40

1.5K 106 5
                                    

Amukan api yang menyala indah dalam gelapnya malam tak membuat Adam berkutik sedikitpun dari sana kendati bawa panas benar-benar terasa ingin membakar kulitnya. Rumah megah di hadapannya kini sebagian sudah runtuh dan berubah menjadi abu.

Adam masih terdiam, menatap lamat sesosok pria paruh baya yang berdiri tegak di depan sana. Menatap dingin bangunan yang mulai runtuh.

"Daddy!!"

Adam tersadar begitu mendengar teriakan putranya. Pria itu berbalik, menatap Sagas yang tengah di tahan oleh dua orang pria berbadan besar.

"Lepas!! Daddy! Mereka didalam! Kenapa kalian biarin mereka mati hah!?"

Pemuda itu mengamuk sejak datang kemari. Adam tidak tahu dari mana Sagas mengetahui lokasinya, tiba-tiba saja anak itu datang dan berteriak marah padanya.

Namun semuanya sudah terlanjur terjadi. Bramata sudah musnah. Bahkan Adam belum sempat membalas perbuatan mereka pada putranya. Begitu dia datang kemari, api sudah melahap sebagian besar kediaman Bramata.

Adam mengabaikan teriakan putranya, pria itu berbalik dan berjalan mendekati pria paruh baya dengan langkah lebarnya.

"Apa yang anda lakukan?" Tanya Adam dengan suara dinginnya.

Pria itu menoleh padanya, tak ada ekspresi apapun yang tergambar pada pahatan sempurna wajahnya. Wajah yang entah kenapa lumayan mirip dengan wajah putranya.

"Menurut mu apa, anak muda?" Pria itu balik bertanya pada Adam.

"Aku hanya membalas mereka yang berani melukai cucu ku."

Adam mengernyit mendengar ucapan pria paruh baya di depannya. Sedangkan pria itu melirik Sagas yang masih memberontak mencoba membebaskan dirinya.

Bibirnya menyunggingkan senyum tipis, ada sorot penuh kerinduan yang berhasil Adam tangkap dari sepasang netra kelam miliknya. Dan entah kenapa, perasaan Adam mulai terasa tidak nyaman.

Apalagi ketika pria itu melangkah mendekati putranya. Berdiri menatap lamat wajah memerah Sagas. Sedang pemuda itu menatap bingung pria asing di depannya.

"Terimakasih sudah merawat cucu ku dengan sangat baik, aku akan mengambilnya lagi." Ucapan pria itu menggema keras di antara sunyi nya malam.

Sagas belum sempat bereaksi, pria paruh baya itu keburu memukul tengkuknya membuat kesadarannya hilang. Pria itu meraih tubuh Sagas sebelum jatuh menyentuh tanah kemudian menggendongnya.

Adam yang melihat putranya pun berteriak marah.

"Sialan! Lepaskan putra ku! Apa yang anda lakukan!?"

Adam ingin mendekat, namun beberapa pria berpakaian hitam menghalanginya, menahan semua pergerakannya kemudian menjatuhkannya ke tanah dengan keras. Anak buah Adam juga ditahan oleh mereka.

Pria yang sedang menggendong Sagas itu menoleh sebentar, "Herjuno sangat berhutang budi pada mu, tuan Jovanka."

Bukk

Adam jatuh berlutut setelah seseorang memukul kepala belakangnya dengan keras. Pandangannya memburam. Dia menatap sendu Sagas yang dibawa masuk ke dalam sebuah mobil dan melaju pergi.

"Dam..."

"Adam..."

"Adam..."

"ADAM!!"

Adam terlonjak dari posisinya, sejenak kepalanya terasa sangat sakit membuatnya kembali menutup mata.

"Sialan!! Kenapa kau malah tidur?! Pulang sekarang! Anak mu merajuk karena tidak kau jemput sial!!" Seru Tara kesal hingga wajahnya memerah.

De Facto (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang