37. Cucian Deh

585 57 26
                                    

Mbak Iroh sedang asik mencuci bajunya bersama kedua ning cantiknya. Siapa lagi kalau bukan Sena dan Ana. Mbak Iroh sesekali tersenyum bahkan berseloroh melihat betapa kewesnya dua ning cantik yang 'mbabu' sebagai tukang cuci baju.

"Duh, Mbak Ana Mbak Sena. Kalau gak ada yang tahu kalau njenengan berdua iki anaknya Kyai, beh! Dikira beneran kalian berdua itu titisan Bawang Putih dah. Hahaha."

Tawa Mbak Iroh menggema. Kedua wanita cantik yang sebaya pun ikutan tertawa kalem.

"Mbak Iroh bisa aja," celetuk Ana.

Dia lalu mengambil salah satu koko dengan raut wajah sedikit kesal. Sena yang melirik ke arahnya tersenyum.

"Tak bantuin."

Ana menoleh ke arah Sena. Wajah kesalnya jadi semringah.

"Makasih."

"Sama-sama."

Jadilah dua ning cantik bahu membahu mengurusi cucian bujang karatan yang segudang.

"Masku ini kapan mbojo, ya Allah." Ana sengaja berbisik, tidak ingin Mbak Iroh dengar.

Sena melirik Ana.

"Mungkin belum nemu yang cocok."

"Hooh. Gak ngerti deh, padahal banyak yang suka termasuk Chira."

Sena yang sedang menggosok bagian kerah kemeja Keenan berhenti. Dia melirik Ana.

"Ning Chira?"

Ana mengangguk. "Aku, Anjeli sama Tina udah tahu, kalau Chira ada rasa sama Mas Ken. Tapi ... tahu deh. Mas Ken aja ambigu orangnya."

Sena mencoba menahan perasaannya. Dia mencoba baik-baik saja meski ada perasaan sesak yang tiba-tiba dateng.

"Mbak."

"Hem."

"Kamu ada rasa juga gak sama masku?" tanya Ana dengan wajah serius.

Sena menatap wajah Ana lalu tersenyum. "Gak tahu. Gak pernah mikirin sejak dulu. Tahu sendiri kan gimana masmu kayak apa? Ini aja baru hapal namaku sekarang-sekarang. Dulu? Boro-boro, An."

"Iya juga ya."

Ana diam. Kembali sibuk mencuci, Sena pun bersuara.

"Ning Chira baik. Kenapa gak dijodohin aja sama Guse? Mereka cocok kok."

"Aku, Anjeli sama Tina juga mikirnya gitu. Tapi noh masku yang gak bisa kupercaya."

"Kasih bini empat aja, An. Biar rame."

"Kamu salah satu bininya."

"Moh."

"Kalau sudah takdirnya gimana?"

"Ya aku jadi bini tua."

"Serius?"

"Serius lah. Aku yang punya kuasa. Pegang harta dan tahta."

"Hahaha, koplak kamu Mbak. Wes gak ketulung."

"Kan itu gara-gara kalian."

"Hahaha."

Keduanya asik bercerita, dan Mbak Iroh pun ikut melebur dalam canda tawa.

"Mbak Ana duluan nikah aja. Daripada njorogin Guse sama Mbak Se. Mbak Se masih tahap pemulihan alias move on, Guse ra nggenah. Mbak Ana aja yang bojo duluan." Mbak Iroh yang tadi sedikit mendengar pembicaraan keduanya menyeletuk.

"Iya, An. Gitu aja. Kamu duluan." Sena ikutan menyemangati.

"Mbak Se malah jorogin aku. Mbak duluan aja sana masku."

Jodoh Untuk Pak Komting! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang