29

2.1K 170 4
                                    

Selena menatap tangannya yang tengah digenggam erat oleh Adam. Dua remaja itu sedang berada di pusat perbelanjaan atas permintaan Selena. Gadis itu ingin membeli sesuatu dan dia ingin Adam menemaninya. Wajah Selena terlihat berseri, sangat berbeda jauh dengan wajah Adam yang tidak menunjukkan ekspresi apa-apa.

Pemuda itu sedari tadi hanya diam, dia membiarkan Selena mengoceh sendirian dan hanya memberi sedikit respon saja. Selena juga tidak merasa keberatan. Berjalan dengan Adam saja sudah membuatnya senang bukan kepalang.

"Sagas, selanjutnya kita makan!"

Gadis itu menarik lengan Adam dan membawanya memasuki restoran. Adam membiarkan Selena yang memesan. Gadis itu sudah tahu apa yang dia suka dan tidak dia suka. Selena memesan cukup banyak makanan. Gadis itu memakan dengan lahap, sama sekali tidak berusaha menjaga image di depan seorang laki-laki. Adam tersenyum tipis melihat cara makan gadis itu yang menurutnya terlihat lucu.

"Jangan tersenyum! Makanlah!" Selena menunjuk ramen milik Adam dengan sumpitnya.

Gadis itu mengambil sushi miliknya dan menyuapkannya pada Adam yang diterima baik oleh pemuda itu. Selena memekik senang.

Namun sepertinya, ketenangan mereka berakhir sampai di sini. Adam lengah dengan sekitarnya. Pemuda itu hanya bisa membulatkan matanya terkejut ketika Selena terjatuh ke lantai dengan keras. Adam masih mematung, sedang pengunjung restoran yang lain sudah berteriak panik dan berlarian keluar.

"Selena!!"

Adam mendekat dan memangku kepala Selena yang mengeluarkan darah. Sebuah peluru baru saja menembus kepala gadis di depannya! Adam memandang sekitarnya dengan liar. Tapi dia tidak melihat apa-apa selain orang-orang yang panik.

Adam menunduk, tangannya bergetar menyentuh pipi Selena. Sedang gadis itu, dia tersenyum tipis. Rasanya sakit sekali, Selena menangis.

"Sagas..."

Adam menggenggam tangan Selena yang terangkat, "Bertahanlah, aku mohon."

Adam mengangkat tubuh Selena. Beruntung dia membawa mobil. Maka Adam melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Keberuntungan masih berpihak padanya, jalanan lenggang sekarang.

Adam melirik Selena, gadis itu masih setengah sadar. Selena berusaha untuk mempertahankan kesadarannya. Gadis itu memandang tangannya yang digenggam erat oleh Adam. Selena tersenyum kecil, hangat. Pandangannya mulai memburam, Selena menyerah, dia menutup matanya kala kepalanya terasa semakin sakit.

Adam memarkirkan mobilnya sembarangan, pemuda itu menggendong Selena keluar dan berteriak memanggil bantuan.

Adam menatap kosong pintu UGD yang tertutup rapat. Kedua tangannya yang masih terdapat darah Selena bergetar pelan. Adam merutuki dirinya sendiri, bagaimana bisa dia lengah? Bagaimana bisa dia tidak menyadari bahwa ada yang mengincar mereka?

Adam menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Menghela napas lelah, sebenarnya siapa dan mengincar apa? Adam tidak merasa jika dia memiliki musuh. Tidak mungkin teman Stevan yang emosian itu bukan? Adam rasa dia bukan orang yang akan melakukan hal bodoh.

Adam terdiam ketika satu nama melintas dalam kepalanya. Helena?

Tapi...

"Sagas!"

Adam menoleh ketika mendengar namanya dipanggil. Di sana, Stevan berlari dengan diikuti teman-temannya. Dua teman Selena yang waktu itu bersamanya pun turut datang dengan wajah sembab.

Stevan memegang pundak Adam pelan, "Bagaimana? Kenapa bisa terjadi?"

Adam hanya menggeleng, dia tidak tahu bagaimana. Pemuda itu menunduk, "Maaf, aku lengah. Aku tidak tahu jika..."

De Facto (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang