Seseorang yang berada tak jauh dari tempat kejadian Sena celaka karena terserempet motor tampak meradang dari balik sebuah pohon yang berada di tepi jalan. Sosok itu masih menatap mobil Sena yang baru saja berlalu.
"Sial! Kenapa wanita itu selalu saja selamat, sih! Nyawa dia gak mungkin ada sembilan kan? Sial sial sial! Brengsek!" Sosok wanita bergamis dan berkerudung merah segera pergi dari tempat itu. Dia tak mau keberadaannya diketahui oleh siapa pun.
Sementara itu, sosok Keenan dan Aji sudah berada di dalam mobil. Aji yang mengendarai, sementara Keenan berada di jok samping sambil berpikir.
'Dari bekas roda, dari tempat gadis itu jatuh, kayak ada yang aneh. Dia kan di pinggir? Suasana juga gak rame banget. Meski namanya musibah gak ada yang tahu, tetap saja aneh. Kayak disengaja.'
Keenan mengernyitkan dahi. 'Gak mungkin gadis yang terlihat baik dan ramah itu punya musuh, kan?'
"Gus, kita langsung balik kan? Habis ambil barang dan cek out."
"Ya."
"Oke."
Aji kini berdendang lagu dangdut kesukaannya. Keenan sendiri memilih diam dan sibuk mereka-reka.
Di tempat lain, Sena sudah kembali ke kediaman sang kakek. Sena sudah memberitahu Lutfia untuk tidak menceritakan apa yang menimpanya. Dia tidak mau, keluarganya cemas. Lutfia protes, namun mimik wajah sendu Sena membuat Lutfia menyerah. Tapi Lutfia memaksa Sena ke dokter dulu sebelum mereka kembali ke pondok. Sena tentu saja manut, asal Lutfia tutup mulut.
Di kamar tamu, Sena tampak berpikir. Ini sudah ketiga kalinya dia mengalami berbagai kejadian aneh dengan jalan dan sepeda motor. Awalnya, Sena mengira kalau ini hanya kecelakaan. Tapi hendak terserempet sebanyak tiga kali dengan kondisi yang dia yakin berada di lajur yang benar? Rasanya tidak mungkin.
'Ya Allah semoga tidak ada tingkah lakuku yang membuat manusia bersedih, marah atau terluka karenanya. Engkaulah sebaik-baik pemberi maaf dan pertolongan. Maafkan hamba jika masih banyak khilaf. Lindungilah selalu hamba-Mu ini Ya Allah. Amin.' Doa Sena dalam hati.
Sena terlihat menghembuskan napasnya yang lelah, lalu dia memilih mengganti gamisnya yang kotor. Ada beberapa luka lecet yang dia temukan pada siku dan lutut kanannya. Dia bersyukur, masih diberikan keselamatan. Semoga saja, dia memang masih diberi keselamatan.
***
Keenan menyalami dengan ramah sosok pria blasteran paruh baya yang juga menatapnya ramah. Dari sosok sang pria paruh baya, Keenan melebarkan senyumnya pada istri dari dokter senior yang mendapatkan gelar Mr. Kulkas dari keluarganya itu.
"Om Rei, Tante Zaza sehat?"
"Alhamdulillah sehat, kamu?"
"Baik Om."
"Raza, Wawa, sehat?"
"Sehat Mas!" Kompak dua bocah berusia dua belas tahun dan enam tahun.
Keenan mengulas senyum lalu memilih duduk di samping sang abah.
"Sibuk sekali sepertinya, Ken?" sindir sang dokter.
"Hehehe, sibuk ngukur dalan, Om!"
Dokter Reihan terkekeh lalu dia menyeletuk, "Ngukur dalannya menghasilkan duit ya betah ya Ken?!" sindirnya lalu tertawa.
Orang yang berada di ruang tamu rumah Abah Abri dan Umi Shakeena pun ikutan tertawa.
Dokter Reihan melirik pada sahabatnya.
"Ck! Lebih parah dari kamu ya, Bri?"
"Lebih Mas. Nduk aja sampai capek ngomongin anak bujangnya."
"Hahaha, kayaknya Eza juga nurunin ini," celetuk Dokter Reihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Untuk Pak Komting!
RomanceKeenan Ravindra Al Kaivan adalah putra tertua dari pasangan Abri-Shakeena sekaligus cucu tertua dari pasangan Azzam-Caca. Sebagai yang paling tua, Ken panggilan dari Keenan mendapat julukan sebagai Pak Komting. Di usianya yang kini menginjak dua pu...