35. Hak Paten

557 52 34
                                    

Maria terlihat kesal sekali. Beberapa kali dia berjalan mondar-mandir di kamarnya. Suara ponselnya pun berkali-kali berdering tapi dia abaikan. Tak berselang lama, terdengar suara pintu diketuk, mau tak mau Maria membukanya dan tampaklah Umi Shakeena yang datang bersama Mbak Aminah.

"Mbak Maria, bisa ikut umi ke ndalem?"

Maria bingung, ingin bertanya ada apa dia dipanggil ke ndalem, tetapi Umi Shakeena hanya memberi seulas senyum menenangkan dan segera berbalik, berjalan mendahului, membuat Maria hanya bisa pasrah dan mengikuti langkah Umi Shakeena setelah menutup pintu kamar.

Dengan berbagai pertanyaan di kepala, Maria terus berjalan hingga sampailah di ndalem utama. Maria tercengang mendapati beberapa tamu yang datang. Dia kaget, ingin berlari tapi tak bisa karena Umi Shakeena langsung mengambil lengan kanannya dan membawanya duduk di salah satu kursi, di depan kedua orang tua kandung dan keluarganya dari Inggris.

'Shit! Kenapa Mommy dan Daddyku bisa ada di sini? Kupikir jejakku gak bakalan ditemukan. Sial!'

Maria hanya bisa diam, mendengarkan Kakek Azzam dan ayahnya yang bernama Charles tengah mengobrol.

"Saya akan membawa putri saya, Tuan Azzam. Anda tidak berhak menampung anak saya. Saya bisa menuntut Anda." Tuan Charles berbicara dengan intonasi keras dengan mimik wajah penuh kemarahan.

Kakek Azzam tersenyum. "Silakan. Kami tidak pernah memaksa orang untuk tinggal di sini. Tapi kami memberikan tempat untuk siapa pun yang mau belajar di sini dengan beberapa pertimbangan dan catatan."

Maria yang mendengar, kaget. Dia langsung menyerobot pembicaraan. Suaranya keras, amarah menguasai dirinya. Charles yang awalnya berusaha menahan amarah dan sopan santun demi Kakek Azzam ikut terpancing. Jadilah dua ayah dan anak saling berdebat.

Keluarga Al Hikam memilih diam. Mereka tidak mau ikut campur tapi tetap mengawasi. Jika ada hal yang tidak baik, mereka baru akan turun tangan. Hampir satu jam adu debat dilakukan pasangan ayah dan anak. Bahkan istri Tuan Charles yaitu Tamara, sudah menangis sedari tadi.

"Aku gak mau pulang. Aku mau di sini! Aku mau belajar islam."

"Halah! Non sense, ini cuma akal bulusmu kan? Memangnya,  daddy gak tahu ulahmu kemarin sama lelaki asing di Jogja? Stop bilang mau pindah agama. Bukankah selama di Jogja kamu kembali ke gaya hidup lamamu di Inggris?"

"No!"

"Dont't lie! Kamu pikir daddy bodoh? Pulang! Ikut Mom and Dad."

Maria menatap Kakek Azzam dan yang lain. Minta bantuan. Kakek Azzam pun memberikan nasehatnya secara lembut.

"Pulanglah. Perbaiki niat kamu. Seperti kedua orang tuamu, kakek pun melihat progres keislaman kamu. Tapi maaf, kakek kecewa dengan apa yang kamu lakukan di Jogja. Dan Kakek yakin, keluarga Nara pasti juga kecewa karena merekalah yang menjadi jaminan kamu di sini. Saran kakek, jangan permainkan akidah, Nak Maria. Itu gak bagus. Mau apapun agama kamu, ini berhubungan dengan keyakinan kamu terhadap Tuhan. Setiap agama baik, manusialah yang kadang tidak mampu menjaga imannya."

Maria diam. Dia mendengarkan ucapan-ucapan Kakek Azzam dengan masih berlinang air mata. Ada keinginan kuat dalam hatinya untuk dibela. Tapi beberapa kalimat Kakek Azzam merasuk di hatinya. Apalagi terlihat sekali, meski dikatakan dengan santai, Kakek Azzam sangat tidak suka dengan tindakan plin plan Maria yang mempermainkan agama. Padahal dia sendiri yang datang ingin belajar, tapi malah dia sendiri yang belum yakin dengan pilihannya untuk berpindah agama.

Sesi adu pendapat dan bimbingan nasehat ini diakhiri dengan keputusan, Maria harus kembali ke Inggris bersama kedua orang tuanya. Maria pun akan meninggalkan Al Hikam pukul dua siang.

Jodoh Untuk Pak Komting! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang