Sena hanya memasang wajah kalem seperti biasa sementara Shiren masih merengut sejak tadi. Dia lagi mode ngambek. Tapi semakin dia ngambek, Sena semakin diam saja. Padahal Shiren maunya dia dihibur.
"Mbak Se!" rajuk Shiren.
"Hem."
"Mbak kok diem aja sih? Ngomong dong."
Sena yang sedang membuka salah satu kitab miliknya, menoleh ke arah Shiren.
"Mau ngomong apa?"
"Apa aja."
"Mbak gak ada bahan cerita, Ren. Lagian Mbak kan emang pembawaannya begini? Jarang ngomong. Kan kamu udah tahu."
"Iya tapi ya aku jangan didiemin lah. Ditanyain gitu," ketus Shiren.
"Kamu udah makan?"
Shiren berdecak tak suka. Sena tersenyum.
"Katanya minta ditanyain lah kutanya gak dijawab."
"Ya gak gitu juga pertanyaannya, Mbak."
Sena kembali tersenyum, "Terus aku kudu nanya apa?" Sena masih berusaha bersabar menghadapi rajukan adik sepupunya.
"Yang lain lah."
"Misal?"
Shiren memainkan kedua tangannya lalu membawa salah satu jempol tangan ke mulut. Digigitnya ujung kuku jempol dan keheningan pun melanda. Sena sama sekali tak ingin bicara duluan. Sementara Shiren maunya Sena bertanya duluan. Harapannya Sena itu paham, maunya Shiren itu ditanyain 'hal' apa.
Tapi Sena hanyalah manusia biasa. Sena bukan cenayang apalagi Tuhan yang bisa mengetahui isi hati dan pikiran manusia. Kalau orangnga gak ngomong, ya mana tahu. Ya kan? Jadi siapakah yang salah?
Sena masih diam, Shiren masih menggigiti kuku jempol. Aksi keduanya terhenti saat suara ketukan di pintu terdengar. Baik Sena dan Shiren menoleh ke arah pintu.
"Mbak Se, nang jero, mbok?" (Mbak Se, di dalam, kan?)
Suara Mbak Aminah, terdengar nyaring seperti biasa.
"Iya Mbak. Masuk aja gak dikunci."
Suara pintu terbuka menggema diikuti sesosok gadis berbadan semok aduhai serta cengiran khasnya.
"Mbak Se, aku baru tahu njenengan wis balik ngeneh."
Mbak Aminah langsung saja berjalan dan duduk di lantai sementara Sena dan Shiren di ranjang.
"Duduk di atas, Mbak."
"Sini aja, adem."
Sena tersenyum. Dia bangkit lalu ikutan duduk di lantai. Senyum dia ulas untuk sahabatnya.
"Sehat, Mbak Am?"
"Sehat banget, tambah subur."
"Alhamdulillah."
"Mbak Se, kok sebentar doang di Temanggung, kirain netap di sana lama."
Sena hanya mengulas senyum tanpa memberikan jawaban. Toh, Sena yakin, Mbak Aminah pasti sudah tahu alasannya.
Dan Mbak Aminah pun sebenarnya sudah tahu. Dia cuma ingin menyindir secara halus sama si gadis paling egois sedunianya Sena. Makanya pura-pura nanya.
"Adem ya, Mbak di sana? Mulane gak betah."
Sena lagi-lagi cuma tersenyum. Mbak Aminah kembali bersuara.
"Tapi ada Gus Ken di sana, haruse sih betah Mbak. Kalau aku dijamin moh balik sini."
Lagi. Sena hanya membalas dengan senyum membuat Shiren yang sudah kesal makin kesal.
"Mbak Sena di sana itu gak ngurusi Gus Ken, Mbak Am. Dia lagi menenangkan diri. Lagian ada atau enggaknya Gus Ken gak ngaruh buat Mbak Sena, ya kan Mbak?" cecar sang adik sepupu.
![](https://img.wattpad.com/cover/355057620-288-k774002.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Untuk Pak Komting!
RomansaKeenan Ravindra Al Kaivan adalah putra tertua dari pasangan Abri-Shakeena sekaligus cucu tertua dari pasangan Azzam-Caca. Sebagai yang paling tua, Ken panggilan dari Keenan mendapat julukan sebagai Pak Komting. Di usianya yang kini menginjak dua pu...