"Yakin di sini?"
"Iya."
Arjuna menurut saja ketika Sagas mengarahkannya ke arah sebuah rumah yang terlihat tidak terawat dan sedikit terkesan seram itu.
Arjuna turun dari motornya menyusul langkah Sagas yang sudah berdiri di depan pintu. Refleks, tangan Arjuna menahan tangan Sagas yang hendak membuka pintu itu.
"Lo yakin? Ini rumah ga kepake lho, kalau ada setannya gimana?" Cemas Arjuna.
Sagas mengernyit, "Hah? Ga ada lahh! Lagian ngapa lo takut gitu?" Ucap Sagar tersenyum miring.
"G..ga ada! Siapa juga yang takut?!" Seru Arjuna melepas genggamannya.
Sagas menaikkan bahunya tidak peduli, dia buka pintu rumah terbengkalai itu dan melangkah masuk begitu saja. Arjuna menghela napas sebelum menyusul temannya itu.
Dalam rumah, tidak seperti apa yang Arjuna bayangkan. Ruangan di dalam sini terlihat terawat dan juga lumayan mewah. Arjuna sampai melongo melihatnya.
"Ini sebenarnya tempat apa sih?" Tanya Arjuna penasaran.
Apakah ini markas mafia?!
Oh tidak! Kendalikan pikiran mu Arjuna!
"Tempat kakekku." Balas Sagas enteng.
"Heh? Kakek? Bukannya orang tua Jovanka udah lama ga ada ya?" Gumam Arjuna bingung.
Sagas hanya tersenyum tipis tidak berniat membalas gumaman temannya. Kakinya melangkah menaiki tangga menuju lantai dua.
Tiba di sebuah pintu hitam dengan aura mencekam. Arjuna menahan tangan Sagas lagi. Kali ini dia sangat enggan untuk membiarkan Sagas masuk ke dalam sana.
"Kalau mau nunggu di luar gpp." Ucap Sagas.
Arjuna menggeleng dan memilih ikut masuk. Mana mungkin dia mau menunggu di luar sana?! Tidak akan ada yang tahu hal apa yang bisa saja menimpanya kan?
Memang penakut~~
Sagas tersenyum tipis ketika matanya menangkap keberadaan seseorang yang duduk menghadap jendela. Dengan santai kakinya melangkah mendekat dan langsung memeluk tubuh itu dari belakang.
Srett
"Ahh kakek, kau melukai ku~~" Suara Sagas mendayu lembut dengan tangannya yang memegang pipinya yang mengeluarkan darah.
"Siapa suruh membuat ku kaget?!" Kesal pria paruh baya yang sekarang berdiri dari duduknya.
Arjuna cuma bisa meneguk ludah nya kasar melihat pemandangan di depannya.
Apa-apaan ini?!
"Oh kau membawa teman? Tumben." Ucap pria itu saat matanya menangkap keberadaan Arjuna di dekat pintu.
Arjuna hanya tersenyum canggung. Dia mendekat ketika tangan si kakek memberi gestur agar dirinya ikutan duduk di sofa panjang.
"Arjuna, Tuan." Ucap Arjuna.
"Aku Ilyas, panggil kakek saja. Aku sedikit terkejut ada orang yang mau berteman dengan titisan iblis itu." Ucap Ilyas seraya melirik sinis ke arah Sagas yang sedang sibuk mengelap pipinya dengan tisu.
"Berkacalah, pak tua!" Desis Sagas.
Arjuna benar-benar tidak bisa mengontrol rasa terkejutnya. Dia memang tahu jika Sagas itu pasti bukan orang biasa. Tetapi dia juga bingung ketika melihat Sagas menjadi anak manja yang lemah di depan ayahnya.
Sebetulnya Sagas ini aslinya yang mana?!
Arjuna bingung!!
"Kau tidak perlu bingung, apa yang kau lihat sekarang, itu lah dia." Ucapan Ilyas membuat Arjuna tersenyum kikuk.

KAMU SEDANG MEMBACA
De Facto (END)
Teen Fiction"Balas dendam terbaik adalah mengirim mu ke neraka!"