Lutfia mengucek matanya, dia baru bangun tidur. Lutfia kemudian melirik ke arah jam di dinding. Pukul tiga lewat lima menit. Lutfia mengedarkan pandang ke samping tempat tidur. Dia panik mendapati Sena tak ada. Lutfia hendak turun, namun suara pintu terbuka mengurungkan niatnya.
Tampak Sena yang baru saja masuk ke dalam kamar. Dia mengulas senyum manisnya dan duduk di ranjang sisi yang lain.
"Ning dari mana?"
"Makan, terus sholat di mushola kecil."
"Oh, sholat malam?"
Sena mengangguk lalu dia melepas kerudung sekaligus ciputnya, melipat rapi dan menaruhnya di nakas dekat sisi ranjang tempat dia tidur.
"Aku tak tidur lagi ya Fi, kalau kamu mau sholat, sendiri gak papa?"
"Gak papa."
Sena mengangguk, lalu dia segera rebahan. Tak berapa lama setelah mengucap doa, Sena tertidur kembali.
Lutfia membiarkan saja Sena istirahat. Malah, Lutfia ikut-ikutan rebahan lagi, menarik selimut dan berakhir dengan tertidur kembali.
Esok paginya, Sena hanya bisa melihat Mbak Aminah dan Lutfia yang sedang berjibaku dengan bahan makanan, peralatan masak dan kompor. Sena sedang tidak diperbolehkan melakukan apa pun di dapur atas perintah Nenek Caca dan Umi Shakeena jadilah Sena manut. Lagian sejak kapan putrinya Abah Fahmi, tidak manut sih!
"Mbak Ami, aku bosan," keluh Sena.
"Ya sana main di depan teras kamar pojok saja, main sama Mbak Kun Kun hahaha," celetuk Mbak Aminah sambil mengaduk kuah sup ceker.
Sena cemberut. Tapi dia berdiri juga dan berjalan menuju ke teras kamar pojok. Sena akhirnya duduk persis di depan mantan kamar khadamah.
Sena bisa mencium bau wangi bunga kantil dari belakang punggungnya. Sena hanya menoleh dan benar saja, penghuni abadi kamar pojok memang sedang menyapanya.
Bukan rahasia umum lagi, kamar pojok memang terkenal angker, banyak yang sudah melihat penampakkan Mbak Kun Kun berbaju putih dengan rambut hitam ikal nan panjangnya. Ada yang biasa saja, ada yang ketakutan dan ada yang tidak mau berada di area dapur sendirian.
Untuk Sena? Awalnya dia takut. Tapi berkat Mbak Aminah, Sena tidak pernah takut lagi jika Mbak Kun Kun sedang usil seperti sekarang.
"Assalamu'alaikum Mbak Kun Kun? Maaf ya, Sena numpang duduk. Lagi galau."
Wush! Kibasan angin sekaligus semerbak wangi kembali tercium.
"Tahu gak Mbak, Sena lagi bingung. Sena kan dijodohin sama cowok, seorang Gus dan salah satu pemimpin sholawatan yang sangat terkenal di wilayah Magelang. Orangnya sih ganteng. Tapi ya menurutku sih gantengnya standar. Cowok kan ganteng ya Mbak ya?"
Hening. Sena diam untuk waktu yang cukup lama hingga kemudian dia bercerita lagi. Semuanya. Tentang perkenalannya dengan Gus Akhtar, tentang Meisya, siapa Meisya, bagaimana hubungan mereka dan bagaimana dia memergoki calon suaminya satu mobil bersama Meisya.
Sena terus bercerita tanpa tahu jika di kamar pojok yang tertutup, sejak tadi ada seseorang yang sedang sibuk bekerja dengan kertas-kertas berserakan. Sosok itu menghentikan pekerjaannya. Dia malah menyimak cerita Sena dengan khusuk.
"Ck! Ada yang curhat bukannya sama Allah atau manusia malah sama si Jinny. Ckckck. Wanita aneh," gumam Keenan.
Keenan masih asik mendengarkan curhatan Sena dan sesekali melihat gambarnya. Menambahkan sesuatu atau menghapus sesuatu.
"Aku ragu Mbak Kun, menurutmu, aku harus bagaimana? Kalau tiba-tiba memutuskan acara lamaran aku harus pakai alasan apa? Tapi kalau gak putus, artinya aku bakalan dipoligami sama dia. Bukannya aku menentang poligami. Tapi kan ya, aku wanita biasa. Pengennya ya hanya satu-satunya. Andai jalan hidupku dipoligami, aku ingin ada alasan yang sesuai tuntunan. Bukan asal kayak kebanyakan pelaku poligami sekarang. Lah aku aja belum jelas bisa melaksanakan tugasku jadi istri apa tidak, bisa ngasih keturunan apa tidak, dan jasmaniku juga masih sehat, masa Gus Akhtar sudah mau poligami?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Untuk Pak Komting!
RomansaKeenan Ravindra Al Kaivan adalah putra tertua dari pasangan Abri-Shakeena sekaligus cucu tertua dari pasangan Azzam-Caca. Sebagai yang paling tua, Ken panggilan dari Keenan mendapat julukan sebagai Pak Komting. Di usianya yang kini menginjak dua pu...