3. Mengunjungi Abel

536 53 27
                                    

Aji dan Keenan sudah bersiap-siap hendak menuruni puncak Gunung Merbabu. Sebelumnya mereka memastikan terlebih dahulu barang bawaan tidak tertinggal dan sampah-sampah sudah masuk kantung kresek untuk dibawa turun gunung.

"Gak ada yang ketinggalan, Gus!" lapor Aji.

Keenan mengangguk lalu dia segera mengajak Aji untuk menuruni gunung. Aji lebih merasa senang saat turun dari pada naiknya. Ibarat kata dia cuma tinggal gelundung saja.

"Lewat Selo lagi, Gus?"

"Iya, sekalian nanti aku kudu mampir ke tempat Aunty Abel, Papah Azada dan Bapak Idan."

"Gus Aidan sudah pindah tugas nggih, Gus?"

"Iya, sudah di Magelang."

"Wah, balik kampung."

Keenan hanya tersenyum tipis. Keduanya terus melanjutkan perjalanan hingga melewati basecamp Nadia. Keenan seperti biasa cuek sementara Nadia, hanya menatap Keenan penuh kemarahan namun tidak melakukan apapun. Pasalnya kakinya sakit dan masih bengkak.

Ketiga teman Nadia yang lain pun melakukan hal yang sama. Membiarkan Keenan berjalan begitu saja tanpa upaya ngajak kenalan atau bahkan menyapa.

"Aku gak tahu mesti ngomong apa. Tapi beneran aku nyesel gak bisa kenalan sama si good looking," keluh Lusi.

"Ho'oh." Dua teman Lusi dan Nadia terlihat kecewa juga.

"Aku doakan gak ada yang mau sama dia." Nadia berkata dengan ketus.

"Hihihi, ya gak mungkin lah Nad, orang cakep gitu. Malah mungkin nanti istrinya banyak, empat kali. Hahaha." Lusi menyeletuk.

"Amin." Kompak Riza dan Ditya.

Nadia menatap sinis pada dua sahabatnya.

"Kok pada ngucap amin?"

"Ya soalnya kalau dia poligami, berarti ada kemungkinan dong kita berempat jadi bini dia. Hahaha." Ditya kembali berucap dan kini kembali membuat ketiga teman Nadia tertawa. Nadia sendiri hanya bisa manyun. Kesal dia. Tapi mau tak mau ucapan Ditya membuat sebersit harapan di hati Nadia.

"Eh bentar, ada yang tahu nama dia siapa gak?" tanya Lusi.

"Waduh! Gak tuh, tapi temennya selalu nyebut, Gus. Agus kali ya?" Riza berkomentar.

"Bagus juga bisa," imbuh Lusi.

"Sugus juga bagus, kan manis hahaha," celetuk Ditya yang lagi-lagi membuat semua orang tertawa.

Tiga wanita terus memebahas si 'Gus, Agus, Bagus, atau Sugus' alias Keenan. Nadia meski tak ikut bersuara, namun tetap mendengarkan isi pembicaraan ketiga temannya.

Sementara itu, Keenan dan Aji terus melanjutkan perjalanan hingga sampai di kawasan Boyolali sekitar jam duaan. Di sana, dia dijemput oleh santri suruhan Attar.

"Mau mampir yang di Boyolali dulu nopo lanjut Solo, Gus?" tanya kang ndalem yang ditunjuk untuk menjemput dua sahabat.

"Solo aja, Kang."

"Baik, Gus."

Mobil pun melaju menuju ke Solo. Aji dan Keenan memilih memejamkan mata selama perjalanan menuju ke Al Mubarak.

***

"Mas Ken!" teriak bocah perempuan berusia sepuluh tahun. Bocah itu langsung berlari dan menubruk tubuh Keenan.

Keenan tersenyum semringah dan membalas pelukan adik sepupunya.

"Mas Ken!" Tak berselang lama, sosok pria kecil berusia delapan tahun lebih sedikit mendorong saudara perempuannya lalu gantian memeluk Keenan.

Jodoh Untuk Pak Komting! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang