membalas sang kakak namun teguran dari sang kakek membuat Chira mengurungkan niatnya dan memilih masuk ke dalam mobil. Mobil pun melaju meninggalkan ndalem Al Hikam. Begitu Chira sudah tak ada, Kakek Azzam menepuk bahu cucu pertamanya.
"Alasan Quilla sama Fahad gak bolehin Chira mondok jauh dan memutuskan dia cuma boleh di tempat Nenek Nana yang masih di Bumiayu juga, kamu pasti paham, kan?"
Keenan mengangguk. Tentu dia paham alasannya.
"Itulah kenapa kita harus menjauhi zina. Kasihan korbannya. Kayak Chira. Dia anak yang baik. Tapi harus menanggung dosa kedua orang tuanya. Karena itu, tante dan ommu sangat protective pada Chira melebihi pada Esha. Kwartet E juga over protective pada kakak mereka."
"Iya, Kek. Insya Allah, Chira bakalan selalu bahagia dan dipertemukan dengan lelaki yang baik."
"Kamu gak berharap jadi lelaki baik itu?"
Keenan terlihat menghembuskan napasnya kasar. Dia menatap sang kakek, beralih ke sang nenek lalu ke kedua orang tuanya.
"Maafkan Ken ya, Kek, Nek, Abah, Umi. Ken sayang sama Chira tapi ... kami tumbuh bersama dalam ikatan persaudaraan. Ken gak bisa melihat hal lain tentang Chira selain sebagai adik Ken. Adik yang cantik, manis dan harus dijaga." Keenan menatap dengan sorot permintaan maaf kepada semua orang.
"Abah dan Kakek paham Ken, hanya saja, kamu harus lebih menjaga omongan ke Chira. Bercandanya jangan kelewatan. Abah takut Chira baper dan berharap sama kamu. Abah dan Umi tidak pernah mempermasalahkan kamu mau sama siapa. Penting anaknya baik dan agamanya baik."
"Nggih, Abah."
"Tapi ngomong-ngomong kamu beneran belum ada calon, Nang?" Nenek Caca yang sejak tadi diam akhirnya bersuara.
Keenan cengengesan lalu menggeleng. Nenek Caca menghela napas pasrah.
"Sebelum tiga puluh, Nenek harap kamu sudah menikah."
"Tenang Nek, masih dua tahun lagi."
"Sampai saat itu tiba, dan kamu belum juga ada calon, Nenek sama Umi kamu bakalan turun tangan."
"Siap Nenek. Ken promise, kalau Ken belum juga dapet, Ken serahin sama Umi. Ya Umi ya?"
Umi Shakeena hanya tersenyum menanggapi permintaan sang putra. Kakek Azzam lalu menyuruh semua orang untuk masuk ke dalam rumah.
***
Sena kaget mendapati calon suaminya sedang berada di Purwokerto. Mereka secara tak sengaja berjumpa di sebuah rumah makan tempat Sena dan Lutfia hendak memboking untuk acara pondok An-Nur.
"Gus Akhtar! Njenengan di sini? Bukannya njenengan bilang mau ada acara di Kudus?"
Gus Akhtar tampak salah tingkah namun kemudian dia tersenyum.
"Ini habis dari sini mau ke Kudus. Niatnya pagi, tapi ada janji mendadak dengan teman. Ya ketemuan dulu deh."
"Temannya asli Purwokerto, Gus?"
![](https://img.wattpad.com/cover/355057620-288-k774002.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Untuk Pak Komting!
RomanceKeenan Ravindra Al Kaivan adalah putra tertua dari pasangan Abri-Shakeena sekaligus cucu tertua dari pasangan Azzam-Caca. Sebagai yang paling tua, Ken panggilan dari Keenan mendapat julukan sebagai Pak Komting. Di usianya yang kini menginjak dua pu...