Adam menatap datar ponselnya. Panggilan darinya yang dijawab oleh orang asing membuat Adam terdiam. Sam yang berdiri di sampingnya pun juga ikutan diam.
"Apa lagi yang dilakukan anak itu?" Adam bertanya-tanya.
"Lebih baik kita menjemput tuan muda sekarang, tuan."
Adam akhirnya berjalan keluar rumah disusul Sam dan beberapa orang. Dua mobil berharga fantastis itu melaju kencang di sepanjang jalanan malam yang lumayan lenggang.
Sampai netra Adam menatap gerbang besar kediaman Kenneth yang menjulang. Dua mobil itu merangkak masuk. Di halaman, ada beberapa anak-anak muda yang terlihat berkeliaran.
Mereka terlihat beraktivitas dengan tenang. Zero sudah memberitahu bahwa keluarga anak yang mereka bawa tadi akan kemari. Jadi mereka bersikap tenang. Menyambut dengan hangat.
Jovan yang melihat seorang pria dewasa turun dari mobil itu pun membelalakkan matanya kaget.
'Jovanka?!'
Jovan bahkan tak sadar mulutnya ikut terbuka. Niel yang berdiri di sampingnya pun memukul pelan pipi pemuda itu membuat Jovan kembali sadar.
Adam melangkah mendekati Jovan yang masih terpaku. Mata tajam milik Adam menghunus ke depan. Membuat siapapun yang tanpa sengaja menatap mata hitam itu langsung menunduk.
"Tuan Jovanka? Silahkan masuk," Niel berujar dengan tenang.
Adam mengikuti langkah Niel yang membawanya masuk. Sam menyusul di belakang bersama Jovan. Di dalam ruangan, semakin banyak pemuda yang dia lihat.
Niel menuntunnya hingga sampai di sebuah kamar dengan pintu terbuka. Adam langsung melangkah masuk begitu Niel meliriknya.
Mata hitam Adam menangkap sosok sang putra yang tengah duduk bersandar pada kepala ranjang.
Arjuna dan Zero yang menyadari ada kehadiran orang lain pun menoleh. Keduanya sedikit terkejut ketika melihat Adam. Ingatlah bahwa tak ada siapapun yang tak tahu identitas Adam.
"Dad..." Sagas menatap Adam yang tersenyum tipis. Pria itu berjalan mendekati putranya.
"Apa dia melukai mu?" Adam mengusap surai Sagas dengan lembut.
Arjuna dan Zero memilih duduk di sofa sudut ruangan. Memperhatikan interaksi bapak anak di depan mereka.
"Tidak, tapi aku kerepotan dengan kondisi ini, dad." Sagas menatap mata tajam Adam dalam.
Sagas memang sudah menjalani pengobatan untuk mentalnya. Dan sejauh ini semuanya baik-baik saja. Hanya saja, Sagas tidak pernah berharap dia akan bertemu dengan mereka. Karena dia tahu benar, respon tubuhnya akan seperti apa.
"Apa perlu kita pulang?" Sagas menggeleng.
Awalnya dia memang tidak ingin berada di sini. Tapi bukankah Adam masih harus melakukan pekerjaannya? Sagas tak mau hanya karena dirinya, Adam sampai harus mengabaikan tugasnya. Dia tahu benar bagaimana hukuman ketua gila itu.
"Saya akan memanggil dokter Alaska, tuan." Sam melangkah keluar setelah menerima izin dari Adam.
Adam duduk di samping Sagas, mengelus surai hitam putranya dengan lembut. Sagas dengan nyaman menyenderkan kepalanya pada pundak lebar Adam.
"Maaf Sagas lupa sama ajaran Daddy."
"Tidak apa, lain kali harus. Tapi semoga tidak ada lain kali."
>>>
Arjuna menutup pintu kamar pelan. Zero mengajaknya keluar setelah asisten Adam kembali bersama seorang pria berpakaian khas dokter. Mereka berdua turun untuk bergabung bersama yang lain.

KAMU SEDANG MEMBACA
De Facto (END)
Roman pour Adolescents"Balas dendam terbaik adalah mengirim mu ke neraka!"